Ayana membereskan dapur yang sudah tidak berpenghuni. Merapikan semua perlatan dapur yang sudah dicuci. Sampai akhirnya hpnya bergetar dari dalam tasnya.
Bang Daniel : Ayana, ada waktu malem ini?
Meninggalkan pesan yang sudah dibaca, Ayana berjalan ke arah kamar Daniel yang ada didekat halaman belakang.
"Bang Daniel?" Tanya Ayana memunculkan kepalanya di antara pintu masuk. Tapi Daniel tidak ada didalam, cuma ada Nata dan Reno yang mengisi buku TTS diatas kasurnya.
"Lagi keluar, Ay. Ada perlu?" Tanya Reno.
"Gapapa, bang. Nyariin aja! Itu bang Nata kok diem aja?" Tanya Ayana mengalihkan pembicaraan. "Masih gara - gara Tavisha?" Reno mengangguk mengiyakan.
"Sini deh lo masuk Ay, tenangin ini anak. Lama - lama serem dia diem terus gini." Ayana akhirnya masuk ke dalam dan duduk di kursi yang ada dibelakang Nata.
"Bang?" Tanya Ayana menepuk punggung Nata. "Maafin Ayana ya bang. Ayana juga gatau kalo endingnya jadi gini.. sakit banget ya bang rasanya?" Nata akhirnya menoleh kearah Ayana yang duduk lesu di belakangnya.
"Na... kenapa sih gaada manusia sempurna di dunia ini? Kenapa Tavisha diciptakan jadi orang kaya gitu? Kan sakit, Na. Perempuan cantik yang selama ini gue dambakan. Ternyata hatinya jahat dan mendambakan orang kaya dia!" Rengek Nata sambil menunjuk kearah Reno yang masih asik dengan bukunya.
"Kak Tavisha ga jahat kok, bang. Mungkin dia ga nyadar sama apa yang dia lakuin. Lagipula Reyna udah ikhlas kok ngerelain semuanya. Dan Tavisha juga engga jahat ke Reyna lagi."
"Lagian lo sih! Orang ganteng kaya gue disalahin! Kan pusing gue!" Celetuk Reno.
"Iya salah lo jadi orang mulutnya gaada remnya! Ceplas ceplos godain anak orang! Jadian sama Ayana kek lo! Biar gaada yang naksir!" Ayana jadi diam terpaku. Reno mengalihkan pandangannya kearah Ayana.
"Disuruh jadian nih kita, mau nggak?" Dada Ayana rasanya sesak ketika mendengar pertanyaan Reno. Perutnya seakan berisi ratusan kupu - kupu yang menari dan siap meledak.
"Apaan sih bang." Dan hanya itu yang bisa dilontarkan dari mulut manisnya. Ayana beranjak dari duduknya dan pamit untuk pulang. Seperti biasa, Reno mengekorinya keluar rumah. "Bang kok masih disini?" Tanya Ayana melihat Reno yang masih pakai kaos dan celana pendeknya.
"Mau nganter pulang lah. Masa mau gue tinggal pulang sendirian? Gabole tau Ay! Bentar gue ambil kunci dulu!" Reno langsung berlari kembali ke ruang tamu dan mengambil kunci dan helmnya.
"Ay jam segini udah pulang?" Tanya Kaivan dari balkon lantai atas. Ayana mendongakkan kepala nya dan mengangguk kearah Kaivan. Lalu disusul dengan Reno yang sudah menyalakan mesin vespanya. "On, jangan dijatuhin ya! Kasian ntar masa cantik - cantik badannya babras!" Pesan Kaivan dari balkon atas.
"Bacot lo ya, karet ketoprak! Ayo Ay! Bisa telat pulang kalo ngeladenin Kiplan!" Ayana langsung memakai helmnya dan naik ke atas vespa Reno.
Ditengah jalan keluar pintu masuk komplek, terlihat motor Daniel yang memasuki palang pembatas. Reno langsung memencet klakson Vespa nya dan memainkan lampu motornya ketika berpapasan dengan Daniel. Dan detik itu juga Ayana baru ingat chat tadi belum dia balas.
"Ayana ada waktu malem ini, bang!" Teriak Ayana dari kursi belakang sambil melambai kearah Daniel. Lalu menghilang dari pintu masuk komplek.
Daniel merasakan jantungnya berdegup kencang. Daniel langsung menancapkan gas untuk membuatnya sampai cepat ke rumah lalu memarkirkannya sembarangan di halaman rumah.
"Eh papi! Mami baru balik tuh! Dianterin sama Reno! Ga papasan?" Tanya Kaivan yang masih nimbrung di balkon atas. Daniel hanya mengangguk pelan, melepas helmnya lalu lari masuk ke kamarnya, disambut dengan Nata yang sedang meringkuk diatas tempat tidurnya.
"Akhirnya kamu kembali, teman sekamarku." Sambut Nata lemas. "Reno sedang pergi mengantarkan putrinya pulang." Lanjutnya.
"Iya tau, ngapain sih masih murung bang? Banyak kali cewe yang lebih cantik dari si Tavi." Tanya Daniel sambil melepas jaketnya dan melemparkannya ke sembarang tempat lalu duduk di tempat tidur Nata.
"Tavisha oh Tavisha ... mengapaaaa ... aku beginiii..." Nata mulai menyanyikan lagu sambil merangkul guling - guling kesayangannya.
"Bang jijik ah lihatnya! Jadi maunya Abang gimana? Masih mau ngedeketin si Tavisha itu?" Nata memalingkan wajahnya ke arah Daniel, lalu mengangguk manja. "Rubah dia dong kalo gitu!" Tiba - tiba makhluk besar datang melompat dari pintu kamar sambil memutarkan fidget spinner ditangannya.
"Bangsat lo, gue kira apaan!" Umpat Daniel yang nyari jantungan setelah melihat sosok Kaivan masuk ke kamarnya.
"Udah bang, maju terus aja! Sapa tau Abang bisa ngerubah kelakuan dia yang... ngg unik!" Lanjut Kaivan tanpa memedulikan Daniel.
"YAKIN?" Mata Nata kembali bersinar. Badannya langsung bangkit dari tidurnya. Menarik Kaivan untuk duduk di sebelahnya. "Bantuin gue ya, Van!"
"Ok bang oke! Jadi gini..." selagi Nata memulai konsultasinya bersama Kaivan sableng, Daniel bangkit dan mencoba mencari sesuatu dari dalam lemarinya. Meraih kotak kecil berwarna baby pink yang ada di belakang rak kedua.
"Mandi duluan ya!" Pamit Daniel lalu pergi keluar kamar.
"Mau kemana bang jam segini udah mandi?" Tanya Brian yang sedang berdiri didepan dispenser.
"Siap - siap malam minggu dekkk. Cari pacar!" Jawab Daniel sambil melepas jam dan aksesoris yang melekat di badannya lalu meletakkannya didekat wastafel.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selesai mandi, Daniel kembali ke dalam kamar dan menemukan Kaivan yang sudah tertidur di kasur Nata dan Nata yang malah asik main hp di meja nya. "Ciela jam segini udah cakep aja abis mandi!" Goda Nata.
"Udah ganteng belom bang? Hehe."
"Jadi ditembak nih, si Ayana?" Daniel membeku ketika mendengar pertanyaan Nata yang tiba - tiba tau apa yang dia pikirkan selama ini. "Gausa melotot gitu juga kali. Tadi si Ayana nyariin tuh waktu lo keluar tadi."
"Terus? Bang?!" Tanya Daniel panik.
"Ya udah nyariin lo aja, nyet."
"Seriusan lo, nyet?" Tiba - tiba Kaivan sudah terduduk diatas tempat tidur sambil memeluk guling warna biru Nata. "Mau nembak Ayana?"
"Engga. Gue takut ditolak." Jawab Daniel yang sudah duduk lesu di ujung tempat tidurnya.
"Hadeh ini lagi perlu konsultasi sama gue nih. Pelan - pelan aja lah, gue aja gaperna liat kalian berduaan. Terus kapan mulai PDKT nya bro? Terus nanti malem, mau lo apain?" Tanya Kaivan polos.
"YA LO PIKIR MAU GUE APAIN, KIP?"
"Santai dulu, bro. Gausa nge gas, pelan."
"Pake dulu deh baju lo, nyet." Sahut Nata yang melihat handuk sedari tadi perlahan melorot.