2. Kehidupan Peter

4.7K 241 1
                                    

♕♕♕

Aku dan sore, layaknya sahabat sejati. Aku menikmati saat-saat matahari terbenam dan menunggu hingga awan kuning berlalu dan berganti menjadi hitam.

Sore di akhir Bulan desember, aku menyukai cuaca hari ini.

Masih berdiri di balkon mansion di bilik kamarku, sambil menghirup dan sekekali menyesap kopi di tangan kananku.

Bahkan tubuhku masih berbalut bathrobe, aku masih malas memasang baju.

"Kau tidak kedinginan?"

Itu suara ibuku.

Aku menolehkan kepalaku menatapnya.

"Tidak bu, mungkin sebentar lagi aku akan memakai pakaianku"

Lalu ibu pun tersenyum dan ikut memandangi pemandangan yang sedari tadi ku tatap.

Ku alihkan fokusku ke samping dan mendapati ibu sedang memejamkan matanya sambil menikmati sisa sinar matahari di wajahnya.

"Jangan memandangku seperti itu" ucapnya tanpa membuka matanya.

Aku terkekeh pelan, "tak ada wanita secantik dirimu" pujian itu kembali terlontar dari mulutku.

Benar, memang benar apa yang sudah aku katakan.
Tak kan ada wanita yang dapat menggantikan posisi ibuku di dalam hidupku.

Bagiku, dia yang paling cantik, paling baik hati, dan paling mengerti diriku.

Ibu membuka matanya dan menolehkan wajahnya padaku.

"Habiskan kopimu lalu keringkan rambutmu, setelahnya pakai pakaianmu, kau bisa demam jika berlama-lama memakai bathrobe di luar ruangan" ucapnya sambil berlalu meninggalkanku yang masih berdiri di tempat yang sama.

Dia tetap lah ibuku, seperti apapun banyaknya ia bicara, dia tetap ibuku.

***

Peter Bailey, merasa tidak asing dengan nama belakangku?

Benar sekali, aku anak dari sang Perdana menteri, Carlos Bailey. Ibuku Erica Bailey, seorang profesor pada salah satu univ di Prancis sementara ayahku, bukankah aku sudah memberi tahu? Dia seorang Perdana menteri.

Ayah dan ibuku adalah salah satu contoh pasangan paling harmonis di Negara ini, seringnya tampil bersama membuat mereka di nobatkan sebagai pasangan terbaik pada jaman sekarang.

Jangan menanyakan padaku siapa yang menyematkan gelar itu, akupun tidak tahu, aku hanya sering diberitahu oleh Cassie, adikku.

Berbicara mengenai Cassie, dia adik perempuanku. Usianya baru menginjak 15 tahun, aku rasa dia lebih banyak mempunyai mulut dari pada organ lainnya, mengapa demikian? Karena sehari tak mendengarnya berbicara panjang lebar adalah hal mustahil bagi kami sekeluarga.

"Peter bisakah aku meminta sedikit uang?"

Aku menaikkan sebelah alisku setelah mendengar cassie berbicara, sejak kapan dia ada di kamarku?

"Untuk apa?" Jawabku sambil berjalan melaluinya.

"Temanku mengajakku berlibur tapi sepertinya uangku tidak akan cukup, bisakah kau memberi sedikit tambahan?" Pintanya dengan gaya memohon andalannya.

KATH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang