Epilog

22.8K 841 16
                                    

Di mulmed itu trailernya Vriend👆


Dalam sebuah persahabatan laki-laki dan perempuan terkadang tumbuh sebuah perasaan. Namun, ada pula yang murni benar-benar persahabatan. Jika rasa itu hadir secara sepihak, bisa saja akan memperburuk atau bahkan menghancurkan sebuah persahabatan. Namun, sebuah rasa bernama cinta tak bisa disalahkan. Cinta bisa datang tanpa sepengetahuan. Tak sadar akan rasa nyaman karena kebersamaan yang akan menimbulkan sebuah rasa yang tak seharusnya hadir dalam persahabatan. Kita tidak tahu semua itu akan berakhir membahagiakan atau justru sangat menyakitkan.
-Vriend-

Akan ada bahagia setelah terluka, akan ada tawa setelah air mata.

Beberapa tahun kemudian

Perempuan berumur dua puluh tiga tahun itu terlihat berkacak pinggang menatap seorang lelaki seumurannya yang masih tertidur nyenyak. Perempuan itu mendengus kesal lalu duduk dipinggaran kasur.

"VERRO BANGUN." teriak perempuan itu.

"Apa sih, sayang. Masih ngantuk." balas Verro masih dengan mata yang terpejam.

"Gak inget hari ini kita mau kemana? Lupa, hah? Kenapa kamu gak berubah sih. Dari dulu susah banget di bangunin. Pagi-pagi jangan bikin aku marah deh. Cepet tua lama-lama aku. Cepetan bangun." ucap Aretha marah.

"Emang mau kemana? Kamu tuh pagi-pagi dari dulu juga bawel mulu." tanya Verro sudah membuka matanya dan menatap Aretha.

"Yaudah deh kalau lupa. Nikah sendiri saja sana." balas Aretha kesal lalu hendak berdiri namun ditahan Verro.

"Aduh, Aretha sayang. Maaf aku lupa. Aku mandi dulu. Tunggu di bawah ya, bawel." ucap Verro lalu mengecup pipi kanan Aretha dan berlari menuju kamar mandi.

"VERRO." teriak Aretha kesal, sedangkan Verro justru terkekeh mendengar teriakan Aretha.

Aretha pun mencak-mencak keluar dari kamar Verro menuju ruang keluarga. Di sana ada Vira dan Ara yang sedang asik menonton televisi.

"Kamu kenapa, Tha?" tanya Vira kepada Aretha saat gadis itu sudah duduk di sofa dan mengerucutkan bibirnya.

"Kenapa lo, kak? Muka kusut kek baju belum kesetrika. Bibir manyun-manyun kek anak kecil." ucap Ara.

"Bunda, masa Verro lupa hari ini mau kemana. Dibangunin susah lagi." balas Aretha. Gadis itu memang sekarang memanggil Vira bunda. Ia sudah menganggap Vira seperti ibunya sendiri.

"Yaelah dari dulu abang kalau bangun emang susah." ucap Ara sambil memakan cemilan.

"Ya ampun, anak itu." ucap Vira sambil menggelengkan kepalanya.

"Nanti bunda jewer, Tha." lanjutnya.

"Jewer aja Bun, ikhlas aku." balas Aretga lalu merebut cemilan yang ada ditangan Ara.

"Wah semena-mena lo kak. Itu makanan gue." ucap Ara kesal.

"Lo ambil sendiri lagi ya, calon adek ipar." balas Aretha.

"Dasar kakak ipar kurang ajar." dengus Ara.

"Yang kurang ajar tu abang lo itu."

"Siapa yang kurang ajar?" tanya suara yang sangat di kenali Aretha. Bukannya menjawab Aretha justru mendengus kesal lalu menyilangkan kedua lengannya.

"Ngapain ke sini? Gak lanjut tidur aja." sindir Aretha.

"Ayo berangkat gak usah acara ngambek-ngambekan." ucap Verro ingin menggenggam tangan Aretha namun segera ditepis oleh gadis itu.

Vriend [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang