SOME six

3.9K 708 47
                                    

Jimin menarik pergelangan tangan Seulgi dengan cepat, membuat pintu yang baru saja Seulgi buka kembali tertutup dengan suara yang nyaring. Tanpa berpikir dua kali Jimin membawa Seulgi ke sudut dan menghimpit tubuh wanita itu diantara dinding dan tubuhnya. Mencium bibir manis Seulgi dengan kasar, tak sekedar kecupan namun ciuman yang menuntut.

Jimin terus menggencarkan aksinya, berusaha membuat Seulgi membuka mulutnya dan membalas ciuman sepihaknya. Walaupun meronta dan memukul ringan pundak Jimin, pria itu tak sedikit pun berhenti, mengecup bibir atas dan bawah Seulgi secara bergantian. Bahkan sesekali Jimin menggigit bibir Seulgi agar terbuka dan memudahkan aksesnya. Jimin tengah dibakar api cemburu.

Sesaat bibir tebal itu terlepas dari bibir Seulgi, membuat bibir sang wanita sedikit bengkak di buatnya. "Apa.."

Kesempatan untuk Jimin kembali mencumbu Seulgi, memasukan lidahnya dan mengajak lidah Seulgi untuk bermain. Menari bersama hingga menimbulkan bunyi kecapan.

Seulgi terus melawan, sedangkan Jimin masih mengajak lidah Seulgi berdansa, tak peduli wanita yang sedang ia cumbu itu meneteskan air matanya Jimin tetap melanjutkan aksinya. "Hentikan apa yang kau lakukan!" marah Seulgi dengan nafas memburu saat Jimin mengambil jeda atas ciuman sepihaknya.

Jimin menatap lekat Seulgi dan masih menghimpit wanita itu. "Ini pelajaran untukmu!" Seulgi melototkan matanya tak percaya. Bahkan air matanya sudah kering di buatnya.

"Sungguh, kau benar-benar gila!" ucap Seulgi berusaha mendorong tubuh Jimin dengan sekuat tenaga dan memberikan satu tamparan pada Jimin setelahnya. Keluar dari tangga darurat sambil berjalan cepat menuju toilet. Seulgi menangis, ia merasa di lecehkan.

Sedangkan Jimin terdiam kaku di tempatnya, ia tak paham dengan apa yang baru saja ia lakukakan. Rasanya sakit, bukan karena tamparan dari Seulgi namun melihat wanitanya menangis karena perbuatannya.

"Bodoh kau Park Jimin! Bodoh!" terus, kata-kata itu terus yang Jimin gumamkan sambil meyesali perbutannya beberapa jam lalu.  Bahkan jam kerja pun berakhir dengan Jimin yang masih terus mengacak rambutnya frustasi dan sama sekali tak menyentuh pekerjaannnya. Menyesali perbuatan yang ia lakukan pada Seulgi.

Jimin segera mengambil inisiatif untuk mengirimi Seulgi pesan. Meminta maaf atas kejadian di tangga darurat beberapa jam lalu. Memohon pada Seulgi agar memaafkannya dan mau mendengarkan penjelasannya. Namun sangat di sayangkan tak satupun dari beberapa pesan permintaan maafnya di balas, bahkan di baca pun tidak.

Ajakan untuk pulang bersama dan membicarakan hal yang terjadi pun juga tak di tanggapi, Seulgi memilih pulang dengan menumpang pada Wendy. Sedangkan Jimin terlihat frustasi dan tambah kacau dengan apa yang akhir-akhir ini menimpanya.

"Kau kenapa? Ada masalah dengan pacarmu?" tanya Wendy yang hanya di diami oleh Seulgi. Sedangkan kekasih Wendy menatap heran pada Seulgi yang tak seperti biasanya.

"Ya! Aku bicara denganmu Kang Seulgi!" ucap Wendy sekali lagi sambil memutar badannya melihat Seulgi yang tengah melamun di bangku belakang.

"Ya!" sekali lagi Wendy memanggil.

Dengan malas Seulgi mumutar bola matanya menatap Wendy rekan kerja sekaligus sahabat gilanya. "Aku tidak tuli Wendy Son?! Jadi jangan berteriak aku juga sudah mendengar ucapan"

Belum selesai berucap, kata-kata Seulgi dipotong oleh Wendy. "Kalau dengar seharusnya kau jawab! Bukan hanya diam saja!" cerca Wendy kesal, sepertinya wanita satu itu sedang dalam masa pms.

"Jadi Kang Seulgi sahabat tercintaku sekaligus rekan kerja terbaikku, sebenarnya ada apa dengamu? Kau bertengkar dengan si bos?" tanya Wendy penuh penekanan.

Seulgi kembali memandang luar jendela dan menghela nafas panjang, ia malas mendengar kata si bos mengema di dalam mobil suv milik keksih Wendy ini. Ia sedang tidak mood membahas masalah itu, terlalu sakit jika mengingat kejadian siang tadi. "Sudahlah, aku malas untuk membahas masalah itu!" ucap Seulgi pada akhirnya.

Ingin jujur tapi masih belum memungkinkan, tapi jika dibiarkan akan semakin menjadi masalah dan akhirnya Seulgi lah yang akan terkena imbas. Imbas dari segala omong kosong Jimin di club malam pada waktu itu. Seulgi memilih diam sementara dan menenangkan pikirannya.

"Terima kasih atas tumpangannya." ucap Seulgi saat ia di turunkan tepat di depan rumah keluarganya.

Dan tak lama setelah mobil suv putih milik kekasih Wendy itu pergi, bahkan belum sempat Seulgi masuk ke dalam rumah, mobil sedan mewah Jimin sudah terparkir rapi di depan rumah Seulgi. "Seul!" panggil Jimin membuat Seulgi menoleh dan sedikit kaget.

Dengan segera Seulgi berjalan menuju pagar rumahnya, namun tangan Jimin lebih cepat untuk meraih pergelangan tangan Seulgi menahannya untuk mengajak bicara sang pemilik. "Lepaskan!" lirih Seulgi berusaha sekuat tenanga untuk melepaskan cengkraman Jimin.

"Seul, aku minta maaf untuk yang tadi, aku benar-benar minta"

"Lepaskan!" tegas Seulgi sekali lagi memotong ucapan Jimin.

Jimin pun akhirnya luluh dan melepaskan pergelangan tangan Seulgi, "sungguh, aku benar-benar minta maaf!" ucap Jimin sekali lagi sambil menunduk.

Tak mempedulikan bosnya itu, Seulgi segera masuk ke dalam rumahnya begitu saja. Mengingat kejadian siang tadi di tangga darurat membuatnya sakit dan kembali meneteskan air mata. Seulgi butuh sendiri dan menenangkan diri. Terlihat raut wajah Jimin sangat lelah dan penuh penyesalan. Membiarkan Seulgi yang mulai menghilang di balik pintu pagar.

***

Jimin masih setia duduk di mobilnya, mengamati jendela kamar Seulgi yang lampunya masih menyala, padahal sudah pukul sebelas lewat tapi kamar itu masih menyala. Jimin masih menunggu hingga lampu itu padam dan ia kembali pulang ke apartemannya yang memakan waktu kurang lebih satu setengah jam dari rumah Seulgi.

Tiga hari sudah berlalu, semua pesan yang Jimin kirim dan semua panggilan yang Jimin lakukan tidak mendapatkan balasan dari Seulgi. Bahkan saat Jimin meminta hasil laporan keuangan yang datang adalah orang lain. Seulgi benar-benar menghindar, dalam rapat yang diadakan saat ini saja ia hanya menunduk tak mau memandang ke arah Jimin yang terus memandangnya. Jimin tak peduli dengan reaksi dari karyawan lain, yang ia pedulikan adalah Seulgi memaafkannya.

Merasa risih terus di pandang, mau tak mau Seulgi harus menyeselsaikan masalah ini jika ia tak mau jadi bahan perhatian setiap karyawan yang ada di perusahaan tempatnya bekerja.

Seulgi menghela napasnya panjang, jika diingat-ingat memang sakit, tapi ya mau bagaimana lagi? Nasi sudah terlanjur menjadi bubur. Ia harus segera menyelesaikan ini semua dan berharap rasa sakitnya itu perlahan menghilang.

Jimin membuka pesan masuk dari ponselnya, pesan dari Seulgi yang meminta Jimin menemuinya di tangga darurat setelah selesai rapat. Ada perasaan lega saat mendapat pesan dari Seulgi. Dan rapat pun selesai, dengan segera Jimin menunuju tangga darurat untuk menemui Kang Seulgi.

"Akhirnya, kau mau mendengarkanku!" ucap Jimin saat mendapati Seulgi sudah lebih dahulu berada di tangga darurat.

Seulgi menolak tangan Jimin yang akan meraih tangannya. Seulgi mengambil nafasnya dalam, ada perasaan takut dan was-was saat mengingat kejadian hari itu.  Perlahan pula Seulgi menghembuskan napasnya, sebelum mengutarakan apa yang ingin ia sampaikan ia harus menenangkan diri terlebih dahulu.

"Untuk kejadian beberapa hari yang lalu, saya tidak akan mempermasalahkannya, saya tidak akan melaporkan anda atas tindakan pelecahan dan sejenisnya. Saya sudah memaafkan anda!" ucap Seulgi tegas walaupun sangat berat hati mengucapkan hal itu.

"Saya mohon dengan sangat, jangan ganggu saya lagi. Dan terima kasih malam itu sudah rela membantu saya."

SOME

[S10] SOME [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang