🖤6🖤

11.2K 542 54
                                    


***

Shafa mengunci pintu kamar. Dia melihat ke luar jendela. Mobil keluarga Aisy telah pergi.

"Huft menikah tapi tak seperti menikah!" keluh Shafa. Kemudian dia duduk di depan meja belajar lalu memainmainkan pensil.
"Uhh yaa ampun Shafa. Harusnya kau bersyukur. Bukannya kau memang belum siap untuk jadi istri. Mengurusi hal rumah tangga. Harusnya kau bersyukur Shafaaaaa! Nikmati saja waktumu sebelum jadi istri beneran nanti," ucap Shafa pada diri sendiri.

Tapi meski dia belum siap menjadi istri orang, dia sudah ridho jadi istri Aisy. Bukan karena Kakeknya. Tapi dia sadar kalau dia sudah mulai mencintai Aisy. Jika sebelum menikah dia masih ragu dengan perasaannya. Sekarang dia benarbenar yakin.

Shafa bangun lagi lalu mencaricari ponselnya. Ponsel yang ada di atas meja rias dia ambil lalu dengan tersenyum dia mulai mengetik sesuatu.

***

"Abang, kenapa kau tersenyum sendiri seperti itu?" tanya Arka saat melihat Aisy tersenyum bak orang tak cukup akal.

Aisy tak menghiraukan kicauan Arka. Dia masih terus tersenyum. Hal yang jarang dia lakukan sebenarnya.

Mrs.Aisy:
'Oom, sudah sampai belum?'

Chat dari Shafa. Padahal Aisy baru saja meninggalkan rumah Shafa.  Harusnya Shafa tahu benar kalau Aisy belum sampai rumah.

'Bocah!' ucap Aisy dalam hati.

Aisy tak balas chat dari Shafa. Sengaja dia ingin memainmainkan anak itu.

Shafa mondar mandir di dalam kamar. Berkalikali cek ponsel, tapi tak ada balasan dari Aisy. Padahal sudah jelasjelas Aisy membaca pesannya.

"Dasar Oom sejuk beku!" teriak Shafa geram.

***

"Shafa, barangbarang untuk dibawa besok sudah kamu bereskan?" tanya Tuan Fajri.

"Sudah Kakek!" jawab Shafa saat membereskan meja makan.
Tuan Fajri dan Shafa baru saja selesai makan malam.

"Kamu dari tadi kenapa cemberut terus? Tak suka ya pergi besok?" duga Tuan Fajri.

"Ish bukan lah. Shafa senang bisa pergi dengan kakek besok."

"Terus kenapa cemberut begitu?"

"Dari tadi siang Abang Aisy tak balas chatku. Sebal!"

"Ohhh jadi karena Izzie. Mungkin dia sibuk."

"Sibuk apanya!" cebik Shafa.

Drrrrttttdrrrrttttt

"Nah ponselmu bergetar tuh. Cepat liat barangkali dari Izzie," beritahu Tuan Fazri.

"Malas!"

"Kalau begitu biar Kakek saja yang buka!"

"Ehhh gak boleh!" Shafa merebut ponsel yang sudah dipegang Tuan Fajri.
Setelah itu dia berlari ke kamarnya membiarkan piring kotor di meja. Aissshhhh

Oom Ice:
'Sudah.'

Shafa terkebilkebil membaca pesan Aisy itu.

"Waras tidak sih? Dia baru balas sekarang? Dah basi banget!" gerutu Shafa. Dia lempar ponselnya ke kasur. Malas untuk melayan Aisy.

Di rumah Aisy, semua orang heran melihat Aisy melirik ponsel terus. Padahal kalau sedang kumpul dengan keluarga, jarang sekali Aisy membawa ponsel.

"Sedang menunggu telepon atau pesan dari seseorang kah?" tanya Nita pada Aisy.

"Hah? Ah enggak kok, Ma!" jawab Aisy.

Promise ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang