Raka masih terdiam di tengah keramaian gazebo kampus. Sementara Daniel, Kaivan dan Rama cuman bisa melongo barengan ngeliatin Raka yang udah bengong lama kaya orang kesurupan.
"Kena sirep ya lo, Rak?" tanya Kaivan sambil membuka bungkus kacang di tangannya, lalu menawarkan ke orang – orang di dekatnya.
"Sirep apaan bang?" tanya Rama sambil melemparkan beberapa butir kacang ke dalam mulutnya.
"Itu noh, guna – guna. Tahu nggak?" Rama cuman manggut – manggut sambil lanjut makan kacang. Sementara Daniel masih menatap Raka cemas.
"Rak, waktu itu gue salah ngomong ya?" tanya Daniel sambil meraih pundak Raka. Membuat pemiliknya menoleh perlahan, lalu menggeleng pelan.
"Nggak bang, memang udah waktunya gue buat sadar aja." Kini giliran Kaivan yang memegang pundaknya sambil menyodorkan bungkus kacang di tangannya.
"Rak, lo makan gih. Lemes banget, tumben. Kena sirep beneran?"
"Nanti kita makan batagor yuk! Gue yang traktir!" ajak Rama sambil merapikan tasnya dan bangkit dari duduknya.
"Siap." Jawab Raka lalu tersenyum singkat.
"Gue juga, Ram?" tanya Kaivan polos sambil menunjuk dirinya.
"Ngh, gue kelas dulu ya."
Dalam diamnya, seperti biasa. Raka masih tetap menyalahkan dirinya seorang atas semua hal yang menimpanya. Arinda, nama yang akhirnya teringat lagi setelah sekian lama sembunyi di sisi lain otak dalam kepala Raka.
"Yaah, kalo itu sih beneran kamu yang salah ngomong, Dan!" omel Ayana sambil menarik gelas es teh yang ada di depannya.
"Masa sih? Perasaan dia nggak se-sensitif itu..." perlahan Ayana mengambil selembar tisu dan mulai menyeka pinggir mulut Daniel yang lumayan cemong sehabis makan mi ayam seperti biasa.
"Bagi kamu mungkin itu bukan sesuatu yang penting, tapi buat bang Raka? Tapi, se-galau itu yang bang Raka kalo keinget kak Arin?" Daniel cuman mengangkat bahunya, lalu mulai mengaduk minuman dalam gelasnya.
"Emang kamu kenal sama Arin?" Ayana melirik, lalu mendekatkan wajahnya.
"Kamu lupa siapa yang dulu pernah bantuin ngeberesin kandang kucing waktu Ocil melahirkan pas kamu lagi sakit?"
"Bukannya Arin alergi kucing?"
"Yang alergi bukannya bang Raka?"
"Yaelah, Ay. Kalo gini, kita sama – sama clueless namanya."
"Hehehe, orang aku udah lama banget ga ketemu sama kak Arin! Pokoknya, jangan lupa minta maaf sama bang Raka. Daripada jadi makin rumit.."
Setelah mengantar Ayana pulang seperti biasa. Daniel disambut oleh Raka yang asyik merokok di teras depan di temani Rama yang sibuk makan kuaci seperti biasa.
"Cie yang abis pacaran, mana ini oleh – olehnya?" goda Rama begitu Daniel selesai memarkirkan motornya.
"Ram, gue boleh ngobrol berdua sama Raka?" tanya Daniel tanpa basa – basi. Dan sukses membuat Raka menghentikan aktivitasnya. Rama pun segera bangkit dari duduknya dan jalan memasuki rumah.
"Buangin bungkus kuaci gue ya." Pamitnya sebelum menghilang dari balik pintu. Daniel pun duduk di sebelah Raka sambil melepas jaket dan kaos tangannya.
"Ada apa bang?" tanya Raka sambil memetik api dari koreknya.
"Arin gimana kabarnya?" Raka terdiam sejenak, menghasilkan jeda.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear name | 101
Ficción GeneralAn alternate universe story. Pure berisikan kumpulan cerita penuh kearifan lokal. Cast : yours truly, 101