Nata mengatur degup jantungnya sambil beberapa kali menghentakkan kakinya. Berdiri tegap didekat ruangan bertuliskan.
SEDANG UJIAN SKRIPSI! HARAP TENANG!
Pandangannya teredar melihat keadaan disekitarnya. Ada beberapa kumpulan manusia dengan senyum di wajahnya, asik berfoto, memberikan selamat dan berpelukan. Ada juga yang sama kusutnya dengan Nata.
Saatnya telah tiba, panggilan nama dan nomor urut seorang Nata Kastara Prasetya sudah dikumandangkan. Nata bangkit dan merapikan pakaiannya sebelum melangkah memasuki ruangan.
"Selamat siang."
"Siang." Rasanya seperti disiram air es begitu mendengar kicauan dari mulut penguji sidang.
"Nata Kastara Prasetya?" Lalu Nata mengangguk pelan.
"Boleh saya mulai presentasinya?" Sepasang mata milik penguji didepannya langsung terarah kearah Nata.
"Silahkan."
Sidang Nata sudah berlangsung selama kurang lebih setengah jam. Anak - anak kos sudah berkumpul didekat ruangan Nata. Menunggu dengan gugup.
"Halo semua!"
"AKHIRNYA LO DATENG JUGA." Sahut Daniel begitu melihat kedatangan sosok yang mereka tunggu, selain Nata.
Dua jam berlalu, muncul sosok dibalik pintu. Mengumandangkan panggilan nama dan nomor urut milik orang lain. Mereka menunggu munculnya Nata dari balik pintu. Mempersiapkan senyum terlebar di wajah mereka.
Nata keluar dengan wajah pucat, lesu dan tidak bertenaga. Bagaikan tak bernyawa Nata jalan keluar dari ruangan.
"Lho kok lemes mas?" Nata mengangkat wajahnya.
"SELAMAT NATA KASTARA PRASETYA SARJANA SASTRA." Sorak mereka dan disambut dengan wajah bingung Nata.
"LOH? KOK?" Tanya Nata sambil menunjuk Icha yang berdiri didepannya.
"Selamat ya." Ucap Icha sambil memberikan. buket bunga yang ada ditangannya. Tak lama kemudian disusul Javas yang memakaikan selempang nama yang bertuliskan 'Juru Masak Kosan Sudah Sarjana'. Kemudian satu persatu dari mereka memeluk bangga Nata, kecuali Icha.
"Cia cia dapet hadiah cia." Goda Raka.
"Demi bang Nata nih kita bolos sekolah HAHAH." Timpal Dewi sambil menyikut pelan Rangga.
"Yuk foto yuk!" Ajak Javas lalu menggiring mereka menjauh dari depan ruangan ujian.
Setelah berfoto - foto, mereka semua pergi ke rumah Padang yang ada didekat kosan. Saat keluar dari mobil, Nata menahan Icha yang mendahuluinya.
"Cha."
"Iya kak?"
"Panggilnya bang aja, Nata doang juga boleh." "Apalagi sayang." Gumam Nata dalam hati.
"Iya bang?"
"Makasih ya, udah dateng hari ini. Pasti repot ya kamu pake acara disuruh Ayana sama Daniel ikutan. Sekali lagi, makasih ya." Icha menepuk pelan pundak Nata.
"Ga perlu disuruh Ayana aku juga bakal dateng sendiri kok bang." Jawabnya sambil melemparkan senyuman. Hati Nata rasanya mulai berdegup tak karuan.
Selesai makan, mereka segera pulang kerumah. Kecuali Nata yang menawarkan diri untuk menemani Icha pulang. Sekarang, mereka berdua duduk didalam mobil Icha yang mengarah pulang.
Icha asik melihat hasil foto yang ada dihpnya. Sekali-dua kali tersenyum kearah layar hpnya.
"Udah dong. Masa dateng ketemu bang Nata bawa penyakit, hehe."
"Syukurlah, udah sembuh. Udah bisa diajak jalan - jalan dong, Cha?"
"Bisa. Oh iya, bentar bang!" Nata memperhatikan Icha yang sedang mencoba mencari barang dari dalam tasnya. "Nih!" Diliriknya kado yang kini mendarat dipangkuannya.
Tak lama kemudian mobil Icha berhenti didepan rumah.
"Boleh dibuka?" Tanya Nata, dibalas dengan anggukan Icha. Perlahan tangannya membuka kertas kado, berharap tidak terlalu kasar. Matanya berbinar ketika menemui sebuah dasi hitam yang ada didepannya.
"Hadiah!" Ucap Icha sambil tertawa dan mengangkat tangannya yang terbuka disamping wajahnya. Nata mencoba mengambil dasinya, mengamatinya, terpasang pin bertulisan 'Nata'.
"Makasih, Cha. Sebenernya kamu gausah kasih hadiah. Kamu dateng kaya tadi aja udah cukup."
"Cih" Icha tersenyum kecil. "Aku gasuka dateng dengan tangan kosong, hehe. Mau hadiah lagi? Ayo bilang! Mau apa?"
"Mau kamu." Jawab Nata dengan cepat. Menghasilkan keheningan diantara mereka. Lalu, sepasang tangan milik Nata menarik tubuh Icha mendekat dan bibirnya mencium pipi mungil milik Icha.
Mulutnya terbuka, menganga. Tangannya gemetar memegangi pipinya. Tak lama kemudian terdengar suara batuk palsu dari Nata. "G-gue balik dulu ya, Cha." Pamitnya lalu kemudian lari terbirit - birit setelah keluar dari mobil.
Tak lama kemudian, hp Icha terasa berdering.
"Cie." Kemudian muncul sosok tinggi yang keluar dari balik pagar.
"Pipinya merah cie."
"Apaan sih dek?! Masuk rumah sanaa!!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
—
Mungkin setelah ini aku bakal fokus ke Wanda - Bian atau Ayana - Daniel lagi? Tapi udah ada cerita ttg Kaivan sama Javas nih.. ditunggu ya!
Enaknya mau dibawa kemana hubungan Ayana sama si Dani?
Jangan lupa untuk vote, share dan comment sebanyak2 nya ya!!💖💖