SOME twelve

3.8K 640 68
                                    

Seulgi tak bisa duduk tenang, pasalnya selama seminggu ini ia berada satu kantor dengan Song Mino cinta pertamanya. Tapi bukan masalah itu yang membuat Seulgi tak bisa duduk tenang dan sangat terlihat gusar di bangkunya. Pasalnya Mino dan Jimin berada dalam satu ruangan dan hampir semua rekan kerjanya beranggapan bahwa ia dan Jimin terikat dalam hubungan some, entah saling suka semata atau memang berpacaran. Itu anggapan dari para karyawan yang ada di lantai delapan.

Bisa tamat riwayat Seulgi jika Mino mengetahuinya. Ya walaupun Seulgi tak tau sesungguhnya bagaimana, yang jelas ia masih berharap bisa bersama dengan Mino.

Seulgi menghela nafasnya dalam sebelum perlahan di hembuskan. "Seul, di panggil pak Jimin." ucap salah satu rekan kerjanya. "Laporannya minggu lalu di minta katanya!" lanjutnya.

Detak jantung Seulgi bergemeruh saat ia akan mengetuk pintu ruangan itu. Ruangan yang sekarang di miliki oleh dua orang sekaligus. Setelah mendegar suara Jimin memerintahkan untuk masuk dengan menundukan kepalanya, Seulgi memberikan laporan yang diminta oleh Jimin.

"Ini pak laporannya." lirih Seulgi, ia takut Jimin akan berbuat nekat.

Sekilas Seulgi melirik ke arah Mino yang ternyata sedari tadi melihatnya sambil terseyum kemudian mengacungkan jempolnya memberi semangat.

"Ini laporannya." ucap Jimin kembali memberikan laporan yang Seulgi bawa. "Yang kurang sudah ku tandai. Jika sudah selesai bawa lagi kemari." lanjut Jimin berucap. Sungguh tak seperti biasanya yang selalu memberi tatapan nakal dan mengoda.

Dan tak lama setelah Seulgi pamit untuk keluar dari ruangan itu ponselnya bergetar, pesan masuk dari Jimin yang mengajaknya untuk makan siang di luar dan tak lama setelah itu pesan yang sama juga masuk, bukan dari Jimin melainkan dari Song Mino.

Seulgi galau, Seulgi dilema karena mendapat dua pesan yang sama dari orang yang berbeda. Ia tak tau harus menerima ajakan siapa, ingin menerima ajakan Mino tapi Seulgi takut kejadian yang sudah hampir sebulan berlalu itu akan terualang kembali dan bisa-bisa semakin parah. Tapi ia juga tak mau menerima ajakan Jimin untuk makan siang bersama. Sungguh tidak!

Dengan sangat berat hati, Seulgi membalas pesan Mino dan menolak ajakan cinta pertamanya itu untuk makan siang bersama. Kemudian ia melakukan hal yang sama pada Jimin, menolak dengan alasan ia sudah ada janji dengan Wendy. Dan dengan sangat terpaksa juga, Seulgi harus merelakan uangnya untuk mentraktir Wendy siang ini.

"Wah tumben tarktir makan?" ucap Wendy yang sedang duduk tak sabar menanti pesanannnya datang.

"Baru dapat jatah bulanan dari si bos? Udah kaya suami istri aja!" lanjut Wendy mengoda Seulgi.

Malas menanggapi, Seulgi memilih diam dan mencari topik bahasan yang baru. "Kapan Suji menikah? Ku dengar Soojung putus dengan kekasihnya?" tanya Seulgi mengalihkan pembicaraan.

Memang dasar Wendy Son, di pancing sedikit maka topik pembicaraan akan segera berubah sesuai dengan alur yang di buat sang lawan bicara. Dan berakhirlah Wendy menceritakan dari A sampai Z seluk beluk kisah Soojung dan rencana pernikahan Suji.

"Kau sih sudah jarang ikut kumpul. Sepertinya kau ini terlalu sibuk dengan Park Jimin."

"Dan kau tau, Hyeri, Suji dan Soojung sungguh penasaran dengan Jimin."

"Siapa yang penasaran denganku?" sapa Jimin memotong ucapan Wendy, kemudian mendudukkan diri di kursi kosong sebelah Seulgi secara tiba-tiba.

"Kenapa tak bilang juga kalau makan siang di sini? Tau begitu tadi berangkat bersama." lanjut Jimin beralih menatap Seulgi dan berbisik lirih.

"Wendy-ssi, siapa yang penasaran denganku?" tanyanya lagi beralih menatap Wendy.

Wendy pun menjawab dan menjelaskan sesuai dengan apa yang ia bahas dengan Seulgi. Sedangkan Seulgi menoleh ke kanan dan ke kiri, memasang mata, takut-takut jika ada Song Mino di sekitarnya.

"Kau sendirian?" tanya Seulgi pada Jimin dengan pandangan mata tak fokus.

"Tentu saja! Kau takut aku dengan wanita lain? Tenang saja aku tak akan berpaling darimu!" jawab Jimin kemudian mengoda Seulgi membuat yang di goda berhenti dari aksinya dan menatap tajam ke arahnya.

"Bisa tidak kalian tidak terlalu mesra di depanku?" protes Wendy karena marasa diabaikan.

"Maaf Wendy-ssi, Seulgi-ku ini memang selalu begitu. Selalu minta di rayu-rayu dan di manja kapan pun itu." dan ucapan Jimin barusan berhasil membuat Seulgi kesal, reflek, Seulgi mencubit pingang Jimin sangat kasar.

"Aw, sakit sayang!" rengek Jimin dengan ekspresi memelasnya sambil mengusap pingang yang baru saja Seulgi cubit.

Sungguh Seulgi mulai jengah dengan omong kosong Jimin yang sering di lontarkan di depan Wendy, dan karena itu Park Jimin sukses sudah membuat Wendy percaya bahwa hubungan antaranya dan Jimin berjalan sangat manis, romantis dan harmonis. Namun nyatanya hanya Jimin yang mungkin menikmati permainan ini, sedangkan Seulgi ingin menarik Wendy dan berkata jujur pada sahabatnya itu.

"Aish! Tau begitu aku tak meneriama tawaranmu makan siang bersama!" gerutu Wendy yang membuat Jimin terseyum menyeringai.

Dan matilah kau Kang Seulgi karena telah membohongi Park Jimin dan ketahuan olehnya. Dengan was-was Seulgi melirik ke arah Jimin yang terus menatapnya lekat, tatapan lapar yang kapan pun siap untuk menerkam mangsanya.

"Aa..." ucap Seulgi mengalihkan perhatian Jimin darinya. Menyodorkan sendok dan memasukan ke mulut Jimin dengan paksa.

Setelah makanan itu berhasil masuk ke dalam mulut Jimin dan berhasil di telan dengan sempurna, Jimin masih terus menatap Seulgi dengan lekat kemudian bibirnya berucap, "rasanya aku sangat lapar," ucapanya memberi jeda dan langsung di balas dengan Seulgi.

"Aaa...." ucap Seulgi sekali lagi.

"Bukan lapar yang itu, tapi rasanya aku ingin memakanmu sekarang juga!" balas Jimin terus menatap lekat ke arah Seulgi yang duduk di sampingnya.

Dan jangan lupakan masih ada Wendy di hadapan mereka yang hampir tersedak makan siangnya karena ucapan Jimin yang begitu frontal di tempat umum.

"Ekhm!" deheman Wendy berhasil membuyarkan pikiran liar Jimin siang ini. "Sepertinya lebih baik aku akhiri makan siang dengan kalian. Dan jika kalian akan masuk setengah hari, akan ku buatkan surat ijin. Kalian tenang saja!" ucap Wendy sedikit terbata dan berusaha segera menghabiskan makan siangnya.

"Ku rasa aku sudah selesai. Jadi aku duluan!" pamit Wendy berdiri dari duduknya.

"Fighting!" lanjutnya berucap kemudian pergi meninggalkan meja yang menyisakan Jimin dan Seulgi.

Namun beberapa saat kemudian Wendy kembali dan mengucapkan terima kasih, "terima kasih atas traktirannya. Lain kali jika seperti ini jadinya, tak usah repot-repot. Sekali lagi terima kasih." ucap Wendy dan segera pergi dari tempat itu. Benar-benar pergi dan tidak ada niatan untuk kembali.

Sedangkan Seulgi yang terus di tatap Jimin dengan tatapan lapar dan seolah-olah bisa menelanjanginya, Seulgi memilih untuk fokus pada makanannya walaupun sedikit gugup dan susah untuk menelan.

"Apakah Wendy bisa di andalkan?" bisik Jimin sambil semakin mendekatkan diri pada Seulgi.

"Apakah setelah ini sebaiknya kita ke apartemenku, mengikuti saran Wendy mengambil kerja setengah hari? Bukankah itu ide yang menarik?"

SOME

[S10] SOME [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang