🖤29🖤

11.8K 519 54
                                    

(Kalau ada part yang tak sampai bersambung berarti itu tak lengkap. Kalau sudah direfresh masih tak lengkap juga Silahkan japri aku aja buat dapat part lengkapnya. Tapi maaf kalau slow respon soalnya tampilan message ku berantakan waktunya)
***

Toktoktok!
Suara ketukan pintu membuat Dep bangun dari kasur. Dia sedang istirahat di hotel Arka. Dep segera ke wc mencuci wajahnya, setelah itu dia berjalan membuka pintu.

"Assalaamu'alaikum!"

"Wa'alaikumussalaam!" jawab Dep terkejut. "Mami kenapa ada di sini? Ayo masuk!" ajak Dep.

"Mami dengar kamu sakit," ucap Faisa setelah duduk di sofa.

"Kok tahu aku di sini?"

"Arka yang beritahu," jawab Faisa. "Kamu sakit apa?" tanya Faisa.

"Aku hanya kelelahan saja," jawab Dep.

Faisa memandang wajah Dep yang layu. Matanya bengkak dan merah. Dia baru saja menangis.
"Jangan bekerja terlalu keras, jangan berpikir terlalu keras juga. Jaga kesehatan."

"Iya Mami!" jawab Dep, dia memalingkan wajah sebentar untuk mengesat air matanya.

"Kamu menangis?"

Dep menggeleng.

"Kamu kenapa hurm?" tanya Faisa sambil memegang tangan Dep.

"Tak apa. Hanya terharu saja. Aku seperti merasa punya Mama sekarang. Mami sangat perhatian padaku."

"Kamu kan memang anak Mami," ucap Faisa lalu memeluk Dep.

"Aku ingin ketemu Mama!" ucap Dep sambil menangis dalam pelukan Faisa. "Aku rindu Mama!"

Dep tak pernah bisa merasakan kasih sayang ibu kandung karena Mamanya meninggal saat dia lahir.
Sedikit banyak Faisa bisa mengobati rindunya pada ibunya.

"Kan ada Mami sekarang," ucap Faisa.

Dep semakin erat memeluk Faisa.

"Intan!" panggil Faisa.

"Iya."

Faisa melepaskan pelukan lalu memegang kedua pipi Dep.
"Keliatan sekali kalau kamu menyembunyikan kesakitan dalam hatimu. Mulai sekarang jangan pendam semuanya sendiri. Kamu boleh cerita apa saja pada Mami kalau mau. Jangan menangis lagi."

Dep pun memeluk Faisa lagi.
Bahkan Mamanya Shafa lebih paham dirinya daripada keluarganya sendiri.

***

Shafa memutuskan mengaktifkan ponselnya setelah Alisya pulang ke rumah orangtua Shafa.

Banyak chat dari Aisy.

Belum lama dia mengaktifkan ponsel, sudah ada telepon masuk. Tentu saja itu Aisy.

"Astaghfirullah Shafa. Akhirnya kau angkat teleponku juga," ucap Aisy di ujung talian.

"Assalaamu'alaikum!" sindir Shafa.

"Wa'alaikumussalaam! Kau kemana saja? Kau di mana sekarang? Aku mengkhawatirkanmu tahu gak."

"Jangan sok peduli."

"Aku memang peduli okay. Apa kau tak percaya padaku?"

"Tak."

Aisy mengeluh kecil.
"Kau dimana?" tanya Aisy.

"Yang jelas tak ada di hatimu."

"Kata siapa? Kau selalu ada di hatiku."

"Kalau aku memang ada di hati Oom, kenapa nanya aku ada di mana?"

"Masalahnya hatiku sudah kau bawa lari."

Promise ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang