🖤1🖤

29.3K 837 86
                                    

***

Seorang gadis keluar dari mobil lalu berlari masuk ke rumahnya.

"Kakek!"

"Assalaamu'alaikum, Shafa!" ucap Tuan Fajri.

Shafa menggigit bibir setelah disindir kakeknya seperti itu.

"Wa'alaikumussalaam, Kakek!" jawab Shafa.

"Sini duduk!" arah Tuan Fajri.

Shafa duduk di samping Tuan Fajri dengan wajah cemberut.

"Baru disindir ngucap salam pun sudah cemberut seperti itu? Kamu kan sudah diajarkan adab masuk rumah. Ucap lah salam dulu."

"Ish bukan karena itu lah. Aku cemberut karena hal lain," jawab Shafa.

"Kenapa?"

"Soal pemindahanku. Aku senang sekolah di sekolah khusus puteri. Kenapa aku dipindahkan ke sekolah campur? Pasti akan ada banyak pria. Orz~ malas sekali aku," keluh Shafa.

Tuan Fajri mengelus kepala Shafa. Dia tahu cucunya ini pasti tak akan suka dengan keputusannya.
Meskipun baru dua tahun Shafa tinggal dengannya, tapi dia paham sekali bagaimana Shafa menjaga batas pergaulan.

"Kita kan sudah sepakat soal ini," ucap Tuan Fajri.

"Nope! Kakek sudah janji akan membiarkanku sekolah di sekolah khusus puteri sampai aku lulus. Kenapa Kakek ingkar janji?" tanya Shafa tak puas hati.

"Mereka ingin kamu sekolah di sana," jawab Tuan Fajri.

DEG! Shafa agak tersentak mendengar kata 'mereka'.

"Motif?" tanya Shafa lagi.

"Kamu tanya sendiri nanti kalau sudah sekolah disana."

"Malas! Kalau mereka sudah bilang gitu ya sudah. Mereka pasti tahu yang terbaik untukku kan," kata Shafa lalu lari ke kamarnya.

***

Shafa menghempas tubuhnya ke atas kasur. Sambil memeluk boneka kacangnya dia memandang langitlangit kamar.

Mereka yang tadi dikatakan Kakeknya adalah calon mertuanya. Shafa baru berumur lima belas tahun dan dia sudah dijodohkan. Sebenarnya dia memang sudah lama dijodohkan. Dia sudah tahu hal itu sejak dia mulai tinggal bersama Kakeknya, dua tahun lalu.

...

"Kakek Adam kenapa sayang banget sama aku?" tanya Shafa pada Tuan Fajri.

"Karena kamu mirip Nenekmu," jawab Tuan Fajri.

"Apa hubungannya?" Shafa mulai bingung.

"Kakek, Kakek Adam dan Nenekmu berteman sejak kecil. Adam menyukai Nenekmu," jawab Tuan Fajri sambil tersenyum kecil. "Karena di masa lalu dia tak bisa memiliki Nenekmu. Jadi di masa depan nanti dia ingin memilikimu," sambungnya.

Shafa sudah mengerutkan kening, "Kakek Adam ingin menikah denganku? No! Kakek, aku tak mau!"

Tuan Fajri tertawa mendengar omongan ngaco Shafa.

"Dia ingin menjadikanmu cucunya. Dia ingin kamu menikah dengan cucunya," kata Tuan Fajri sambil menggenggam tangan Shafa.

"Whattt? Shafa baru kelas satu SMA lho!"

"Memangnya kenapa? Kamu bukan akan menikah sekarang pun."

"Apa Kakek setuju dengan keinginan Kakek Adam?"

"Jujur saja, iya. Setelah dewasa nanti, Kakek ingin kamu menikah dengan cucunya Adam."

"Ish tak mau lah! Kenal pun tidak," protes Shafa.

Promise ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang