Seulgi kini tengah duduk di samping kursi kemudi, dengan sosok cinta pertamanya yang duduk di balik kemudi. Hari ini setelah hampir satu minggu Seulgi tak bertemu dan saling berhubungan dengan Song Mino, pria itu kembali menghubungi dan mengajak Seulgi untuk makan malam bersama setelah pulang dari kantor.
"Bagaimana pekerjaanmu hari ini?" tanya Mino membuka percakapan di dalam mobil.
Seulgi mengangguk-anggukan kepalanya dan menjawab semuanya lancar dan baik-baik saja. "Kau masih ingat kedai milik bibi Yoo di dekat sekolah dulu?" lanjut Mino.
"Ah, bibi Yoo, tentu saja. Bahkan aku cukup sering main kesana bersama teman kantorku!" balas Seulgi dengan antusias.
"Bagaimana kalau kita makan kesana?" tawar Mino yang segera di beri anggukan oleh Seulgi.
Perjalan yang tak terlalu memakan waktu itu akhirnya membawa mereka ke kedai milik bibi Yoo yang dulu sering ia kunjungi semasa sekolah. Dengan ramah dan suara lantang bibi Yoo yang kian hari terlihat makin tua menyambut kedatangan Mino dan Seulgi. "Wah! Tamu lama!" seru bibi Yoo saat menyambut keduanya.
"Kau sudah lama tak kemari kemana saja?" sapa bibi Yoo pada Mino dan berakhirlah Song Mino bernostalgia bersama bibi Yoo. Sedangkan Seulgi yang melihat hal itu menjadi terseyum dan mengingat masa lalunya, masa dimana seperti saat ini bersama Song Mino. Sangat dekat namun hubungannya tak pernah jelas.
Setelah sekitar sepuluh hingga lima belasan menitan Mino mengobrol dengan bibi Yoo, kini akhirnya Mino kembali menghampiri Seulgi dengan hidangan makan malam yang sudah tertata rapi. "Maaf lama. " ucap Mino memposisikan diri duduk di hadapan Seulgi.
Seulgi hanya tersenyum dan memakluminya. Mereka pun makan malam seperti biasa sambil mengobrol ringan. Berbeda dengan halnya Jimin yang sangat sibuk menyelesakan pekerjaan yang selama dua hari ia tinggalkan. Sendirian di kantor tanpa ada Seulgi yang menemani. Pesan singkat yang Jimin kirim pun tak mendapat balasan dari Seulgi.
"Akhir pekan ini apa rencanamu?" tanya Mino kemudian memasukan makanan ke mulutnya.
"Sepertinya tak ada." jawab Seulgi memang benar adanya.
"Bagus." balas Mino singkat.
"Apanya yang bagus? Kau mau mengajakku keluar?" canda Seulgi yang sebenarnya seperti sebuah pengharapan.
"Siapa juga yang ingin mengajakmu keluar? Seperti aku tak punya urusan lain saja!" canda Mino membuat Seulgi kesal namun tak masuk ke hati.
"Aish! Kau ini!"
Mino pun tertawa melihat ekspresi Seulgi yang seperti itu, bahkan tanpa sadar Mino mengelus puncak kepala Seulgi dan membuat lelucon. "Uh, adik manisku ini sangat berharap ya pergi dengan oppa-nya ini!"
"Ck! Oppa darimana?" sungguh ini adalah sebuah pertahanan dari Seulgi yang sedang berdebar tak karuhan.
"Lihat saja hari senin akan ada kejutan untukmu! Semoga kau suka. Jadi akhir pekan ini aku harus mempersiapkan diri semaksimal mungkin." ucap Mino kemudian.
"Kejutan?" tanya Seulgi dan di angguki oleh Mino.
"Apa?" lagi-lagi tanya Seulgi.
Dan sebuah ketukan dari sumpit mendarat di kepala Seulgi. "Kau ini namanya kejutan kalau aku memberitaumu sekarang itu bukan kejutan lagi. Babo!"
"Ck! Babo?"
Dan mereka pun saling melempar argumen dan candaan seperti sedia kala. Masa SMA yang tak terasa sudah berlalu bergitu cepat, namun kenangannya masih selalu tersimpan dalam memori ingat kita.
"Terima kasih tuan Song!" pamit Seulgi saat mobil Mino sudah benar-benar berhenti di depan rumahnya.
"Istirahatlah, tunggu saja kejutanya hari senin! Ku harap kau akan terkejut saat mengetahuinya." ucap Mino sebelum benar-benar pergi meninggalkan rumah keluarga Kang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[S10] SOME [COMPLETE]
FanfictionSOME, hubungan yang tidak terikat namun saling mengikat. Kang Seulgi, wanita berusia 28 tahun yang belum pernah menikmati manisnya hubungan percintaan yang sesungguhnya harus berurusan dengan Park Jimin, kepala divisi pemasaran di perusahaanya beker...