🖤10🖤

10.2K 493 35
                                    

***

"Zara!" panggil Keisha.

Shafa mengangkat satu tangannya. Memberi isyarat agar Keisha tak mengganggunya.
Saat ini Shafa sedang membenamkan wajahnya di meja. Dia benarbebar sedang tak baik.

"Biarkan dia," ucap Dian pada Keisha.

"Tapi aku khawatir lah. Dia sepertinya sedang sakit," ucap Keisha.

"Dia sepertinya butuh waktu sendiri. Jangan tanya macammacam," kata Dian lagi.

"Baiklah!"  Keisha nurut.

Tak lama kemudian...
"Eh itu Bu Reva datang!" Keisha panik.

"Zara, sudah ada guru." Bisik Keisha.

Shafa pun mengangkat wajahnya. Membenarkan duduk lalu mulai mengeluarkan buku pelajaran.
Pertengkarannya dengan Aisy harusnya tak mengganggu pelajarannya seperti ini.

Selama pelajaran berlangsung Shafa mencoba fokus. Tapi katakata 'marah'nya pada Aisy selalu terngiang. Dia sangat merasa bersalah karena telah meninggikan suara pada Aisy.
Semarah apapun dia pada Aisy  harusnya dia tak lupa kedudukannya sebagai isteri.

***

Pulang sekolah Shafa menunggu taksi di pinggir jalan depan gerbang. Setelah apa yang terjadi, mustahil Aisy akan menjemputnya. Dia juga belum mau bertemu Aisy.

"Arrrggghhhh!" Shafa berteriak saat ada orang yang menarik tubuhnya.

"Kau mau mati? Melamun di pinggir jalan. Kalau barusan tertabrak bagaimana?" tanya Aisy bertalu.

Dia terkejut sekali saat melihat Shafa hampir terserempet dan Shafa malah terlihat seperti orang yang tak sadar. Berdiri di pinggir jalan dengan pandangan kosong.

Dia tadinya hendak menjemput Shafa, tapi tak menemukan Shafa di dalam sekolah. Untung saja dia melihat Shafa di luar.

Aisy menarik Shafa menuju mobilnya. Membukakan pintu untuk Shafa. Bukan hanya itu, dia juga memasangkan sabuk pengaman kepada Shafa sebelum akhirnya dia masuk dan duduk di kursi pengemudi.

Shafa hanya diam saja. Bahkan mengucapkan terimakasih pun tidak. Entah karena terkejut hampir terserempet atau karena masih kesal pada Aisy.

Aisy memandang Shafa yang sedang memandang ke luar jendela.

Bisu.
Tak ada satu pun dari Aisy atau Shafa yang membuka suara. Masingmasing diam melayan perasaan masingmasing.

"Kita dimana?" tanya Shafa saat mobil Aisy berhenti tapi bukan di depan rumahnya.

"Mall!" jawab Aisy lalu keluar dari mobil.

'Mall? Kenapa orangtua satu itu ngajak aku kesini? Mau beli hatiku? Ciihhh gak bakal mempan. Dia pikir aku bisa luluh hanya dengan diajak belanja,' gerutu hati Shafa.

"Ayo turun!" arah Aisy setelah membukakan pintu mobil untuk Shafa.

Shafa pun turun lalu mengikuti Aisy yang berjalan di depannya.

"Kenapa kita tak langsung pulang?" tanya Shafa.

"Malas!" jawab Aisy.

"Ish!"

Aisy bertingkah seolah tak terjadi apaapa pagi tadi. Dan itu membuat Shafa kesal.

Shafa berhenti melangkah membiarkan Aisy berjalan jauh di depannya. Dia sedang tak mood untuk ngapangapain. Dia ingin pulang.

Aisy menoleh ke belakang saat sadar kalau Shafa tak mengikutinya.
Dengan keluhan kecil Aisy berbalik berjalan ke arah Shafa berdiri.

Aisy menggenggam tangan Shafa lalu tanpa suara menyuruh Shafa mengikutinya. Tapi Shafa mengeraskan tubuhnya.

Promise ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang