🖤37🖤

11.1K 536 98
                                    

***

Shafa berjalan longlai masuk ke rumah. Dia bukan tak menerima Selvia hamil. Dia hanya tak menyangka kalau Aisy mengkhianatinya.

"Shafa!" panggil Aisy. "Kau okay?"

Tanpa bicara Shafa pergi ke kamar.

"Shafa ... Shafa!" panggil Aisy. Aisy berniat menyusul Shafa, tapi Aufa sendirian di dapur. Jadi dia memutuskan untuk menemui Aufa dulu.

Shafa mengunci pintu kamar lalu menjatuhkan diri ke kasur. Menyembam wajah ke bantal.

"Aku mengandung anak Abang Izzie, Shafa!"

"Jangan biarkan dia menceraikanku."

"Apa kau tega membiarkan anakku hidup tanpa ayah?"

"Tolong mengalah lagi untukku, aku mohon!"

"Aaaaaaarrrrggghhhhhh!" Shafa berteriak memukul bantal setiap teringat  ucapanucapan Selvia.
"Aku tak mau babyku punya ibu tiri, sekarang dia harus punya saudara beda ibu juga. Apa yang harus aku lakukan, Yaa Allah?" Shafa mengelus perutnya yang hampir mencecah tiga bulan itu.

"Shafa, buka pintunya!" teriak Aisy dari luar kamar. "Kau kenapa?" Aisy benarbenar khawatir. Dia terpaksa mengganggu tidur siang Alisya agar ada yang menjaga Aufa.

"Shafa ... jangan seperti ini. Apa yang terjadi?"

Shafa semakin terisak mendengar teriakan Aisy.

"Kau membuatku khawatir. Buka pintunya."

Perlahan Shafa bangun lalu mengesat air matanya. Dia harus bertanya sendiri pada Aisy. Dia tak boleh melatah dan percaya mentahmentah ucapan Selvia. Dia harus mencari tahu kebenarannya. Dia percaya Aisy!

Aisy lega saat Shafa akhirnya mau membuka pintu. Dia melihat wajah sembab Shafa.
"Kau hampir membuatku gila!" ucap Aisy lalu memeluk Shafa erat. "Aku takut sekali."

"Aku juga takut," ucap Shafa lirih.

"Apa yang terjadi padamu?" tanya Aisy.

Shafa malah menggeleng. Aisy melepaskan pelukan lalu membawa Shafa duduk di sofa kamar.

"Tell me apa yang terjadi!" pinta Aisy.

"Tak ada apaapa. Aku hanya sedikit sensitif saja. Tadi di minimarket aku melihat ada seorang wanita yang mendekati seorang wanita yang baru keluar dari minimarket. Ternyata mereka  adalah istri pertama dan istri kedua."
Aisy sudah tak enak hati mendengar tentang isteri pertama dam kedua. Shafa memang agak sensitif tentang masalah begitu. "Istri pertama sedang hamil, tibatiba istri kedua datang dan memohon agar istri pertama tak membiarkan dia bercerai dengan suaminya karena dia sedang hamil juga. Istri pertama itu terlihat sangat terkejut," cerita Shafa.

"Karena itu kau menangis?" tanya Aisy.

Shafa mengangguk, "aku tak bisa menahan diri untuk tak menangis. Melihat mata terluka istri pertama itu membuat hatiku sakit. Seolah itu aku."

Aisy memeluk Shafa.
"Sssshhh aku tak akan menyakitimu seperti itu."

"Istri pertama bilang suaminya sangat menyayanginya dan tak percaya kalau suaminya bisa menghamili wanita lain meski wanita itu halal untuknya. Dia pasti mengatakan itu hanya untuk menyedapkan hatinya saja. Pada kenyataannya dia tak pernah benarbenar tahu perasaan suaminya kan."

"Tapi kau tahu perasaanku kan? Ssshhhh sudahlah ... apa yang terjadi pada mereka tak ada hubungannya denganmu. Dan kau tak usah khawatir, aku tak akan membuatmu mengalami hal seperti itu. Kau percaya aku kan?"

Promise ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang