"Bagaimana bisa, ternyata pacarmu itu si bos?" bisik Wendy heboh sesaat setelah Seulgi mendudukan diri di kursinya.
Dengan malas Seulgi hanya menatap Wendy, dan Wendy tau tatapan itu. Tatapan yang malas untuk membahas kejadian beberapa hari yang lalu.
Namun Wendy Son tetap lah Wendy Son. Walaupun Seulgi terlihat malas untuk membahas kejadian malam itu, Wendy tetap saja memberikan banyak pertanyaan pada rekan kerja sekaligus sahabatnya itu.
"Bagaimana malammu dengan si bos? Pasti menyenangkan kan? Apa saja yang kalian lakukan? Wah aku tak menyangka pacar yang selalu kau bangga-banggakan itu adalah si bos. Pantas saja kau tak jujur pada kami. Ku kira kau membohongi kami." ucap Wendy panjang dan hanya di diami oleh Seulgi.
Seulgi merebahkan kepalanya yang sedikit pusing, membiarkan Wendy terus mengomel tanpa memberikan wanita itu tanggapan. "Ya! Aku bicara denganmu." kesal Wendy mengoyangkan tubuh Seulgi.
Seulgi hanya diam tak mengubris dan Wendy makin mengoyang-goyangkan tubuh Seulgi. "Ya! Wendy Son!" ucap Seulgi dengan tatapan tajamnya.
"Aku lelah dan sedang tidak mood. Jadi diamlah!" perintah Seulgi kembali merebahkan kepalanya diatas meja.
"Apa semalam kau melakukannya lagi?" tanya Wendy hati-hati.
"Uh!" jawab asal Seulgi agar Wendy segera diam dan tutup mulut.
"Heol daebak! Sampai pagi?"
"Uh!"
Dan seketika ingatan Seulgi kembali pada kejadian beberapa hari yang lalu, kajadian saat ciuman pertamanya hilang begitu saja.
"Pak, anda mau bawa saya kemana?"
Jimin menoleh saat Seulgi mulai membuka pembicaraan setelah keluar dari club malam.
"Kau pikir aku setua itu? Aku belum jadi bapak-bapak dan aku tak suka panggilan seperti itu. Cukup di kantor saja tidak untuk di luar kantor." balas Jimin panjang lebar tanpa menjawab pertanyaan sesungguhnya.
Seulgi hanya diam, ia malas untuk berinteraksi dengan bosnya yang sungguh sok tampan itu. Bos yang semena-mena dan menyebalkan menurutnya.
"Pak saya turun di depan saja!" ucap Seulgi kemudian saat ia sadar beberapa meter di depan ada halte bus.
"Ck! Sudah ku bilang jangan panggil pak." gerutu Jimin tak memperhatikan dan terus melajukan mobilnya tanpa mempedulikan ucapan Seulgi.
"Rumahmu dimana?" tanya kemudian.
"Turun di depan saja pak, eh____"
Jimin terseyum samar melihat Seulgi kebingungan memanggil namanya, "sayang, panggil saja sayang!"
Dari ekor matanya Jimin bisa melihat mata sipit Seulgi menjadi lebih lebar karena ucapannya barusan. Bukannya terbawa perasaan Seulgi malah menjadi takut jika bosnya itu tidak waras.
"Rumahmu dimana? Atau mau ikut denganku dan melakukan aktivitas malam bersama?" ucap Jimin membuat Seulgi makin melebarkan matanya tak percaya.
Seulgi benar-benar takut dan segara menjawab pertayaan Jimin. Menjawab dimana alamat rumahnya berada. Dan bsersyukurlah Seulgi setelah lama berdiam diri di mobil Jimin akhirnya ia tiba di depan rumah yang ia tinggali bersama keluarganya sejak dua puluh tujuh tahun yang lalu.
"Terima kasih pak___ eh,"
"Sayang!" ralat Jimin.
"Terima kasih atas tumpangannya." ucap Seulgi selanjutnya dan berniat untuk keluar dari mobil Jimin.
"Tunggu!" cegah Jimin sambil memegangi pergelanga tangan Seulgi yang akan membuka pintu.
Seulgi terdiam karena kaget. Menatap Jimin penuh tanya.
"Untuk yang tadi aku mendengar semua percakapanmu! Kalau kau merasa tak nyaman tak usah berbohong. Aku tau kau berbohong Seulgi-ssi." ucap Jimin kemudian.
"Berbohong soal apa?" tanya Seulgi sedikit gugup tapi masih bisa ia tutupi.
"Hubungan seksualmu!" balas Jimin to the poin yang membuat Seulgi bungkan dan kaget. Tak menyangka Jimin sefrontal itu.
"Jangan sok tau!" elak Seulgi percaya diri, walaupun sebenarnya gugup.
Jimin terseyum menyeringai, tak percaya dengan ucapan Seulgi dan membiarkan wanit itu terus membela diri.
"Itu masalah pribadi saya, jadi saya mohon anda jangan berlebihan. Dan terima kasih a___"
Satu kecupan mendarat di bibir Seulgi, membungkam mulut Seulgi yang terus mengoceh.
"See, itu jelas sekali ciuman pertamamu kan?"
Seulgi yang masih shock hanya diam menatap kosong ke arah Jimin. Dan Jimin tau itu! Sangat tau.
"Bahkan itu hanya kecupan nona?" sidir Jimin membuat kesadaran Seulgi kembali.
"Apa yang anda lakukan?" tanya Seulgi memegangi bibirnya.
Jimin hanya terseyum, menunjukan senyum manis yang jarang ia tunjukan di kantor. "Jika ingin tau bagimana ciuman yang sesungguhnya, atau bahkan lebih dari itu. Aku siap membantumu!" ucap Jimin dengan tatapan nakalnya.
"Jaga mulut anda pak!" ancam Seulgi yang malah mendapat satu kecupan lagi di bibirnya.
"Tenang saja, tak hanya mulut tapi seluruh tubuhku akan ku jaga untukmu mulai malam ini." ucap Jimin kemudian dengan seyum nakal di wajahnya. Mengoda Seulgi yang terlihat memerah, entah karena malu atau marah.
"Ah, dan satu lagi! Sekali lagi ku dengar kau memanggilku Pak, tak segan-segan aku menguci bibirmu dengan bibirku!"
Seketika Seulgi bungkam dan menutup mulutnya rapat, menjauhkan tubuhnya dari Jimin. Jimin yang melihat itu samakin menyondongkan badannya kearah Seulgi, menghimpit wanita itu hingga hampir membertur pintu hingga Seulgi merasa takut dan memejamkan matanya. "Turunlah!" ucap Jimin kemudian dengan senyum puasnya.
Seketika Seulgi membuka matanya saat mendengar suara Jimin dan pintu terbuka. Sedangkan Jimin masih menyondongkan badannya kearah Seulgi. "Tak mau turun?" bisik Jimin mengoda.
Dengan segera Seulgi mendorong Jimin cepat dan keluar dari dalam mobil, "hububungi aku jika kau tertarik dengan tawaranku!" goda Jimin sekali lagi.
"Tidak akan!" tolak Seulgi kemudian membanting pintu mobil Jimin.
Melihat Seulgi menghentak-hentakan kakinya dan terus menggerutu sambil memasuki rumah membuat Jimin terseyum geli. Memperhatikan Seulgi hingga wanita itu menghilang di balik pintu pagar, bahkan Jimin sekarang juga tau dimana letak kamar Seulgi.
"Aish! Menyebalkan!" gerutu Seulgi mengacak rambutnya dan beranjak dari duduknya berjalan tak nyaman menuju toilet.
"Ck, benar-benar gila si bos." decak Wendy lirih saat melihat Seulgi susah payah dan tak nyaman berjalan meninggalkan mejanya.
Seulgi yang sedang dalam masa datang bulan menjadi tidak mood, di tambah lagi Wendy terus saja menanyakan hal yang paling ia hindari. Park Jimin! Topik bahasan Wendy sedari tadi, dan kini Seulgi memilih merebahkan kepalanya lagi dan mencoba tidur, walaupun sesaat sebelum jam kerja berakhir. Menenangkan pikirannya dan mengembalikan mood-nya.
"Stt!"
Wendy yang paham hanya diam saat satu cup coklat hangat mendarat di meja Seulgi. Dan mata lebarnya melotot karena aksi si bos yang mengelus rambut Seulgi kemudian pergi begitu saja setelah tangan itu di tolak Seulgi tanpa melihat sang pemilik.
SOME
KAMU SEDANG MEMBACA
[S10] SOME [COMPLETE]
FanfictionSOME, hubungan yang tidak terikat namun saling mengikat. Kang Seulgi, wanita berusia 28 tahun yang belum pernah menikmati manisnya hubungan percintaan yang sesungguhnya harus berurusan dengan Park Jimin, kepala divisi pemasaran di perusahaanya beker...