Seulgi memeluk tubuh Jimin makin erat saat hatinya merasa sakit atas ungkapan yang Jimin katakan. Uangkapan yang pernah ia lontarkan pada Jimin satu hari sebelum kejadian ini. Dan tanpa ada yang menyuruh kata maaf tanpa sebab keluar dari mulut Seulgi.
"Maaf!" lirih Seulgi di sela pelukan mereka.
"Kenapa minta maaf?" tanya Jimin tanpa beban. Namun di balik itu semua senyumnya sudah terkembang.
"Seharusnya aku yang minta maaf, aku minta maaf tak mengatkan padamu kemarin." ucap Jimin mengelus lembut pungung Seulgi.
"Ku kira Jimin sudah memberi tahukannya padamu." ucap Mino sambil menatap Seulgi yang sedikit pun tak lepas menatap Mino. Menyimak setiap kata yang Mino ucapkan.
"Kapan dia memberikan surat pengunduran diri?" tanya Seulgi selanjutnya.
"Sudah lama, mungkin sekitar satu bulanan yang lalu, dan itu pun aku tau dari catatan pak Lee. Dan baru tadi pagi kekasihmu itu menemuiku karena ini hari terakhirnya di kantor." jelas Mino.
"Dan bukan aku yang memberi tanda tangan itu. Itu sudah di setuji pak Lee sebelum aku mengambil alih jabatannya." lanjut Mino menerangkan.
"Lalu alasannya apa?"
Mino mengangkat dua bahunya, "entahlah aku sendiri tak tau, dia tak mengucapkan apapun. Hanya berpamitan padaku saja." ucapnya kemudian.
"Seharusnya kau yang lebih tau, kau kan kekasihnya!" lanjut Mino membuat Seulgi hanya diam.
"Atau mungkin karena kalian satu kantor, maka akan susah untuk berhubungan?! Mungkin saja, maka dari itu Jimin memilih pindah. Mungkin dia akan melamarmu. Wah selamat ya!!!" heboh Mino memberi memberi selamat pada Seulgi.
Seulgi masih diam, tak mungkin juga Jimin melakukan hal itu. Seulgi tau pasti. Hubungannya dan Jimin hanya sebatas hubungan tak jelas yang dianggap orang lain adalah hubungan romantis sepasang kekasih. Nyatanya tak ada hubungan romatis yang orang lain banyangkan hanya hubungan yang sering di sebut some diantara mereka.
"Aku tau, kau tak perlu minta maaf. Memang kau ini siapaku?" balas Seulgi atas ucapan Jimin.
"Hei siapa bilang?" goda Jimin masih setia memeluk Seulgi. "Kau ini pacarku!" lanjutnya kemudian terkekeh.
Seulgi pun ikut terkekeh atas ucapan Jimin. "Iya aku ini pacarmu, dalam cerita yang ku buat buat kemarin." balas Seulgi kemudian ikut terkekeh.
"Setidaknya teman-temanmu percaya." sambung Jimin membuat Seulgi memukul ringan lengan Jimin.
Jimin terseyum, ia suka dengan keadaan seperti ini. Dan sekali lagi Jimin mengeratkan pelukannya, menikmati aroma Seulgi yang mungkin akan sangat sulit untuk menikmatinya lagi.
Perlukah Jimin menanyakan segala macam hal yang di kenakan Seulgi? Dari sabun, shompo hingga parfumnya? Sungguh Jimin tak rela harus meninggalkan Seulgi.
"Sudah ku bilangkan semalam, kau pasti akan merindukan pelukanku." goda Jimin sekali lagi membiarkan Seulgi bersandar di bahunya.
"Bagimana coba kalau aku merindukan momen seperti ini. Memelukmu, menciummu?" Jimin memberi jeda dan menghirup dalam-dalam aroma shampo di rambut Seulgi.
"Memang kau mau kemana?" tanya Seulgi penasaran saat Jimin menghentikan ucapannya.
"Tidak jauh sih." jawab Jimin singkat sengaja tak memberi tau. Dan Seulgi hanya mengangguk mengiyakan.
Walaupun sebenarnya ingin tau lebih, Seulgi sadar bahwa ia tak berhak terlalu banyak ikut campur urusan Jimin, jawaban seperti itu di rasa cukup bagi Seulgi walaupun ia sungguh sangat penasaran. Dan Jimin pun kembali mengeratkan pelukannya membuat Seulgi mengeluh tidak bisa bernafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[S10] SOME [COMPLETE]
FanfictionSOME, hubungan yang tidak terikat namun saling mengikat. Kang Seulgi, wanita berusia 28 tahun yang belum pernah menikmati manisnya hubungan percintaan yang sesungguhnya harus berurusan dengan Park Jimin, kepala divisi pemasaran di perusahaanya beker...