SOME ten

3.9K 659 58
                                    

Karena kejadian semalam membuat Seulgi tak bisa tidur dan kini berkahir ia mengantuk di kantor. Bahkan dua cup kopi tak cukup untuk membuatnya membuka mata lebar.

"Semalam kau melakukannya dengan si bos? Sudah berbaikan?" bisik Wendy yang memang suka to the poin itu.

Dengan wajah mengantuknya Seulgi hanya memberi tatapan tajam pada Wendy untuk membungkam mulut sahabatnya yang super duper yadong itu. Tapi mengingat kejadian semalam saat Jimin mengecup keningnya sebelum pulang, membuat pipinya merona dengan sendiri. Di pengangi kedua pipinya yang tiba-tiba memanas itu, namun dengan segera ia menepisnya dengan gelengan ringan.

Dan seyumnya kembali merekah saat satu pesan dari sang cinta pertama masuk di kotak pesannya. Pesan yang mengatakan ingin mengajaknya pulang bersama setelah selesai kantor. Dengan segera Seulgi membalas pesan itu dan mengiyakan ajakan Song Mino selaku cinta pertamanya.

***

"Udah baikan sama si bos kan? Bener kan?" tanya Wendy saat mereka tengah makan siang di kantin kantor.

Seulgi hanya diam dan asik berbalas pesan dengan Mino, tanpa sadar tiba-tiba Jimin sudah duduk di sebelahnya dengan menu masakan kantin yang sama dengan milik Seulgi dan Wendy.

"Pak!" sapa Wendy sedikit cangung.

"Tak usah cangung, santai saja." ucap Jimin kemudian perlahan menyantap makan sianganya sambil sesekali memandang Seulgi yang masih belum sadar dengan keberadaannya.

"Asik banget sih?" sapa Jimin pada akhirnya yang membuat Seulgi tersedak karena kaget.

"Pelan-pelan dong!" ucap Jimin lagi sambil mengelus pungung Seulgi dan menyodorkan minumannya pada Seulgi.

"Terima kasih." ucap Seulgi kemudian, menutup ponselnya dan berusaha dengan cepat menyelesaikan makan siangnya.

"Pelan-pelan." ucap Jimin mengingatkan, membuat Wendy yang ada di depannya entah mengapa merasa geli dengan adegan yang jarang ia lihat dari seorang Kang Seulgi.

"Tu kan, blepotan." ucap Jimin sambil mengambil sisa nasi yang menempel di sekitar mulut Seulgi, kemudian memasukannya ke mulutnya membuat Seulgi maupun Wendy kaget dan tak menyangka atas perlakuan Jimin pada Seulgi.

"Pelan-pelan." ucap Jimin sekali lagi yang membuat Seulgi hanya bisa menunduk dan makan secepat mungkin tanpa membuat kesalahan lagi.

Sedangkan Wendy hanya memberikan tatapan penuh tanya atas pemikirannya. "Jangan-jangan Seulgi memang sedang hamil!" itu pikirnya.

"Sore ini kau langsung pulang?" tanya Jimin saat mereka tengah mengembalikan peralatan makannya.

Seulgi hanya diam tak menjawab, "kalau begitu bisa temani aku lembur? Dua hari tak masuk, pekerjaanku menunpuk." pinta Jimin kemudian.

"Maaf, saya sudah ada janji!" balas Seulgi tegas.

"Tak usah terlalu formal." bisik Jimin sedikit seduktif membuat Seulgi geli dibuatnya.

Jimin terseyum melihat ekspresi Seulgi yang tengah memandangnya tajam padanya. "Kalau begitu setelah ini ke ruanganku ya. Ada titipan dari mama." ucap Jimin kemudian meninggalkan Seulgi, wanita itu pun sungguh heran dengan sikap bosnya itu. Ia pikir sudah berubah, ternyata masih sama saja!

Setelah Seulgi sudah berada di ruangan Jimin, yang ada Seulgi hanya di abaikan oleh pria itu, sedangkan Jimin sibuk dengan berkas yang selama dua hari ia tinggalkan karena demam yang menimpanya. "Duduklah dulu. Nanti kau capek jika berdiri terus." ucap Jimin tanpa melihat kearah Seulgi.

Dan entah mengapa sikap Jimin itu membuat Seulgi kesal, wanita itu pun memilih untuk duduk di sofa dari pada duduk berhadapan dengan Jimin yang sedang fokus membaca berkas.

Seulgi memilih untuk memainkan ponselnya dan membalas pesan Mino yang sempat ia abaikan karena Jimin. Tanpa sadar Jimin sudah duduk di sampingnya dan mengamatinya dari dekat. Tatapan Jimin tak pernah lepas dari Seulgi sedikit pun, tatapan memuja dan penuh dengan rasa ingin memiliki.

"Sudah main ponselnya?" bisik Jimin membuat ponsel yang Seulgi genggam jatuh di pangkuannya.

"Aish! Mengagetkan!" ucap Seulgi sambil memegangi dadanya.

"Ini dari mama." ucap Jimin menyodorkan sebuah kotak berukuran lima kali lima centi meter berwana hitam dengan tulisan emas di atasnya. Terlihat sangat elegan dan tentu saja mahal.

"Apa ini?" tanya Seulgi penasaran.

"Buka saja!" jawab Jimin yang langsung di turuti Seulgi.

Sebuah gelang mewah terpampang di dalam kotak setelah Seulgi berhasil membuka kotak berwarna hitam itu. Dan dengan segera Jimin memakaikan gelang itu di tangan Seulgi. "Terimalah dan pakailah, ini pertama kalinya mama memberikan hadiah untuk orang lain kecuali keluarga!" ucap Jimin sambil menunjukan senyumnya.

"Tapi bukan kah ini terlalu berlebihan?"

"Jangan di pikirkan. Ini hadiah dari mama, jadi tak usah kau pikirkan harga dan lain sebagainya. Kalau di beri hadiah itu di terima dan ucapkan terima kasih!" Balas Jimin yang membuat Seulgi terdiam, kemudian dengan seksama Seulgi melihat secara dekat detail dari gelang yang sudah melingkar di pergelangan tangannya.

"Terima kasih!" ucap Seulgi "Tolong sampaikan terima kasih untuk mama anda." lanjutnya kemudian.

"Sudah ku katakan berapa kali? Jangan terlalu formal, aku risih mendengarnya!" ucap Jimin bersiap mendekatkan wajahnya pada wajah Seulgi.

"Maaf!" ucap Seulgi menunduk dan mencoba menjauh.

"Kalau begitu sa, ah maksudnya aku harus bekerja kembali." pamit Seulgi berusaha berdiri dari sofa yang ia duduki tadi.

"Tunggu!" cegah Jimin membuat Seulgi langkah Seulgi terhenti dan tak jadi keluar dari ruangan itu. Membalik badanya untuk menghadap ke arah Jimin.

"Kau nanti ada janji dengan siapa?" tanya Jimin tanpa basa-basi.

"Teman lama." jawab Seulgi memang benar adanya dan entah mengapa Seulgi merasa harus menjawab pertanyaan Jimin.

"Laki-laki atau perempuan?" lanjut Jimin bertanya.

"Laki-apa urusan mu?" ucap Seulgi saat hampir saja ia menjawab pertanyaan Jimin. Ia sadar seharusnya ia tak memberi tau Jimin apa yang akan ia lakukan.

Jimin pun terseyum dan menghampiri Seulgi, memegang pundak Seulgi dan mensejajarkan wajahnya dengan wajah Seulgi. "Jangan macam-macam. Kalau aku tau kau macam-macam, kejadian beberapa minggu lalu di tangga darurat akan terulang. Dan parahnya lagi bukan disana melainkan di apartemenku, kau akan ku kurung diantara kasur dan tubuhku." ucap Jimin tepat di depan bibir Seulgi.

Kemudian satu kecupan mendarat di bibir Seulgi sebelum Jimin memberi usapan lembut di puncak kepala sang wanita. "Semangat bekerja!" bisik Jimin yang kemudian membiarkan Seulgi keluar dengan kaku dari ruangnnya.

Seulgi tak percaya apa yang baru saja Jimin lakukan padanya. Seolah sudah menjadi kebiasaan, membuat Seulgi tak bisa marah di buatnya. Seulgi juga heran pada dirinya sendiri, mengapa ia tak melawan dan tetap membiarkan bosnya itu seenaknya. Bahkan saat Jimin mengatakan kata-kata yang frontal dan cukup vulgar di telinganya, jantungnya berpacu dua kali lebih cepat dari biasanya. Dan saat bibir Jimin mendarat tapat di bibirnya, kupu-kupu dalam perutnya mulai berterbangan dan mengelitikinya. Rasa aneh mulai menghampirinya.

"Hussttt!!" tegur Wendy membuat lamnuan Seulgi buyar. "Ponselmu!" lanjut Wendy berucap.

Song Mino is calling...

SOME

[S10] SOME [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang