Alenna

73 9 0
                                    

Siang itu, ditengah keramaian warung pojok kampus, Daniel yang tengah menikmati makan siang tiba – tiba mendapatkan telfon yang tak dikira.

"Hawoooo?" jawabnya sambil masih mengunyah makanannya.

"Lagi dimana bang?"

"Ha? Oh ini gue di warung pojok. Ada apaan Al? tumben banget lo. Ada perlu apa?"

"Gue kesitu ya bang. Gue mau cerita." Daniel terdiam sejenak.

"Boleh, gue tunggu disini ya." Setelah menutup telfon, Daniel kembali menikmati makan siangnya ditemani seekor kucing yang sedang tidur dibawah kursi.

Tak lama kemudian, sosok yang ditunggu datang, Alenna melangkah dengan santai melewati orang – orang yang sedang mengantri dikasir, menghampiri Daniel yang sedang meneguk es cincau kesukaannya.

"Enak banget itu keknya bang." Ucap Alenna sambil duduk lalu meletakkan kunci motornya diatas meja. "MAS SAYA ES CINCAU SATU YA." Teriaknya ke arah mas mas yang lewat didepannya.

"Buset itu mulut apa toa masjid? Ada apa lo tumben nyariin?" sindir Daniel sambil menyendok cincau digelasnya. Aduh jadi haus.. eh

"Hehe, mau cerita." Jawab Alenna singkat.

"Cerita apa? Mama papa lo lagi?" Alenna langsung terdiam. "Hm bener ini pasti, bandel sih lo Al!"

"Mama ngeblock nomer gue."

"Hah?"

"Keluar dari grup keluarga, diem diem an sama papa. Gue gatau harus apa. Padahal kita masih satu rumah, tapi gak ada kejelasan. Kalo udahan bilang kek, bingung gue jadinya."

"Hush, gila ya lo. Segitu pengennya lo mereka cerai?!" reflek Daniel noyor kepala Al pelan.

"Bangsat, ya gak lah! Sinting lo. Gue cuman mau mereka cerita!"

"Lo kalo goblok, goblok saja. Gausa pake banget. Gini ya Al, semua orang itu punya cara sendiri buat nyelesaikan masalah. Apalagi ini urusan orang dewasa. Pengalaman lo mah, ga ada apa – apanya sama mereka. Jadi, coba paham lah!" Layaknya adik kakak yang bertengkar mereka hampir membuat keributan, sampai tak sadar mas mas pengantar cincau udah lari terbirit – birit menjauhi meja.

"Tapi kenapa gue diblock bang? Dia udah gamau nganggep gue anaknya?" sekarang Al mulai marah, tapi Daniel cuman mendengus kesal. Susah memang kalo ngomong sama anak keras kepala macem Al.

"Ya mumpung lo belum keluar dari kartu keluarga, coba bersikap baik dong sama mama lo, Al. Gue nih ya, kalo denger mama lo ngomel tiap gue mampir tuh capek tau nggak. Gimana mama lo yang ngomel? Yang tiap hari ketemu lo? Ngingetin lo? Kalo gue jadi mama lo sudah gue buang deh lo kelaut, bodo amat. Punya anak kaku amat." Al diam, mau nggak mau, Al merasa omongan Daniel benar. Tapi gengsi dalam dirinya menolak untuk menerima fakta.

"Yaudah iya." Akhirnya dia, menerima. Tapi masih cemberut, lalu mulai menyendok cincau didalam gelasnya.

"Tuhkan ngambek. Gue gini itu.."

"Cuman ngasih tahu Al... iya gue tahu." Jawab Al sambil menirukan gaya bicara Daniel.

"Sekarang lo minta apa deh? Gue harus gimana?"

"Hmmm, cariin gue kerja."

"HAH LO UDAH DIPECAT?" beberapa pasang mata langsung menoleh ke arah mereka.

"Nggak, tapi gue pengen nambah saja." Jawab Al singkat.

"Dih gila, nyariin lo kerja di bar aja gue udah kesusahan. Masih untung waktu itu pak Jeffrian masih mau nerima. Kenapa? Duit jajan lo kurang?" Al menggeleng.

Dear name | 101Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang