🖤46🖤

10.8K 507 42
                                    

***

Sudah seminggu sejak kepergian Dep dan Alisya.
Shafa yang biasa bersama mereka sekarang lebih sering menghabiskan waktu  bersama dengan Selvia.
Kadang Selvia juga yang mengantar Shafa ke kampus. Padahal dia belum sebulan keguguran, sudah terlihat sehat walafiat saja.

"Kak. Hey ... Kak Via!" panggil Shafa.

"Eh iya kenapa?"

"Kakak lihat apa barusan?" tanya Shafa.
Mereka sedang jalanjalan di mall dan Shafa baru keluar dari toilet.

"Bukan apaapa. Hmm Shafa ... aku mau menemui temanku dulu. Abang Izzie sebentar lagi nyampe kan? Tak apa kan kau menunggunya sendiri?"

"Aku ikut Kakak saja. Aku pasti dimarahin kalau pulang terpisah dari Kakak," ucap Shafa.

"Aku serius ada perlu, Shafa. Bisakah kau tinggalkan aku? Aku juga butuh waktu untuk diriku sendiri. Waktuku bukan hanya untuk menemanimu saja. Paham?"

Shafa tersentak dengan ucapan Selvia.

"Aku minta maaf kalau selalu merepotkan. Aku pulang duluan. Assalaamu'alaikum!" Shafa pergi menuju keluar mall.

"Maafkan aku Shafa!" gumam Selvia.

Setelah Shafa pergi, Selvia bergegas mencari seseorang. Dia yakin dia tak salah lihat. Beberapa hari ini dia merasa seperti diikuti. Jika ada yang mau menyakitinya maka biar saja dia sendiri yang tersakiti, jangan sampai Shafa ikut jadi korban. Karena itu dia menyuruh Shafa pergi duluan. Dia tak mau Shafa kenapakenapa karena dirinya.

Selvia berjalan menuju toko buku. Dia berpurapura mencari buku. Setelah itu dia mengeluarkan ponsel berpurapura mau berswafoto. Dari kamera ponsel dia melihat ada seseorang bermasker sedang memperhatikan dirinya.

Selvia langsung keluar dari toko buku lalu berjalan dengan cepat menuju pintu keluar mall.

"Taksi!" sebuah taksi berhenti di depan Selvia lalu dia bergegas masuk.

"Allah!" Selvia terkejut karena orang bermasker itu ikut masuk ke dalam taksi. "Siapa kau?" teriak Selvia takut.

Orang itu membuka maskernya membuat Selvia double terkejut.

"Ka...kaaaa...kkaau?"

"Jalan pak!" arah orang itu pada supir taksi.

"Apa maumu? Bagaimana kau menemukanku?" tanya Selvia.

"Kamu yakin mau bicara dalam taksi begini?"

Selvia diam.

"Restaurant PQRS, Pak!" arah orang itu lagi pada supir taksi.

.
.
.

"Saya minta maaf!"

"Apa mau anda?" tanya Selvia yang mulai bicara dengan formal.

"Saya hanya ingin minta maaf."

"Saya maafkan!" ucap Selvia dengan mata masih memandang ke luar jendela. Kebetulan mereka mendapat kursi di samping jendela.

"Semudah itu?"

"Jika itu bisa membuat anda berhenti mengikuti saya, maka saya maafkan. Saya tak tahu alasan anda menguntit saya beberapa hari ini itu kenapa. Tapi jujur saya katakan, saya risi."

"Maafkan saya jika saya membuat kamu terganggu."

"Lupakan saja. Saya harus segera pulang. Assalaa...."

"Tunggu!"

"Apalagi?"

"Kamu tahu kan apa yang telah saya lakukan ke kamu? Kenapa kamu setenang ini? Kenapa kamu bisa memaafkan saya begitu saja? Kamu masih ingat saya kan?"

Promise ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang