One Fine Day

132 15 0
                                        

Seperti biasa, Daniel harus mulai terbiasa dengan rutinitas barunya yang biar jadi mahasiswa teladan. Sekarang, kakinya yang entah berapa kali sudah semutan pun melangkahi anak tangga menuju ke dapur. Dengan selimut gambar Garfield yang dipakai menutupi pundaknya, Daniel mulai mencari keberadaan panci dan mulai merebus air. Berkali - kali kepalanya hampir jatuh diatas meja, tapi dia masih berusaha untuk tetap terjaga.

"Eh anak siapa ini pagi - pagi udah maen ke dapur aja?" Javas menepuk pundak Daniel yang akhirnya kaget.

"Ah elah bang, pagi - pagi udah ngeselin." Daniel melangkah ke arah kompor dan merobek bungkus susu coklat instan. Lalu mulai mengaduk isinya dan melangkah kembali menuju tangga.

"Lah mau ke kamar siapa lu? Gue mau balik kamar gue, kangen kasur. Sini lo balik kamar lo lagi! Jatah tuker kamar kita dah abis beb!" Javas mendongak ke arah Daniel yang nyaris sampai di lantai atas.

"AH ELAH BANG." Daniel merengek keras lalu lari masuk ke kamar.

"Ya Tuhan kapan engkau turunkan mukjizat agar makhlukmu yang satu itu tau tempat?" Oceh Javas lalu mulai melangkah ke arah kompor.

Daniel melangkah lemas ke arah meja yang ada didekat kasur Javas, mengucek matanya sekilas lalu kembali mengamati apa yang sudah diketiknya semalam. Setelah mengajukan file mentah perdananya kemarin, rasa percaya dirinya perlahan menyusut. Bahkan setelah pulang dari kampus, Daniel langsung pulang tanpa jajan dulu atau nongkrong seperti biasa. Bahkan makan malam anak kucingnya dia serahkan ke Dewa yang lagi nganggur di ruang tengah.

Bian mengucek matanya pelan, lalu mencoba mencerna pemandangan yang ada didepannya. Daniel yang fokus pada laptopnya sambil sesekali meminum susu coklatnya. Dan Bian akhirnya mulet sambil menyerukan nama makhluk yang ada sedari kemarin malam ternyata belum juga keluar dari kamarnya.

"Elah, Dan. Masalah revisi aja sampe ga tidur lo. Rileks Dan, rileks. Kalo gini yang ada lo malah sakit terus ga bisa wisuda cepet deh." Goda Bian lalu meraih hpnya.

'Pak Bian hari ini semua pertemuan akan saya hadiri, selamat berlibur, pak.'

Senyuman kecil tergambar di wajahnya setelah melihat pesan yang muncul di layar utama. Lalu kembali memperhatikan Daniel yang makin fokus dengan layar laptopnya.

"Lo yakin mau gini terus biar cepet selesai?" Tanya Bian.

"Hm." Jawab Daniel singkat tanpa memalingkan wajahnya. Tak lama kemudian Bian terlihat sedang menelefon seseorang.

"Eh pagi, Na. Hari ini kosong? Ehm, gini nih Ayana, siang ini bisa keluar?" Tanpa perlu memastikan siapa yang ditelfon Bian, Daniel langsung lompat ke kasur Bian dan melotot didepannya.

"Bang ngapain bang?" Tanyanya pelan sambil panik.

"Sst! Ok, Na. Nanti ditunggu dirumah ya." Telfon pun ditutup, Bian cuma senyum - senyum.

"BANG?! Ngapain ngajak Ayana keluar?"

"Dih? Suka - suka gue dong? Mumpung cowonya sibuk gini, kenapa ga gue ajak dia jalan? Kasian kali, sapa tau dia capek sama lo terus naksir gue. Mau mandi dulu ya!" Bian beranjak dari kasurnya lalu mengambil handuk yang menggantung dilemarinya. "Yang bener ya ngerjain skripsinya."

"Ada - ada aja bang Bian." Kata Ayana setelah telefonnya terputus. "Yaudah, gapapa deh. Nanti juga ketemu Dani." Tanpa disadari Ayana mulai melamun.

"Dek, ini file kamu ga jadi dikumpulin?" Sosok Aidan tiba - tiba muncul di depannya.

"Eh? Iya, taruh aja diatas meja aku. Nanti aku baca lagi." Jawab Ayana.

"Abis ngelamun? Daritadi ngetok pintu masa ga denger sih, dek?" Tanya Aidan lalu duduk disamping Ayana.

Dear name | 101Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang