SOME twenty-four

3.5K 616 45
                                    

Satu minggu berlalu, rasa rindu tak pernah sedikit pun lepas dari Jimin. Bahkan setelah satu minggu tak bertemu, dengan sengaja Jimin menunggu Seulgi di depan rumah keluarga Kang. Menanti wanitanya keluar dari gerbang dan siap untuk pergi ke kantor.

"Selamat pagi!" sapa Jimin saat melihat Seulgi baru saja keluar dari gerbang rumahnya dan tentu saja membuat Seulgi kaget dibuatnya.

Seyum Jimin tak pernah luntur sedikit pun, bahkan dimatanya Seulgi selalu terlihat cantik bagaimana pun dandanan dan ekspresinya.

"Astaga kau mengagetkanku!" protes Seulgi saat ia hampir saja oleng dari tangga yang ada di depan gerbang.

Jimin hanya terseyum dan bersandar di mobilnya sambil tak lepas memamndang segala tingkah laku Seulgi yang baru saja keluar dan mulai berjalan mendekat ke arahnya.

"Ada apa pagi-pagi kemari?" tanya Seulgi sedikit ketus yang sebenarnya hanya untuk menutupi bahagia sekaligus kesalnya.

Bagaimana tak bahagia dan kesal, pria dihadapannnya itu menghilang bak ditelan bumi selama satu minggu lebih. Rasanya ingin segera memeluk tubuh hangat itu dan menerima balasannya, namun seribu sayang itu semua hanya ada di pikiran Seulgi dan tak terealisasikan.

"Apa aku tak boleh menjemputmu?" jawab Jimin enteng dengan kedua tangannya bersilang di dada.

Sungguh rasanya Seulgi kesal dengan tingkah Jimin yang sungguh menyebalkan, bahkan setelah satu minggu lebih tak bertemu sifat dan sikap menyebalkannya masih sama.

"Kenapa kau dari tadi diam saja?" tanya Jimin memecah keheningan diantara mereka dalam kemacetan.

Sekilas Seulgi menengok kearah Jimin, kemudian mengeleng.

Perlahan Jimin mengambil tangan Seulgi untuk ia genggam, "kau masih menepati janjimu kan?" tanya Jimin kemudian.

"Janji?" bingung Seulgi.

Seketika Jimin melepas tangan Seulgi karna harus menarik rem tangan, "aish!" gerutu Jimin karena kemacetan yang ada di hari senin tanpa menghiraukan pertanyaan Seulgi.

Seulgi yang merasa diabaikan memilih untuk menyilangkan tangannya di dada dan bersandar sambil menikmati pemandangan lalu lalang pejalan kaki di trotoar dan beberapa mobil yang hanya bergerak beberapa centi setiap menitnya.

"Kau tak merindukanku?" tanya Jimin kemudian yang masih terus fokus pada jalanan yang mulai lancar.

"Rindu sih!" batin Seulgi.

Ia masih diam karena ia merasa terabaikan oleh Jimin. Entah mengapa ia sungguh ingin mendapat perhatian dari Jimin. Sungguh!

Jimin terseyum saat sekilas melihat aksi tutup mulutnya Seulgi yang dengan acuh di sampingnya.

"Jangan ditahan, seyum aja!" goda Jimin untuk meluluhkan aksi Seulgi.

"Kenapa kau sama sekali tak menghubungiku? Padahal aku menunggunya!" ucap Jimin dengan nada manja.

Seulgi menoleh, ia memberi tatapan tajam namun masih diam.

Apakah Jimin pikir hanya pria itu saja yang menunggu pesan. Seharusnya sebagai pria sejati ia yang lebih dulu memberi pesan, bukan menunggu pesan dari si wanita. Itulah prinsip yang di pengang oleh Seulgi.

Katanya emansipasi, namun untuk masalah ini tidak. Big No!

Bukannya takut Jimin malah terseyum lebar dan mencubit gemas pipi Seulgi. "Kau ini tidak bisa ya tidak semengemaskan ini?" ucapnya kemudian membuat Seulgi sedikit tersipu tapi masih kukuh tetep diam.

"Kau tak penasaran seminggu ini aku kemana saja?" lanjut Jimin berucap saat masih saja melihat Seulgi yang hanya diam namun sangat terlihat menahan tanya.

[S10] SOME [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang