Seulgi kini bisa bernafas lega, pasalnya setelah kejaidan makan siang tadi Seulgi dan Jimin bertemu dengan mamanya Jimin yang membuat pikiran gila dari bosnya itu teralihakan dengan percakapan dengan sang mama.
"Gak jadi 'makan-makannya'?" tanya Wendy penuh dengan selidik.
"Apaan sih?" malas Seulgi jika sudah membahas privasi terkait hubungan percintaan.
"Kan enak, jadi bakalan punya banyak keponakan." celuk Wendy asal.
Sungguh Seulgi tak paham dan memilih untuk diam, karena jika di lanjutkan akan berakhir dengan pikiran-pikiran yadong dari Wendy Son yang terus terlontar dari mulut manisnya.
"Apaan sih, udah ah. Kerja, kerja jangan ngobrol mulu gak selesai-selesai nanti!"
Hari pun berganti.
Keadaan masih seperti biasanya, namun Seulgi merasa sedikit lebih aman semenjak Song Mino ada di kantornya. Aman dari Park Jimin yang sering melakukan hal-hal tak masuk akal dan membuat Seulgi selalu was-was di buatnya.
Semenjak ke hadiran Mino, Jimin tak pernah melakukan hal gila yang membuat Seulgi menjadi ikutan gila. Seperti layaknya atasan dan karyawan yang membahas pekerjaan, Jimin memperlakukan Seulgi sewajarnya. Tak berani macam-macam atau pun bertindak nekat seperti sediakala, yang ada hanya pesan-pesan singkat yang selalu mengusik Seulgi setiap saat. Pesan singkat yang rasanya sama sekali tak penting dan terkesan menganggu.
Kini Seulgi tengah berdiri di depan pintu lift menunggu pintu itu terbuka, dan tanpa di sadari ada Song Mino dan Park Jimin saat pintu itu terbuka. Sedikit memberi hormat Seulgi masuk kedalam lift yang akan membawanya ke lantai delapan dimana tempatnya bekerja.
"Oh, Kang Seulgi?" sapa Mino sedangkan Jimin hanya menatap Seulgi lekat-lekat, karena hampir semua pesannya tak sapun terbalaskan.
"Selamat pagi?!" sapa Seulgi sungguh cangung.
Mino pun terseyum melihat tingkah Seulgi, sedangkan Jimin hanya diam dan masih menatap Seulgi seolah tatapannya itu bisa menelanjangi Seulgi seketika. Dalam hati pun Seulgi berkata, 'ku mohon jangan tatap aku seperti itu.'
"Kau berangkat sendirian?" tanya Mino memecah keheningan dan Seulgi hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan itu.
"Canggung sekali!" lanjut Mino kemudian mengacak tambut Seulgi yang membuat Jimin menahan emosi dan tak sedikit pun melepaskan tatapannya dari Seulgi.
"Maaf Jimin-ssi, Kang Seulgi ini teman lama ku di SMA." jelas Mino saat merasa suasana di dalam lift menjadi sedikit cangung.
Tanpa menatap Mino dan masih terus mengarahkan padangannya pada Seulgi, Jimin pun membalas ucapan pria yang lebih tinggi darinya itu, baik tinggi badan maupun kedudukannya di kantor, "tak masalah!" balasnya singkat hingga pintu terbuka di lantai delapan.
"Seulgi-ah, nanti makan siang bersama bagaimana?" tawar Mino saat mereka akan keluar dari ruang sempit itu.
"Eum?!" kaget Seulgi. Dan entah mengapa selanjutnya Seulgi melirik ke arah Jimin sebelum mananggapi ucapan Mino. Melirik Jimin yang terlihat kesal dan memilih berjalan mendahului Seulgi dan Mino menuju ruangannya.
"Permisi, saya duluan!" pamit Jimin.
Seulgi menghembuskan nafas kasarnya saat ia baru saja duduk di kursinya, dan tak lama setelah itu tetangganya datang. Siapa lagi kalau bukan Wendy Son.
"Malam ini kita pesta, seperti biasa! Kau ikut kan?" Terang Wendy kemudian bertanya.
Sekilas Seulgi menatap Wendy lalu mengangguk, sepertinya Seulgi memang butuh untuk menenangkan pikirannya sejenak dengan ikut berpesta bersama teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[S10] SOME [COMPLETE]
FanfictionSOME, hubungan yang tidak terikat namun saling mengikat. Kang Seulgi, wanita berusia 28 tahun yang belum pernah menikmati manisnya hubungan percintaan yang sesungguhnya harus berurusan dengan Park Jimin, kepala divisi pemasaran di perusahaanya beker...