🖤5🖤

10.4K 537 48
                                    

***

Shafa telentang memandang langitlangit kamar. Besok adalah hari pernikahannya dengan Aisy.

Dia teringat obrolannya dengan Aisy tadi siang.

"Oom!" panggil Shafa.

"Hmm."

"Oom, cinta aku tak?"
Shafa menggigit bibir setelah bertanya seperti itu.

"Tak!" jawab Aisy.

Shafa mengeluh kecil.

"Oom, apa ada wanita lain yang Oom cintai?"

"Tak!"

Shafa tersenyum.

"Bisakah Oom berjanji padaku?"

"Apa?"

"Berusahalah untuk cinta aku. Aku juga akan berusaha cinta Oom."

"Aku tak janji."

"Yasudah. Setidaknya berjanjilah akan selalu menjagaku dan Kakek. Tetap berada di sampingku. Tak akan pernah meninggalkanku. Bahkan kalau aku yang bersikeras ingin meninggalkan Oom, kumohon jangan biarkan aku melakukan itu," ucap Shafa.

Aisy mengerutkan kening mendengar permintaan Shafa itu.

"Aku pergi dari Mamaku untuk kebahagiaannya. Tapi di saat yang sama baik aku atau Mama, kami terluka. Jadi saat aku nanti memutuskan pergi dari Oom, tolong tahan aku. Jangan menyerah terhadapku. Saat aku merasa aku hanya beban, tolong yakinkan aku kalau aku ini berarti. Bukan hanya sekedar beban. Meskipun bohong, tolong lakukan itu untukku. Berjanjilah untuk sabar dengan semua sikapku."

"Aku tak akan membiarkanmu pergi!" ucap Aisy lalu berdiri. "Aku harus pulang. Di rumahku juga akan ada pengajian hari ini," ma'lum Arsy.

"Tunggu!" halang Shafa.

"Apalagi?"

"Aku mau tanya. Kenapa Oom tak ingin orangorang tahu tentang pernikahan kita?"

"Kau kan masih sekolah. Apa tanggapan orang padaku nanti kalau tahu aku menikahi anak di bawah umur? Sudahlah aku harus pergi. Habiskan saja eskrimmu! Dah cair tuh. Assaalaamu'alaikum!"

"Wa'alaikumussalaam!"
Shafa memandangi Aisy yang semakin menjauh pergi.

"Isteri orang? Sudah pantaskah aku? Siapkah aku menjalankan tanggung jawabku sebagai seorang isteri?"
Shafa memejamkan mata sambil memeluk boneka kacangnya.

***

Hari pernikahan tiba.
Shafa sudah berdebardebar. Setelah sholat subuh tadi dia hanya diam di kamar. Dia takut untuk keluar.

Tibatiba ponselnya berbunyi.

"Assalaamu'alaikum, Mama!" ucap Shafa.

"Wa'alaikumussalaam!"

Shafa terasa sesak mendengar suara Mamanya yang tertahan.

"Shafa sayang, anak Mama. Selamat pengantin baru!"

Shafa menekup mulutnya menahan tangisan.

"Jadi isteri sholehah ya, Nak. Dengarkan semua ucapan suami selama tak bertentangan dengan perintah Allah. Tanggung jawab jadi isteri itu besar. Mama harap kamu bisa mengemban tanggung jawab baru kamu. Tapi bagaimana pun juga, kamu tetap anak Mama kan? Selamanya kamu adalah anak Mama. Maafkan Mama!"

Shafa akhirnya menangis juga mendengar Mamanya menangis.

"Miss you, Mom!" ucap Shafa lalu menutup telepon.

Promise ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang