Road Trip - 1

130 10 0
                                    

Pagi itu rumah terasa sepi. Rangga melangkah menyusuri ruang tengah yang berpenghuni. Matanya melirik ke kanan lalu ke kiri, menghitung dan mengabsen sosok yang terlihat berjalan kesana – kemari.

"Bang!" panggilnya ke arah Javas yang sibuk dengan laptop dan notes kecil diatas meja makan. "Serius amat pagi – pagi gini?" tak lama kemudian tangannya menarik kursi yang disampingnya.

"Peka banget lo cuy?" ucapnya sambil melirik ke arah Rangga. Lalu kembali fokus ke layar laptopnya. "Iya nih, gue sibuk planning."

"Planning apaan?"

"Road trip."

"Eh udah bangun, Rang?" tanya Nata yang menyajikan teh hangat untuk Javas. "Gimana bang planningnya? Kemana nih? Pengen ke pantai nih!"

"Yah, gue malah pengen yang ada outbondnya gitu, Nat."

"Hah outbond? Dimana bang? Ngapain?" sosok Daniel tiba – tiba nimbrung setelah mendengar ucapan Javas.

"Oh iya, Dan. Mau lompat tebing, terus lo dikubur."

"Lah?! Mau dibunuh dong gue?" Daniel langsung melonjak dari sofa begitu mendengar jawaban Javas.

"Yaiyalah."

"Lagian si lo, bego dipelihara." Ejek Kiplan yang sibuk menyeka body gitarnya di sisi lain meja makan. "Gapapa bang, gue setuju ini beruang kutub ikut lompat tebing." Imbuhnya singkat.

"Alah lo ngomong gitu yakin berani lompat? Udah siap lu ngompol depan Aina?" tanya Daniel gak mau kalah.

"Lah lo ngajak Aina, Kip? Yakin?" tanya Nata kaget.

"Dia masih mau izin dulu bang. Tapi gue yakin bisa sih, kan' ada si Brian hehe, Ayana juga lo ajak kan Dan?" tapi Daniel malah diam membisu lalu menaikkan kedua bahunya.

"Gatau Kip. Mamanya masih belom sehat total, gue belom berani ngajak."

"Aduh sinetron banget lo Dan... gakuat gue dengernya. Padahal nggak se sedih itu." Sahut Javas lalu beranjak dari duduknya dan jalan ke arah halaman belakang. Disambut dengan pantat Bian yang terpampang nyata didepan kandang kelincinya. "Ya Tuhan dosa apa gue punya temen kalo pake kolor ga perna bener." Tanpa berpikir panjang, dengan sandal jepit kesayangannya. Pantat indah Biyan berhasil di toel pelan oleh jempol kaki Javas.

"Hm?" tanya Bian tanpa membalikkan tubuhnya.

"Noleh dong bos!" Bian pun bangkit dari posisinya.

"Napa bang kenapaaa?" dengan cepat Javas mengangkat notesnya di depan wajahnya.

"Kalo outbond gitu? Mau ga lu?" Mata Bian mulai membaca catatan berantakan milik Javas dengan seksama.

"Jangan bang, ntar si Kiplan ngompol di celana. Malah repot kita."

"Terus kita kudu ngapain disana?" Bian memutar bola matanya sejenak, seakan berpikir keras. Lalu menepuk pelan pundak Javas.

"Water sports aja." Javas cuman mengangguk – anggukan kepala lalu kembali masuk ke dalam rumah. Lalu membelokkan langkahnya ke arah kamar yang ada tak jauh dari pintu menuju halaman belakang.

"On bangun On!" ucapnya sambil menggoyangkan badan Reno yang tertidur diatas kasurnya. Tapi makhluk itu belum melek juga. "ON BANGUN!"

"Ga akan bisa bangun dia bang. Semalem abis push rank sama gue. Kalah total dia akhirnya keterusan main terus ampe tengah malem." Ucap Nata yang sudah duduk manis di atas kasurnya.

"Yaelah Nat, jangan diajak begadang mulu dong. Kasihan nih anak entar keterusan molornya. Ga sehat juga. Aduh ini bau rokok juga bajunya, Reno.. Renoo."

Dear name | 101Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang