Bukan Hanya Sekedar Indah

131 14 2
                                    

Hari ini gue mencoba menolak kenyataan bahwa gue harus bangun pagi buat siap - siap. Bukan sebuah kewajiban sih, tapi pasti malu lah kalo jelek didepan Aina?!

Iya, gara - gara bang Reno hari ini gue bakal ketemuan sama Aina. Sebenernya ga nolak juga gue kalo disuruh ketemuan berdua sama Aina. Cuman ini tuh beda, setelah ketemu dia bakal, jadi partner duet gue. Semoga semua lancar ya...

Dengan malas, Kaivan mencoba mematikan alarm terakhir yang berbunyi di hpnya. Setelah mengucek mata dan mulet dengan alay nya, diliriknya keadaan sekitar. Kamarnya kosong tak berpenghuni. Meja Bian sudah tertata rapi, sementara kasur Javas masih terlihat berantakan seperti biasa. Tanda mereka sudah berangkat kerja.

Kaivan meraih hpnya dan mencoba mengecek deretan notifikasi yang ada di layar utama. Matanya beberapa kali di kedipkan setelah membaca pesan - pesan dari grup kos an.

"Buset, ribut amat chatnya." Tak lama kemudian, matanya menangkap nama yang tidak asing di layar hpnya.

Aina Khiara Rahdian : Besok langsung ke tempatnya ya, bang? Sampe ketemu ya!

"Aduh kok gue jadi makin seneng mau ketemu dia.." gumamnya pelan lalu melompat dari kasurnya. Kaivan melangkahkan kakinya menuruni tangga. Terlihat Nata yang sibuk dengan laptopnya di meja makan, ditemani Daniel yang baca komik di ruang tengah dan Brian yang asik nonton TV disebelahnya.

"Pagi, Kip." Sapa Nata setelah melihat Kaivan yang menuruni tangga dengan malasnya.

"Pagi, masak apa hari ini bang?" Tanyanya begitu membuka pintu kulkas lalu meraih susu stroberinya dan meraih cangkir di kabinet sebelah.

"Nasi goreng sama telur dadar. Itu ada yang masih anget, cepet makan! Daripada dingin." Jawab Nata sambil melirik ke arah piring yang terletak didekat kompor.

"Kip, ambilin gue susu juga dong." Sahut Daniel yang asik duduk diatas sofa ditemani komiknya. Kaivan kembali mengintip isi kulkas yang ada didepannya.

"Susu coklat lo abis." Lalu Daniel mengalihkan pandangannya dari komik.

"Lah cepet amat?" Kaivan mengangkat kedua pundaknya. "Yaudah, minta punya lo dikit dong, Kip."

"Lah lo kan ga doyan stroberi, nyet?" Tanya Kaivan yang mulai heran.

"Oh iya." Jawab Daniel dengan santainya lalu kembali terfokus ke komiknya.

"Untung ga gue siram duluan lo." Gumam Kaivan yang geram.

"Sabar bang, sabar." Sahut Brian yang melangkah mendekati dapur lalu ikut serta melihat - lihat isi kulkas. "Bang Nata, ini serealnya bang Bian ya?" Nata melirik ke arah Brian yang menunjuk sekotak sereal coklat diatas kulkas.

"Hah? Yakali bang Bian makan gituan, Bri. Punya Raka kali."

"Raka kan' sukanya yang coklat vanila?" Sahut Kaivan yang sudah duduk manis disebelah Daniel.

"Iya, waktu itu gue sendiri kok yang lihat. Bang Bian yang naroh serealnya diatas kulkas. Minta dikit ah!" Lalu Brian melangkahkan kakinya ke rak piring diujung dapur. Mengambil mangkuk kesayangannya.

"Jangan lupa ntar bilang ke bang Bian, Bri." Dengan cepat Brian mengacungkan ibu jarinya kearah Nata.

Setelah berkali - kali membolak-balik halaman komiknya. Daniel akhirnya berpaling ke TV yang menyala didepannya. Mencoba mencari film atau sekedar acara untuk ditonton. Lalu pandangannya teralih kearah Kaivan yang asik memakan sarapannya sambil memainkan hp disebelahnya.

"Ga mandi lo, Kip?"

"Iya ntar, sabar dong." Jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari layar hpnya. Lalu terlintas sebuah ide dikepala Daniel.

Dear name | 101Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang