🖤34🖤

11.3K 510 41
                                    

(Warning!!! Part ini mungkin akan membuat kalian ingin jedotin kepalaku ke tembok karena berbelitbelit gaje dan mungkin membingungkan. wkwk
Siapin cokelat kacang biar gak badmood bacanya :P)

P/s: Untuk paragraf awal. Yang dicetak miring itu ucapan Shafa di rekaman. Yang di bawahnya ucapan Aisy saat mendengar rekaman itu. *appansiiiKokAkuJelasin wkwk

***

"Rindu itu hadir bukan karena jarak yang memisahkan. Tapi sebagai akibat dari rasa yang mendalam. Karena meski kau berada di depanku, rindu itu tak pernah mati. Ada banyak bahasa rindu. Kau bisa berbisik pada bumi. Atau berteriak pada langit. Rindu selalu punya kebebasan bersuara."

"Lalu bahasa apa yang kau gunakan saat merindukanku?"

"Meski begitu tapi rinduku tak bisa bersuara. Rinduku dalam diam."

"I miss you."

"I'll miss you Fafa.  Kakak tak akan bilang I Love You padamu. Terakhir Kakak mendengar itu dari seseorang, Kakak terjebak dalam rindu yang tak bertepi.  Meski begitu I Love You tetap menjadi kalimat favorit Kakak, aneh ya. Kakak menyayangimu. Rasa sakit pergilah, datanglah lain kali. Pffffttttt!"

"Lain kali? Kau benarbenar tak terduga." Aisy tersenyum sendiri lalu menyembunyikan kembali rekaman itu agar tak terlihat Shafa nanti.

"Oom, kenapa?" Shafa tibatiba datang menghampiri Aisy.

"Hah? Euh ... tak apa." Aisy mengulurkan tangan agar Shafa naik ke kasur.  Aisy merangkul pundak Shafa setelah Shafa duduk di sampingnya.
"Kau dari mana hurm?"

"Dari kamar Abang. Ngasih baju untuk Kak Dep."

"Ngasih baju pun lama?"

"Biasalah cewek kalau gak ngobrol dulu itu berasa ada yang kurang. Ohh iya Oom lagi ngapain barusan?"

Aisy menatap tepat ke anak mata Shafa.

"Kenapa Oom malah menatapku seperti itu?"

"Memberimu kesempatan untuk membaca pikiranku."

"Aiiissssshhh Oom pikir aku cenayang?"

"Biasanya kau pandai membaca apa yang kupikirkan."

"Aku tak selalu tahu apa yang Oom pikirkan. Sudahlah jawab saja pertanyaanku, Oom ngapain barusan?"

"Tak ada."

"Bener?"

"Yep! Tak ada yang kulakukan selain memikirkanmu."

"Gembel!"

Aisy memainkan rambut Shafa.
"Hmm Shafa!"

"Apaan?"

"Kalau kita punya anak gimana?"

"Kenapa tibatiba bertanya begitu? Janganjangan Oom beneran hamil."

"Yaa Tuhan, aku serius lah." Aisy sudah mulai kesal.

"Iyaiya cowry. Aku tak ingin anakku lahir dengan dua ibu," ucap Shafa sayu. "Kalau bisa  saat Tuhan memberi kita baby, saat itu hanya aku saja istri Oom," tambah Shafa. "Eh Oom jangan salah paham. Aku tak meminta Oom bercerai dengannya, aku juga tak mendo'akan dia cepat mati, meski kemarin sempat terpikir juga sih seandainya dia mati saja. Ah tapi itu hanya pikiran sesat saja dan tak serius. Hmm soal anak ... hmm siapa yang tak ingin anak kan? Tapi aku tak mau dia lahir di saat aku belum bisa menerima keadaan kita. Maksudku, aku saja belum bisa menerima istri kedua Oom. Lalu bagaimana dengan anak kita nanti? Aku takut malah mengajarkan dia untuk membenci ibu tirinya nanti. Ahhh aku tahu ucapanku ini terdengar mengadangada. Tapi aku benarbenar tak bisa anakku punya ibu tiri di saat aku ~ibunya~ masih hidup."

Promise ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang