SOME twenty-three

3.3K 581 30
                                    

Seulgi baru saja bangun dari tidurnya, sudah hampir satu minggu setelah kejadian malam itu Seulgi tak bertemu dengan Jimin. Tak hanya tak bertemu namun sekali pun mendapatkan pesan dari Jimin pun tidak. Dan itu membuatnya bertanya-tanya, kemana Jimin dan sesibuk apakah pria itu.

Seulgi mulai merasakab rindu pada pria Park itu. Tak di pungkiri sepertinya Seulgi sudah benar-benar jatuh cinta dengan pria yang mencuri ciuman pertamanya itu.

"Huh!" nafasnya berhenbus dengan kasar saat ia melihat tak ada satu pun notifikasi di ponselnya dari bos gila yang kini di ganti menjadi hanya P.

"Seul!" panggil sang ibu yang membuat Seulgi segera beranjak dari kasur dan menghampiri sang ibu.

"Iya bu!" serunya sambil menuruni anak tangga.

"Astaga ibu kira kau sudah mandi!" ungkap sang ibu yang di beri senyum lebar sambil garukan ringan di tengkuknya.

"Cepat mandi sana, sudah siang juga." perintah sang ibu yang membuat Seulgi segera bergegas.

"Oiya!" suara sang ibu membuat langkah kaki Seulgi terhenti dan kembali menghadap wanita paruh baya yang sibuk menyiapkan sarapan.

"Kau ingatkan tante Min, sebentar lagi mungkin datang, kebetulan hari ini ada pertemuan di rumah. Jadi nanti sekalian saja berangkat ke kantor bersama Suga, jadi cepatlah!" terang sang ibu sekaligus memerintah.

Dengan sedikit malas Seulgi pun beranjak untuk segera mandi dan bersiap. Tak butuh waktu begitu lama, Seulgi sudah siap dan bertepatan dengan itu tante Min dan putranya juga baru saja tiba di rumahnya.

"Oh, Seulgi sudah siap berangkat ya? Sama Suga saja, bukankah arah kantormu sama dengan arah rumah sakit Hansung?" ucap ibu Suga yang di sambut senyum oleh Seulgi. Sedikit terpaksa ya sudah lah.

Seulgi hanya malas dengan Suga, teman masa kecilnya yang super menyebalkan.

"Ayo! Aku sudah hampir terlambat ini. Belum lagi mengantarmu ke kantor!" ucap Suga membuat Seulgi merelakan sarapannya dan bergegas mengikuti Suga keluar dari rumah setelah berpamitan.

"Ck! Aku bisa-bisa terlambat karena mu! Dasar lelet!" gerutu Suga di tengah kemacetan.

"Hei, kau tak ingat siapa yang lelet? Bukankah kau yang lebih lelet!" ketus Seulgi tak terima.

Malas menjawab Suga hanya melirik ke arah Seulgi.

"Semoga saja pacarmu adalah orang yang sangat sabar!" gumam Suga yang cukup Seulgi dengar.

"Dan semoga saja, pacarmu kuat menghadapi sikap anehmu!" balas Seulgi yang sengaja lantang.

Dan itulah yang selalu terjadi diantara mereka, dari masih bertetangga hingga sampai tak bertetangga lagi Seulgi dan Suga tak pernah akur. Tapi mungkin hanya sekali dua kali saja mereka akur dan selebihnya mereka akan selalu bertengkar tak jelas.

Perjalanan hampir tiga puluh menit karena macet yang hanya di selimuti perdebatan sengit akhirnya tiba juga di plataran kantor Seulgi.

"Terima kasih atas tumpangannya tuan galak! Lain kali jika tak ikhlas lebih baik tidak usah!" ketus Seulgi keluar dari mobil Suga dan berjalan cepat menuju lobi gedung kantornya.

"Dasar tak sopan! Oppa, oppa! Aku ini lebih tua dua bulan darimu!" teriak Suga dari dalam mobil sebelum meluncur ke tempat kerjannya.

"Aish! Sungguh menyebalkan!" gerutu Seulgi di pagi hari, membuat aura positifnya berubah menjadi aura negatif.

"Kau ini kenapa?" kaget Wendy tepat di belakang Seulgi yang sedang menunggu lift terbuka.

"Ah, kau mengagetkan saja!"

[S10] SOME [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang