🖤28🖤

11.7K 513 111
                                    

***
Aisy menjemput Shafa di kampus. Dia sudah menunggu di depan mobil.

Shafa menyalami tangan Aisy.

"Kenapa hurm?" Shafa menyentuh pipi Aisy yang terlihat murung.

"Aku okay!" jawab Aisy tersenyum sambil memegang tangan Shafa yang menyentuh pipinya.

Mereka pun masuk mobil.

Sepanjang perjalanan Aisy hanya diam.

"Oom pasti terganggu dengan gosip tentang kita kan?" ucap Shafa membuat Aisy langsung menoleh padanya.

Shafa masih memandang ke luar jendela.

"Apa maksudmu?"

"Tak masalah untukku, aku tak dirugikan dengan gosip itu. Wajahku tak terekspos pula. Tapi Oom. Semua orang membicarakan Oom. Oom dicap tak baik."

"Kita sudah sering bahas ini kan? Aku sudah bilang tak usah pedulikan hal itu," ucap Aisy.

"Aku tak peduli pada gosip itu. Aku peduli pada Oom."

"Aku tak apa."

"Sebaiknya tak usah antar jemput aku lagi mulai sekarang!" pinta Shafa. Aisy menoleh lagi pada Shafa. "Jangan salah paham. Aku tak mau Oom mendapat masalah karena aku."

"Inilah kenapa aku tak ingin menyembunyikanmu lagi."

"Mereka tahu aku istri Oom atau tidak, tak akan ada bedanya. Oom tetap akan dipandang serong oleh orang lain. Lagipula selama bertahuntahun yang mereka tahu isteri Oom itu Kak Via bukan aku. Apa orang akan percaya aku istri pertama Oom? Aku rasa tidak."

"Tanggapan orang tak penting. Yang penting orang tahu im yours and you're mine."

Tangan kiri Aisy mengelus kepala Shafa yang sama sekali tak menatapnya sejak tadi.

***

"Kenapa dengan Shafa?" tanya Alisya saat Aisy dan Shafa pulang. Shafa langsung masuk ke kamarnya setelah mengucap salam.

"Salahku. Aku berantem dengan Mama dan aku sedikit badmood. Shafa pikir aku terganggu dengan cibiran orang tentangku, dan dia seperti menyalahkan dirinya untuk itu," terang Aisy.

"Kalau aku jadi Shafa pasti aku juga akan seperti itu. Cepat temukan solusi untuk masalah kalian. Tak mungkin kan selamanya Shafa bisa bersembunyi dari keluargamu, Bang. Buat Shafa menerima Selvia atau ceraikan salahsatu dari mereka," ucap Alisya. "Aku tahu perceraian itu bukan sesuatu yang Allah suka. Tapi aku tak melihat usaha Abang untuk membuat Shafa menerima Selvia. Jadi pilihannya ceraikan Selvia atau Shafa. Apa Abang ingin terus hidup seperti ini? Berdosa Abang karena mengabaikan hak Selvia sebagai isteri. Aku tak mau Abang terus berbuat dosa seperti ini. Tapi di sisi lain aku sayang Shafa. Aku sudah menganggapnya seperti saudaraku. Aku tahu Shafa tak akan bisa berbagi suami. Dia egois untuk hal itu, dan aku tak menyalahkannya. Jika Abang menerima Selvia maka Shafa akan terluka dan aku tak mau itu terjadi. Ceraikan Shafa jika Abang mau menerima Selvia. Begitu pun sebaliknya, ceraikan Selvia jika Abang tetap tak bisa adil padanya."

Itu kalimat terpanjang yang Alisya sampaikan pada Aisy. Selama ini dia mana pernah bicara sebanyak dan sebelibet itu.

"Kalau aku boleh ikut egois. Aku harap Abang pilih yang terakhir saja," tambah Alisya lalu pergi.

.

Aisy memikirkan ucapan Alisya. Dia harus cepat menyelesaikan masalah antara dia, Shafa dan Selvia.

"Shafa!" Aisy memanggil Shafa yang sedang tengkurap di kasur.

Aisy mendekati Shafa karena Shafa tak menyahut.

Promise ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang