"Jika kau ingin kebahagiaan, kau harus bisa melewati kesedihan. Karena setelah kesedihan akan ada kebahagiaan jika kau mampu melewati setiap rasa sedih itu dengan sabar."
♥♡♥
Aretha terus berlari. Kemudian menyetop salah satu taksi yang lewat. Entah kemana tujuannya kini. Yang pasti ia tak ingin pulang ke rumah. Kepala Aretha sangat pusing memikirkannya. Hal-hal negatif mulai bermunculan di kepalanya. Berbagai pertanyaan bermunculan dama pikirannya.
Sedangkan teman-teman Aretha kini bingung karena baru menyadari jika Aretha tak bersama mereka lagi.
"Aretha kemana?" tanya Verro khawatir.
"Tadi di belakang gue. Kenapa sekarang gak ada?" balas Mauren dengan raut muka bingung.
"Gimana nih? Kita cari Aretha dulu aja." ucap Naufal.
"Coba ditelfon atau kirim pesan deh. Paling juga pergi tapi gak bilang-bilang." ucap Rayna.
"Masa gak jadi makan. Jadi dong ya." lanjutnya.
Mauren menatap Rayna tak suka lalu ia mengambil ponselnya dan mengirim pesan ke Aretha.
Mauren
Tha, lo dimana?Tak lama kemudian Aretha membalas.
Aretha
Gue ada urusan. Sorry gak bisa gabung."Aretha ada urusan gak bisa ikut." ucap Mauren.
"Tuh kan. Kalau gak mau ikut bilang dari tadi kek. Ayo pesan makanan, gue udah laper." balas Rayna dengan nada suara kesal.
"Kalau Aretha gak ikut, gue juga gak ikut. Gue pulang guys, bye." ucap Mauren lalu meninggalan mereka.
"Gue juga gak bisa ikut. Gue mau nganter Mauren. Kasihan dia pulang sendiri." ucap Naufal lalu menyusul Mauren.
"Sayang, kita makan berdua aja ya. Aku justru seneng kalau kita cuma berdua aja." ucap Rayna.
"Kita pulang." ucap Verro dingin.
"Kamu juga ikutan seperti mereka. Sepenting apa sih Aretha sampai mereka dan bahkan kamu menolak makan bersama karena Aretha gak ikut." ucap Rayna kesal bercampur marah.
"Lain kali aja. Aku khawatir sama Aretha. Gak seperti biasanya, di seperti ini." ucap Verro lalu menarik Rayna kuar restoran.
"Jadi kamu lebih mentingin dia daripada aku, pacar kamu?" tanya Rayna saat sudah di mobil.
"Sahabat lebih penting daripada pacar." jawab Verro sukses membuat Rayna diam dan mengumpat dalam hatinya.
♥♡♥
Aretha sekarang berada di sebuah taman. Duduk di rerumputan yang hijau. Menatap ke arah bunga-bunga yang bermekaran.
"Haruskah aku pulang?" gumam gadis itu.
Setelah berfikir lama akhirnya gadis itu bangkit dari duduknya dan pulang ke rumahnya. Sesampaimya di dalam rumah, seperi biasa ia di sambut dengan suara teriakan.
"KAMU MAU MENJAWAB DENGAN ALASAN APA LAGI SONIA? AKU TINGGAL BEBERAPA HARI, KELAKUANMU SEMAKIN MENJADI-JADI HAH."
"Aku bisa jelasin Brian. Semua tidak seperti yang kamu fikirkan."
"AKU GAK PERCAYA SAMA KAMU. SETELAH PENGHIANATAN KAMU." ucap Brian lalu keluar dari rumah itu. Bahkan ia tak menyadari ada Aretha di sana yang melihat pertengkaran itu.
"AKU BENCI MAMAH." teriak Aretha lalu berlari ke dalam kamarnya. Meninggalkan Sonia yang menangis tersedu-sedu di ruang tamu.
Sesampainya di kamar, gadis itu mengunci pintu. Dan Aretha membuang semua barang-barangnya di lantai. Semua berantakan, kasurnya meja belajarnya. Semua barang-barang berserakan di lantai. Aretha terduduk du lantai dan memeluk lututnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vriend [Selesai]
Teen Fiction#108 dalam sahabat [13/08/2018] #137 dalam sahabat [11/08/2018] #01 dalam Friendzone (24/02/2019) dari 11,7 ribu cerita [BELUM DIREVISI] Aretha Khanza Pramudita dan Adelard Verro Richardo bersahabat sejak berusia 10 tahun. Berawal dari Verro yang me...