"Kita tak tahu kapan datangnya luka. Bisa saja luka datang ketika sedang bahagia. Datang bersama air mata yang menghapus tawa seketika."
-Aretha Khanza Pramudita-Hari minggu telah tiba. Dan seperti apa yang direncanakan waktu itu. Mereka, Aretha, Mauren, Verro dan Naufal jalan-jalan bersama. Dan sinilah mereka, di rumah Mauren. Menunggu cewek itu berdandan yang entah sudah berapa jam lamanya.
"Mau...u...u... Lo lama pakai banget. Lama-lama jamuran nanti kita di sini." ucap Naufal kesal saat melihat Mauren yang berjalan bersama Aretha menghampiri Verro dan Naufal.
"Nau...Nau... Namanya juga cewek ya ginilah. Makanya sono cari pacar, biar tahu kalau cewek itu perlu dandan yang lama." balas Maurenyang tak kalah kesal.
"Dan satu lagi, nama gue Mauren. Dan biasa dipanggil Ren, bukan Mau." lanjut Maura dengan nada suara jutek.
"Intro dong Ren, lo juga manggil gue Nau." jawab Naufal.
"Udah deh bahas Mau dan Nau nanti aja. Udah siang nih. Berangkat yuk." ucap Aretha. Lalu ia berjalan keluar, namun langkahnya terhenti ketika menyadari sesuatu. Dia pun berhenti, dan menoleh ke belakang. Menatap Mauren dan Naufal, mereka pun menatap Aretha dengan tatapan bertanya ada apa.
"Eh, btw nama kalian hampir sama. Jodoh ya?" ucap Aretha lalu tertawa dan kabur berlari.
"Ngomong apa lo barusan?" tanya Mauren saat berhasil mengejar Aretha yang kini berada di halaman rumah Mauren.
"Udah deh ayo berangkat." ucap Verro yang baru saja menghampiri mereka bersama Naufal.
"Pakai satu mobil atau dua mobil?" tanya Aretha.
"Satu aja, biar seru." balas Mauren.
"Dua aja. Lo sama Verro, gue sama Mauren." balas Naufal yang berbeda dengan Mauren. Lalu ia menatap ke arah Aretha dan Verro.
"Enak berempat Fal." protes Mauren tak terima.
"Nurut aja, Ren." ucap Naufal lalu menarik tangan Mauren dan membawanya menuju mobil dia.
Mereka pun akhirnya berangkat. Verro berdua dengan Aretha, dan Naufal dengan Mauren. Sesampainya di tempat yang dituju, Aretha dan Mauren sama-sama berteriak girang melihat pemandangan yang ada di depan matanya.
"Seharusnya kita ke sini tuh sore. Biar lihat sunset." ucap Mauren.
"Iya Ren bener, kalau pagi gini nanti pasti semakin panas." sahut Aretha.
"Kita seharian di sini." ucap Naufal sambil berjalan melewati Mauren dan Aretha.
"Serius?" tanya Aretha dan Mauren bersamaan.
Tanpa menengok ke belakang, Naufal menganggukan kepala. Dan berikutnya terdengar teriakan dari dua gadis itu. Sedangkan Verro hanya menggelengkan kepala dan mengikuti Naufal.
"Ayo main pasir." ucap Aretha lari-larian menuju ke bibir pantai.
"Oh... Indahnya pemandangan." ucap Mauren sambil merentangkan kedua tangannya menatap laut yang biru.
"Kita puas-puasin main di sini. Selamat bergembira." ucap Naufal.
Mereka berempat pun menikmati keindahan pantai itu. Berlari-larian di bibir pantai. Kejar-kejaran tak kenal lelah. Tawa mereka pun selalu terdengar setiap saat. Dan Aretha sangat terlihat begitu gembira. Terlihat begitu bahagia sampai melupakan luka.
Mereka bermain pasir, membuat istana dari pasir. Bahkan Naufal dikubur dengan pasir pantai itu. Tawa mereka tak pernah luntur. Seakan-akan hari ini adalah hari tawa. Mereka juga bermain air, sampai tak peduli kini mereka basah kuyup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vriend [Selesai]
Teen Fiction#108 dalam sahabat [13/08/2018] #137 dalam sahabat [11/08/2018] #01 dalam Friendzone (24/02/2019) dari 11,7 ribu cerita [BELUM DIREVISI] Aretha Khanza Pramudita dan Adelard Verro Richardo bersahabat sejak berusia 10 tahun. Berawal dari Verro yang me...