Setelah kejadian malam itu, sudah sekitar tiga hari Jimin tak mengusik hidupnya dan Seulgi bersyukur akan hal itu. Namun tetap saja Seulgi tak bisa tenang karena beberapa orang di kantornya selalu berbisik-bisik saat melihat kearah Seulgi dan dengan jelas Seulgi mendengarnya.
Obrolan seputar hubungannya dengan Jimin yang masih menjadi kasak-kusuk.
Ditambah lagi, rekan kerjanya yang memiliki otak yadong terus saja mencerca pertanyaan seputar hubungannya dengan Park Jimin karena penasaran. Siapa lagi kalau bukan Wendy Son.
"Lusa Suji ada pesta, ajak pacarmu ya!" ucap Wendy antusias.
"Pesta?" tanya Seulgi penasaran.
"Uh! Suji dan Myungsoo mengadakan pesta pertunangan." ucap Wendy menjelaskan.
"Dan dua bulan lagi mereka akan menikah! Kau tau alasannya, karena kado pernikahan mereka sudah datang!" lanjut Wendy bercerita, membuat Seulgi bingung di buatnya.
"Kenapa sepertinya mendadak?"
"Suji hamil tiga minggu!" bisik Wendy membuat Seulgi sedikit shock. Dan hal itulah yang membuat Seulgi tak suka dengan hubungan bebas. Ya walaupun pada akhirnya menikah Seulgi rasa tetap saja itu tak masuk akal. Untung menikah kalau tidak? Pihak perempuan lah yang dirugikan.
"Kau kapan?" canda Seulgi malas menanggapi serius persolan hubungan bebas sahabat-sahabatnya.
"Tenang kami selalu melakukannya dengan aman." bisik Wendy kemudian terkekeh. "Bagaimana dengamu dan si bos?" lanjutnya bertanya.
Seulgi memutar bola matanya, baru saja ia lega karena tak di usik kini kembali terusik lagi oleh Wendy karena (lagi-lagi) penasaran. Kebohongan apa lagi yang akan Seulgi buat tentang hubungan palsunya yang sungguh tak ia inginkan.
"Ngomong-ngomong masalah si bos__" ucap Seulgi mengambil jeda, "kau yang menyebarkan berita hubunganku dengannya?" bisik Seulgi benar-benar lirih.
Dengan segera Wendy mengeleng, "enak saja kau menuduhku! Aku tidak seember itu!" tolak Wendy tak terima.
"Salah sendiri mesra-mesraan di kantor." lanjutnya membuat Seulgi kaget, kapan juga ia mesra-mesraan dengan bosnya yang super duper ia hindari itu.
"Iya aku tau kau selalu membanggakan hubungan 'percintaan' kalian. Tapi pikir-pikir dong kalau mau ciuman atau mau mesra-mesraan, sepi sih sepi. CCTV dimana-mana!"
Seulgi jadi teringat kejadian malam itu yang membuatnya kesal namun juga merasakan debaran aneh yang membuatnya tak nyaman. Dan karena mengingat hal itu membuat Seulgi jadi kehilangan mood-nya yang sudah membaik, kini kembali memburuk, dengan segera ia berdiri dari duduknya dan berjalan cepat menuju pantry. Namun belum sempat masuk, Seulgi memutar badanya karena mendapati Jimin di dalam pantry tengah mengobrol dengan salah satu karyawati lainnya.
Jimin yang melihat Seulgi tak jadi masuk ke pantry, terseyum simpul dan kembali mengobrol dengan salah satu karyawati. "Lanjutkan saja dulu, nanti kalau ada perubahan desain produknya kita bahas di rapat selanjutnya." ucap Jimin mengakhiri percakapannya.
Jimin sekilas menatap arlojinya, pukul dua belas kurang seuluh menit, itu tandanya jam makan siang akan segera tiba, dengan segera ia membuka ponsel pintarnya dan mengirim pesan kepada Seulgi sambil terseyum senang karena telah berhasil mengoda wanitanya.
Jimin duduk di ruanganya sambil menanti Seulgi datang. Sudah lebih dari lima belas menit dari jam istirahat Jimin menunggu, namun Seulgi tak kunjung datang. Namun tak lama setelah itu pintu di ketuk dari luar, Jimin mempersilahkan orang di balik pintu masuk. Dari balik pintu yang perlahan terbuka itu, sosok Kang Seulgi muncul, menurut Jimin semakin hari Seulgi terlihat semakin mengemaskan.
"Ini pak makan siang anda!" ucap Seulgi meletakan pesanan Jimin di meja dan dengan segera Jimin berdiri menghampiri Seulgi.
"Ini di luar jam kerja, kau ingatkan?"
Seketika tangan Seulgi menutupi bibirnya mengantisipasi Jimin yang akan menciumnya. Mata Seulgi melirik kebeberapa sudut di ruangan Jimin, mencari CCTV yang bisanya terletak di salah satu pojok ruangan.
Jimin terkekeh, "tenang saja ruanganku tak ada CCTV nya." ucap Jimin kemudian mengecup puncak kepala Seulgi sambil mengelus ringan rambutnya.
Baru saja Seulgi bersyukur karena beberapa hari ini mood-nya membaik dan tak memdapat gangguan lagi dari Jimin, tapi sekarang yang ada ia tengah duduk berhadapan dengan Jimin, menikmati makan siang yang seharusanya lezat menjadi biasa saja.
"Kau diet? Kenapa seperti tak berselera?" tanya Jimin saat melihat Seulgi hanya memilih-milih makananya. "Aku tak suka jika kau terlihat kurus!" lanjutnya.
"Aaa..." perintah Jimin sambil menyodorkan danging tuna segar ke mulut Seulgi.
Seulgi hanya mengeleng kemudian mengakhir makannya, mood-nya kembali buruk. "Saya rasa saya sudah kenyang." ucap Seulgi sambil berdiri dari duduknya, membereskan sisa makanannya dan bergegas untuk keluar.
Belum sempat Seulgi keluar dari ruangan Jimin, wanita paruh baya yang terihat cantik masuk ke ruangan bosnya itu. Di lihat dari ekor mata Seulgi, Jimin segera berlari menghampiri wanita yang ia panggil 'mama' itu.
"Mama ngapain main ke kantor Jimin?" suara lirih Jimin masih terdengar di telinga Seulgi.
Bukannya menjawab sang mama malah melihat ke arah Seulgi dengan tatapan yang susah untuk diartikan. Seulgi pun yang merasa di lihati terus menerus hanya terseyum cangung dan menunduk memberi salam. "Kalau begitu saya permisi." pamitnya sopan kemudian meninggalkan ruangan si bos, menyisakan pemilik ruangan dan mamanya.
"Karyawan kantor mah, bagian keuangan! Mama ngapain sih kesini?" panik Jimin menjelaskan kemudian bertanya.
"Kenapa kamu kelihatan panik begitu?" tanya sang mama yang membuat Jimin terseyum cangung.
"Cantik juga karywanmu? Siapa namanya? Kelihatannya juga baik dan kalem."
Shock!
Jimin kaget dengan ucapan mamanya. Tak biasanya sang mama menanyakan wanita yang tengah berada di sekitar Jimin, malah terkadang sang mama memberi tatapan sinis atau ucapan pedas untuk mendiskripsikan para wanita yang ada di sekitar Jimin.
"Ya udah lah ya ga penting juga!"
"Trus mama gak boleh gitu, datang ke kantor anaknya sendiri?" sinis sang mama mendudukan diri di kursi yang tadi di duduki Seulgi.
"Ya gak gitu juga ma," panik Jimin karena biasanya mamanya akan berualah.
"Ini jam istirahat sayang, jadi mama gak bakalan ngeganggu. Tenang saja!"
Jimin hanya bisa menghembuskan nafasnya, walaupun tak tenang, Jimin berusaha untuk tenang.
"Enak ya kerja disini? Kenapa gak bantu kakak-kakakmu sih Jim?"
Dan mulai lagi bujuk rayu sang mama, membuat Jimin menjadi malas. Hal itulah yang membuat Jimin selalu menghindari mama-nya. Tak percaya akan usaha dan kerja keras Jimin tanpa embel-embel orang tua.
Jimin lelah karena terus diatur dan Jimin ingin hidup mandiri. Menentukan semua pilihannya sendiri tanpa harus ada bantuan atau embel-embel dari keluarga besaranya!
Dan ingat satu hal, Jimin itu pria sejati walaupun masih tetap anak kesayangan mama.
SOME
KAMU SEDANG MEMBACA
[S10] SOME [COMPLETE]
FanfictionSOME, hubungan yang tidak terikat namun saling mengikat. Kang Seulgi, wanita berusia 28 tahun yang belum pernah menikmati manisnya hubungan percintaan yang sesungguhnya harus berurusan dengan Park Jimin, kepala divisi pemasaran di perusahaanya beker...