SOME two

5.3K 820 72
                                    

Seulgi terbangun dari tidurnya, bahkan keadaan kantor sudah sepi dan sedikit gelap. Hanya lampu di daerah mejanya yang masih menyala. Seulgi mengeliat merengangkan otot-ototnya, sekilas ia melihat jam menunjukan pukul enam lebih sepuluh menit, berarti Seulgi sudah lebih dari satu jam tidur. Seulgi begitu saja menyesap coklat hangat yang sudah mulai dingin yang ada di mejanya, kemudian mengemasi barangnya.

"Ya, WendyS___" ucapnya terhenti saat melihat Wendy berubah wujud menjadi pria yang duduk dengan menyilangkan kaki sambil bersedekap dan bersandar santai pada sandaran kursi.

"Sudah bangun? Nyenyak tidurmu?" sapa pria itu tak lain adalah si bos. Park Jimin.

Seulgi yang kaget hanya diam dan malas menjawab dan hanya menatap sinis Jimin karena kejadian tempo hari. Seulgi tak peduli jika jabatan Jimin lebih tingga darinya, ia merasa kesal dan di lecehkan.

"Permisi, saya pulang dulu pak." pamit Seulgi membungkuk kemudian berjalan cepat meninggalkan meja kerjanya.

Dengan cepat pula Jimin mehanan lengan menariknya hingga Seulgi terjatuh tepat kepangkuannya. "Kau lupa?" ucapnya kemudian mengecup bibir Seulgi.

Seulgi segera mendorong Jimin dan berdiri dari duduknya. "Apa-apan anda, ini di kantor."

Jimin terseyum puas melihat wajah Seulgi yang memerah. Sungguh manis dan cantik berkali lipat. "Sudah ku katakan, jangan panggil pak di luar jam kerja."

"Tapi ini di kantor!" bela Seulgi.

"Kalau begitu ayo!" ucap Jimin berdiri dari duduknya kemudian menarik lengan Seulgi menuju mobilnya terparkir.

"Pak saya mohon lepaskan! Banyak yang melihat!" lirih Seulgi mencoba melepaskan genggaman tangan Jimin.

Dan satu kecupan lagi mendarat di bibir Seulgi saat mereka sudah berada di dalam mobil Jimin. "Apa-apan anda?" marah Seulgi.

Jimin terseyum. "Satu, karena kau sudah memanggilku pak dan yang kedua ini sudah tidak lagi di kantor jadi tak ada salahnyakan aku memberimu pelajaran dengan sebuah ciuman?!" ucapnya dengan santai.

Seulgi berdecak tak menyangka, nafas beratnya berhembus begitu saja. Seulgi sungguh tak percaya bisa bertemu dengan orang seperti yang ada di hadapannya. Dan Jimin tak tau mengapa menggoda dan mengecup bibir Seulgi menjadi hal yang menyenakan untuknya.

"Apa lagi yang akan kau lakukan?" cicit Seulgi saat jarak wajah dan tumbuhnya dengan Jimin sangat dekat.

Jimin terseyum, "apa kau pikir aku akan menciummu lagi? Atau jangan-jangan itu yang kau mau?" goda Jimin kemudian menarik sabuk pengaman yang ada di belakang kepala Seulgi.

"Kalau kau tak segara memakainya maka sampai besok kita akan tetap di sini, dan mungkin akan tidur di kantor. Saling memeluk bahkan bisa jadi lebih." bisik Jimin lagi-lagi mengoda Seulgi.

Seulgi hanya diam, tubuhnya menegang dan akhirnya ia memilih pasrah. Ia malas untuk berurusan lagi dengan bos mesum dan menyebalkan itu. Semoga malam ini adalah yang terakhir kalinya ia berurusan dengan Park Jimin. Dan kini Seulgi memilih untuk diam menatap jalanan melalui kaca jendela, ia sudah pasrah akan di bawa kemana oleh bosnya itu. Yang pasti jangan sampai ke hotel saja!

"Kau tak bertanya kita kita akan kemana?" tanya Jimin memecah keheningan.

Seulgi sekilas menoleh, dengan malas ia bertanya pada Jimin dan tanpa menunggu jawaban Jimin, Seulgi sudah kembali mengarahkan pandangannya ke jalanan yang ia rasa lebih menarik daripada pria di sampingnya.

"Ke hotel memakanmu!" jawab Jimin membuat Seulgi terkaget dan kembali mengarahkan tatapan bodohnya pada Jimin.

Sekilas melihat hal itu membuat Jimin terkekeh, "kau itu sangat lucu tau!" canda Jimin membuat Seulgi mengalihakan pandangannya, memandang lurus ke depan. "Kita makan malam di restoran hotel! Kalau kau mau aku juga bisa memesan kamar sekalian."

Emosi Seulgi sudah memuncak rasanya, ia ingin mencakar bosnya itu jika saja ia tak ingat saat bosanya itu berbisik di lobi kantor.

"Sepertinya temanmu sudah menyebarkan gosip tentang kita. Jadi kalau kau mau berteriak silahkan! Toh mereka pasti taunya kita sepasang kekasih!"

Seulgi memilih diam walaupun entah kata-kata Jimin itu nyata atau hanya karangannya semata, yang jelas Seulgi mau malam ini menjadi malam terakhir ia berurusan dengan Park Jimin!

Makan malam pun berlangsung dengan keheningan, jika orang lain melihat pasti mengira bahwa Seulgi dan Jimin adalah pasangan yang sudah lama menjalin hubungan, karena dapat terlihat interaksi mereka tak terlalu berlebih dan terkesan manis dan menyenangkan.

"Park Jimin-ssi!" lirih Seulgi membuka pembicaraan.

Jimin terseyum sambil menopangkan tangannya untuk menyangga dagunya. Menanti Kang Seulgi meneruskan ucapannya.

"Saya mohon..." belum selesai dengan ucapannya pelayan yang membawa hidangan penutup datang. Membuat Seulgi mengurungkan niatnya.

"Makanlah, dan jangan lupa di habiskan!" perintah Jimin. "Setelah itu ku antar kau pulang." lanjutnya sambil menyendok ice cream cake yang telah di hidangkan cantik.

Bahkan niatan awal Seulgi untuk membuat ia terhindar dari Jimin sia-sia. Karena setelah itu sama sekali Jimin tak memberikan peluang Seulgi untuk berbicara dan yang membuat Seulgi muak adalah sepanjang jalan Jimin selalu mengatakan kata-kata yang frontal yang membuatnya bergidik dan tak nyaman.

"Ku dengar tadi kau mengatakan pada Wendy kalau semalam kita berhubungan. Bagaimana bisa kau mengatakan hal itu, kalau kau saja belum pernah mencobanya."

Sedaritadi Seulgi memilih diam, tapi bagaimana Jimin bisa tau masalah tadi pagi yang hanya ia jawab asal? Seulgi benar-benar tak habis pikir.

"Tenang bukan Wendy yang mengatakan. Kebetulan aku tadi baru datang dan mendengarnya." ucap Jimin santai dan fokus dengan menyetirnya.

"Kalau datang bulanmu sudah selesai kita bisa melakukannya, kalau kau mau!" lanjutnya.

Sontak Seulgi membelalak, bukan karena ucapan Jimin tentang 'melakukannya' tapi lebih kearah darimana Jimin tau kalau ia juga sedang datang bulan? Sungguh Seulgi baru tau kalau bosnya itu seperti paranormal yang bisa membaca pikiran dan mengetahui hal tersembunyi.

Tiba-tiba Jimin terkekeh, "tenang aku bukan paranormal."

Lalu?

"Aku tau tadi di pantry kau meminum obat anti nyerikan? Sesaikit itu kah?" ucapnya lalu bertanya.

Seulgi malas menjawab dan hanya memutar bola matanya. Memilih merebahkan badannya yang sempat menengang menjadi bersandar santai di kursi empuk mobil sedan mewah Jimin.

"Tidurlah, nanti kalau sudah sampai depan rumahmu aku bangunkan." ucap Jimin menepuk pelan dan lembut puncak kepala Seulgi.

"Sepertinya ini akan sangat macet!" lanjutnya terseyum manis ke arah Seulgi.

Deg!

Perasaan apa ini?

SOME

[S10] SOME [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang