Sorenya, setelah menyelesaikan semua pekerjaannya. Wanda terburu - buru berlari menuju kamar mandi. Mengeluarkan isi dari make up pouchnya dan mulai merapikan make upnya.
"Aduh masih berantakan tuh." Celetuk Tasya yang mengintip dari pintu masuk. Wanda menoleh kearah Tasya lalu meringis. "Sini gue bantuin! Acara penting nih! Dandan yang cantik!" Lanjutnya sambil menghampiri Wanda lalu merebut lipstick yang sedang dipegang Wanda.
"Cih, yang cantik ya!" Jawab Wanda yang pasrah sambil memejamkan matanya.
Tak lama kemudian mereka berdua berjalan keluar dari kamar mandi sambil tertawa bersama. Berbeda dari perkiraan Wanda sebelumnya, Tasya orangnya benar - benar mudah bergaul. Berbeda dengan Wanda yang orangnya susah bergaul. Jika ditanya, dengan gampang Tasya menjawab, "Gue juga ga nyangka lo bakal se approachable ini, Wan."
Ruangan mereka terlihat sepi, beberapa lampu sudah mulai dipadamkan. Anehnya, Bian masih terduduk manis didalam ruangannya.
"Hah kok dia belum cabut sih?" Tanya Tasya sambil mengemasi barangnya. "Eh bentar Wan, mau ngambil powerbank gue di ruang cetak bentar!" Tak lama kemudian Tasya berlari kecil memasuki ruang cetak. Wanda masih mengemasi barangnya, sesekali diliriknya ruangan Bian yang dikelilingi dinding kaca tembus pandang.
Tak lama kemudian, sosok itu menyandarkan tubuhnya. Beberapa kali memijat belakang lehernya sambil memejamkan matanya. Bian yang saat itu terlihat lelah tampak mencoba mengistirahatkan kepalanya yang terasa penat.
Wanda melangkahkan kakinya meninggalkan mejanya lalu menyusul Tasya yang ada di ruang cetak. Menekan dispenser yang ada didekatnya lalu menyeduh teh hangat. Tasya yang hendak keluar memandang Wanda dengan tatapan heran.
"Ngapain tiba - tiba bikin teh? Sakit lo?" Wanda menggeleng pelan lalu menunjuk ke luar pintu.
"Pak Fabian, kayanya capek banget dia."
"Hah? Ga salah denger nih gue?" Wanda berjalan meninggalkan Tasya tanpa kata - kata. Lalu mengetuk pintu ruangan Bian pelan.
"Masuk." Jawabnya datar. Wanda memunculkan kepalanya dari balik pintu. Bian pun mulai kebingungan. "Saya bilang, masuk."
Wanda meletakkan segelas teh hangat yang dia buat diatas meja Bian. Lalu menundukkan badannya dan berjalan menuju pintu. Bian terdiam seribu kata. Memandangi Wanda yang bertindak tanpa kata didepannya.
"Aduh perhatian banget sih." Goda Tasya begitu Wanda kembali ke mejanya.
"Udah tugas gue kali, Tas." Sahut Wanda sambil kembali mengemasi barang - barangnya. "Ini acaranya dimana sih?"
Tasya melangkahkan kakinya menuju jendela ruangan. Wanda yang penasaran mengikuti Tasya yang berjalan tanpa menjawab pertanyaannya.
"Disitu, itu tempat langganan anak sini kalo ada acara. Restoran keluarganya pak Javas." Wanda menaikkan kedua alisnya. "Ituloh, pak Javas manager head office." Lanjutnya.
"Oo, belum ketemu gue." Jawab Wanda.
"Kalian ngapain disitu?" Tanya sosok Bian yang berdiri disudut ruangan. Dengan tas dan jas yang menggantung di lengannya. "Gak ikut acara penyambutan?"
"I-iya pak! Ini bawahan kesayangan bapak maunya nungguin bapak keluar." Jawab Tasya asal lalu mengambil tasnya dan berjalan kearah Bian. Diikuti Wanda yang menggelengkan kepalanya sambil berlari kecil menyusul langkah Tasya ke ujung ruangan.
"Wan, mendingan lo duluan deh sama pak Bian. Gue mau ambil mobil dibawah." Ucap Tasya begitu mereka sampai di lobby. "Pak, jagain Wanda ya! Nanti saya nyusul, dah!" Pamitnya sambil berlarian meninggalkan Wanda dan Bian berduaan. Dengan awkwardnya mereka pun berjalan keluar kantor berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear name | 101
Fiksi UmumAn alternate universe story. Pure berisikan kumpulan cerita penuh kearifan lokal. Cast : yours truly, 101