"Bukannya hilang, rasa itu justru semakin dalam. Sebuah rasa yang selalu ku simpan tak mampu ku ungkapan."
-Aretha Khanza Pramudita-Aretha menatap ke arah pintu. Di sana ada Naufal dan Mauren yang memasuki kamarnya. Melihat Aretha yang menatap mereka, mereka pun tersenyum ke arah Aretha. Mauren langsung berlari menghampiri Aretha. Ia melepas sepatunya dan duduk di kasur.
"Tha, lo sakit apa? Gue kaget banget denger lo sakit. Pasti gara-gara kehujanan kemarinkan?" ucap Mauren heboh.
Mendengar suara gaduh, Verro terbangun ia menegakan tubuhnya tapi masih duduk. Melepas genggaman tangannya di tangan Aretha, lalu mengucek matanya. Ia pun menatap ke arah sahabat-sahabatnya itu.
"Oh ternyata, lo bolos enakan tidur di sini." ucap Naufal.
"Lo bolos, Ver?" tanya Aretha.
"Iya. Lo udah enakan Tha? Gak sepanas tadi pagi sih." ucap Verro sambil menempelkan telapak tangannya di kening Aretha.
"Udah."
"Gue ke kamar mandi dulu." lanjutnya lalu berjalan menuju kamar mandi di kamar Aretha.
"Jadi, lo sakit apa Tha?" tanya Naufal.
"Sakit hati." jawab Aretha sambil tertawa.
"Bercanda. Biasa sakit demam, kan kehujanan." lanjutnya.
"Makanya kemarin jangan hujan-hujan ginikan jadinya. Nih ada buah-buahan dari kita." ucap Mauren sambil menyerahkan buah-buahan kepada Aretha.
"Duh makasih loh, sering-sering ya gini." balas Aretha sambil tertawa.
Tawa Aretha berhenti ketika melihat seseorang yang kini berdiri di pintu kamarnya. Seorang gadis cantik yang kini tersenyum ke arahnya.
"Eh Rayna, udah lo ambil ponsel lo?" tanya Mauren saat matanya mengikuti pandangan mata Aretha. Dan ia melihat gadia itu, Rayna, yang tengah berdiri di dekat pintu kamar Aretha.
"Udah, ini." balas Rayna sambil menunjukan ponselnya. Kemudian berjalan menghampiri mereka.
"Tadi Rayna bersama kita ke sini, Tha. Tapi ponselnya ketinggalan di mobil. Jadi gue sama Naufal duluan masuk ke rumah lo." jelas Mauren sebelum Aretha bertanya.
"Oh..." balas Aretha sambil tersenyum ke arah gadis itu.
"Lo sakit apa, Tha?" tanya Rayna sambil duduk di dekat Mauren.
"Biasalah, Demam." jawab Aretha.
Kemudian mereka asik ngobrol. Sesekali tertawa, mendengar canda tawa dari Naufal ataupun Mauren. Tak lama kemudian sosok Verro keluar dari kamar mandi dengan tubuh lebih segar sepertinya selelasi cuci muka.
"Ver lo tadi ngapain? Cuci muka? mandi? atau berendam? Lama amat." ucap Naufal.
Verro tak menjawab ia berjalan dan duduk di tempat yang tadi ia duduki. Kemudiam menatap Rayna sebentar.
"Kepo." jawab Verro.
"Bener gak sih cowok lebih lama mandi daripada cewek?" tanya Mauren.
"Bener deh kayaknya." balas Aretha.
"Gue gak." ucap Naufal.
"Gak pernah sebentar." sahut Mauren.
"Bentar, Ren."
"Bentar apanya? Lo aja waktu gue ajak ke Mall waktu itu, nunggu lo mandi dari kucing beranak sampai kucing bertelor." ucap Mauren dengan nada kesal.
"Kucing mana bisa bertelur sih, Mau...u...u...? Lo juga kalau dandan lama itu belum juga kalau lo milih baju. Sampai lebaran monyet juga gak bakal ketwmu sama baju yang lo mau." balas Naufal tak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vriend [Selesai]
Teen Fiction#108 dalam sahabat [13/08/2018] #137 dalam sahabat [11/08/2018] #01 dalam Friendzone (24/02/2019) dari 11,7 ribu cerita [BELUM DIREVISI] Aretha Khanza Pramudita dan Adelard Verro Richardo bersahabat sejak berusia 10 tahun. Berawal dari Verro yang me...