Reno-Reyna

681 50 10
                                    

Sosok yang barusan dipanggil Nata berjalan menuju ke arah mereka berdiri. Beda dari yang Reno bayangkan, berbeda dari fotonya, Reyna muncul sebagai perempuan mungil, berambut panjang, beraut wajah dingin, dan berbau vanila ( parfumnya ke bau banget ).

"I-iya?" Tanya Reyna gugup.

"Gausa gemeteran kali, Rey. Ini si Komeng mau kenalan." Jawab Nata yang daritadi pengen bales dendam ke Reno.

"Reno." Tak disangka Reno malah mengulurkan tangannya dengan semangat kearah Reyna. "Reno Afkar." Lanjutnya. Reyna menyambut uluran tangan Reno dan mereka bersalaman dengan awkwardnya sebelum akhirnya Nata memecah keheningan.

"Jadi bener nih? Lo yang suka ngasih Reno hadiah ternyata..." tanya Nata memastikan. Mata Reyna melotot seketika mendengar pertanyaan Nata.

"Maaf ya kak, kalo ke ganggu. Sebenernya—"

"Bukan Reyna bang yang kasih." Tiba - tiba Brian muncul entah dari mana asalnya. "Reyna disuruh sama Tavisha cs buat ngasih ke bang Reno." Jawabnya lengkap. Reno yang tadinya mulai lega sekarang kembali bingung karena jawaban Brian.

"Iya, Ayana keceplosan ke gue bang. Katanya Tavisha punya suruhan buat ngirimin barang buat bang Reno. Dan dia marah waktu tau Reyna ngasih giftcard atas nama dia ke bang Reno. Yauda deh, si Icha ga mau ngaku kalo dia yang bikin semua ini terjadi. Aneh emang itu cewe." Tanpa Brian sadari, telinga Nata udah hampir kebakar selama mendengar penjelasan Brian barusan.

"Bri, kok gitu sih ngomongnya. Jangan ngaco deh! Maaf ya kak. Gara - gara aku jadi berantakan gini. Maaf ya, kalo jadinya nge ganggu kak Reno." Reyna masih berusaha mengelak setelah penjelasan panjang lebar yang Brian kasih barusan.

"Yang jelas dong, Bri. Mana yang bener?" Tanya Reno. Tiba - tiba hujan mengguyur dengan deras. Mereka berlari kembali ke hallway untuk berteduh menghindari hujan yang turun.

"Udah bang, nanti gue jelasin dirumah. Rey, jadi bareng? Gue pesen uber sekarang ya?"

"Ng- nggak usah, Bri. Abis ini ada.. kelas! Iya ada kelas! Kamu pulang aja duluan!" Tolak Reyna.

"Ya ga bisa gitu dong. Oke, bakal gue tungguin sampe lo kelar kelas."

"Biar pulang sama gue aja, Bri." Usul Reno tiba - tiba. Nata cuma bisa menatap temannya heran. "Ada yang perlu gue omongin sama lo, Rey. Gue tungguin sampe kelar kelas." Lanjut Reno seraya mengambil sebatang rokok dari tasnya lalu memetikan api dari koreknya dan mulai mengepulkan api ke udara.

"Udah ayo, Bri. Abang gaada barengan nih! Sama Abang aja! Naik mobil Abang!" Ajak Nata sambil menarik Brian pergi menjauh meninggalkan Reno dan Reyna berdua berteduh di hallway.

"Jadi kelasnya selesai jam berapa?" Tanya Reno memecah keheningan. Tak jarang Reno memergoki Reyna mengipaskan tangannya untuk mengusir asap rokok yang berasal darinya.

"Sebenernya aku gaada kelas kak." Jawab Reyna pelan. "Jadi, mau ngomongin apa?"

"Lo nggak suka asap rokok? Apa emang ga suka sama perokok?"

"Dua - duanya."

"Oh yaudah." Reyna menaikkan kedua alisnya ketika melihat Reno yang tiba - tiba melemparkan rokoknya yang belum habis setengah ke genangan air dan membiarkannya padam.

"Nanya itu aja?" Tanya Reyna.

"Lo suka orang bohong? Apa emang dasarnya lo pembohong?" Reyna jadi makin bingung mendengar pertanyaan yang Reno lontarkan. "Gue ga suka orang bohong, apalagi pembohong." Reno memutar tubuhnya untuk bisa menghadap kearah Reyna. "Jadi sekarang" Reno mengambil langkah maju mendekat kearah Reyna, "jelasin ke gue tentang apa yang tadi lo sama Brian perdebatkan."

Dear name | 101Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang