Nata mencoba menenangkan dirinya. Hari yang ia tunggu akhirnya telah tiba. Pagi hari tadi dia bangun dan segera mandi dan berdandan dengan rapi. Anak - anak yang lain cuma bisa memandangi abangnya yang sudah berpakaian rapi selagi menyiapkan sarapan di pagi hari.
"Cie calon sarjana cie." Goda Javas selagi mengisi piringnya.
"Loh calon sarjana udah ga gugup nih?" Timpal Bian yang duduk disebelah Javas.
"Justru karena gugup masaknya banyak gini bang!" Jawab Nata sambil menata makanan yang baru saja matang di atas meja.
"EH TUNGGU SEMUA!" Teriakan Kaivan menghentikan semua aktivitas di meja makan. "Berdoa dulu dong, buat calon sarjana!"
Mereka semua akhirnya berdoa dipimpin Javas sebagai abang tertua. Lalu menikmati sarapan seperti biasanya.
"Nanti gue aja yang nyetir! Biar mas calon sarjana bisa pemanasan sebelum sidang." Ucap Reno sambil meraih handuknya di dekat tangga.
"Kiriman!" Terdengar teriakan dari luar rumah. Kaivan yang saat itu sedang duduk di sofa akhirnya bangkit dan berjalan keluar.
"Bang..." Kaivan masuk sambil memegang buket bunga ditangannya. "Ada yang meninggal bang?"
"Hah sokap meninggal?" Tanya Javas sambil mendekat ke Kaivan yang terpaku ditempat. "YAELAH INI MAH BUAT NATA, KIPLAN!"
"Anjing, gue hampir jantungan..." gumam Kaivan sambil berjalan kearah Nata yang duduk di meja makan. Lalu menyerahkan buket bunga yang dia terima. "Dari siapa bang?"
Nata mencoba mencari kartu ucapan didalamnya. Karena diatasnya cuma bertuliskan 'Semangat Sidang Bang Nata' tanpa ada nama pengirimnya. Lalu ditemukannya kartu ucapan kecil berwarna merah muda di pinggirnya. Nata tersenyum kecil setelah membaca isinya.
Halo bang Nata!
Karena bang Nata belum mulai sidang, namanya masih Nata Kastara Prasetya Calon Sarjana ya?
Semoga beruntung hari ini, bang!
Maaf Ayana gabisa nemenin bang Nata nanti..
Tapi Ayana janji! Bakal kasih bang Nata hadiah begitu bang Nata keluar ruangan nanti!Ayana.
"Ih dari Ayana!" Pekik Bian yang mengintip kartu ucapan yang ada ditangan Nata. Nata bangkit dari kursi dan berjalan ke arah kamarnya. Menatap meja belajarnya yang sudah tertata rapi setelah melewati hari - hari menyusun skripsi.
"Bang." Panggil Daniel yang saat itu terduduk dipinggir tempat tidur. Lalu berdiri menghampiri Nata dan menyerahkan kotak kecil berwarna hitam dengan pita putih diatasnya. "Semoga beruntung, bang."
Dibukanya kotak itu, terlihat sebuah pulpen berwarna hitam. Dengan kesan mewah dan ukiran namanya di badannya, Nata Kastara Prasetya. Lalu didampingi dengan notes kecil yang bertuliskan :
Semoga berhasil, bang Nata.
Daniel.
Nata merangkul Daniel yang berdiri didepannya. Lalu mengacak rambutnya. Dan mereka tersenyum bersama.
"Ih lo janjian ya sama Ayana? Tumben lucu banget gini." Daniel cuma memainkan alisnya sambil tersenyum meninggalkan Nata.
"Buruan berangkat bang." Ucapnya lalu menutup pintu.
Nata melangkahkan kakinya keluar ruangan. Disambut dengan tatapan warga rumah yang berkumpul diruang tengah. Membuat Nata seakan akan pergi jauh entah kemana dan ini adalah perpisahan terakhirnya.
"Cie si ganteng udah siap! Jangan tegang gitu dong mukanya!" Ucap Reno yang duduk dipojok sofa. Nata berjalan kearah mereka dengan senyum di wajahnya.
"AYO FOTO DULU!" Ucap Javas yang bangkit dari duduknya lalu menata kameranya didepan TV dan mulai menekan tombolnya.
Mereka bergantian memeluk Nata. Dan tentunya memberi semangat untuk Nata.
"Aduh rasanya kaya mau nganter anak gue lulusan tau nggak?!" Rengek Javas begitu keluar ke teras rumah.
Nata memasuki mobilnya, disambut dengan tawaan Reno yang melihat Javas dan Bian hampir berlinang air mata mengantar kepergian Nata.
"Nanti kita nyusul ya!" Ucap mereka begitu mobil Nata berjalan keluar halaman rumah. Nata yang tadinya santai, tiba - tiba diserang rasa gugup. Dibukanya berulang - ulang map yang ada dipangkuannya. Membaca naskah yang akan segera dia pertanggung jawabkan.
"Santai aja, Nat. Yang ada nanti malah lupa semua." Sahut Reno yang menyetir disebelahnya.
"Ih tunggu aja sampe giliran lo yang kaya gini, On! Sumpah ini tuh rasanya beda banget."
"Ih jahat banget lo, mentang - mentang gue belom mulai tugas akhir!"
"Hehe, semangat Reno Afkar! Gue bakal dukung lo sampe lo skripsi an nanti. Pastinya dengan gue yang udah sukses! Hahaha." Jawab Nata sambil menutup mapnya.
"Terus nanti lo kalo udah lulus mau ngelamar kerja apaan Nat? Mau jadi guru les bahasa Inggris lo?"
"Enak aja lo asal ngomong! Gue udah ngelamar jadi editor dong! Ntar kalo udah mulai ngumpulin uang. Gue mau... ambil sekolah master terus jadi dosen muda nan tampan!" Jawabnya dengan mata yang berbinar - binar. Reno tersenyum mendengar jawaban penuh semangat dari Nata.
"WAAAA CALON PAK NATA KASTARA, DOSEN NYEBELIN SE NUSANTARA NIH! HHAHAHA!" Mereka berdua tertawa. Dan Reno tersenyum lega, setelah berhasil membuat Nata kembali bahagia dan mengusir rasa gugupnya.
—
Hai, cerita sidang akhir Nata bakal aku bagi jadi 2 bagian. Jadi tunggu kelanjutannya ya! Tungguin juga hadiah dari Ayana yang bakal muncul tepat setelah Nata keluar ruangan nanti! Hehe.
Jangan lupa vote, share terus komen sebanyak - banyaknya ya!
Love, starlight😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear name | 101
BeletrieAn alternate universe story. Pure berisikan kumpulan cerita penuh kearifan lokal. Cast : yours truly, 101