SOME thirty-three

3.3K 577 20
                                    

Seulgi memandang pantulan dirinya di cermin, senyum malu-malu mewarnai paginya. Perlahan ia memengan kalung yang ada di lehernya, pemberian Park Jimin tempo hari. Bahkan bekas tanda yang Jimin buat masih ada beberapa di dadanya. Sungguh rasanya Seulgi benar-benar malu saat mengingat kejadian beberapa hari yang lalu. Kejadian dimana ia hampir saja memeberikan segalanya pada pria Park yang saat ini memang sudah memenuhi hati, pikiran dan kesehariannya.

"Seulgi! Sayang!" panggil sang ibu membuat Seulgi cepat-cepat mengancingka kemejanya dan bergegas membawa tasnya untuk berangkat bekerja. Ia yakini Jimin sudah menjemputnya.

"Iya bu sebentar." teriak Seulgi kemudian turun dari tangga dengan terburu-buru.

"Kau ini kebiasaan kalau tidak di panggil selalu saja lama. Suga sudah menantimu." terang sang ibu.

Wajah Seulgi sedikit kecewa, ia pikir Jimin, namun yang datang malah teman sekaligus musuh masa kecilnya. Min Suga."

"Tumben mampir!" ketus Seulgi mendudukan diri di kursi makan, mengulur waktu agar Suga merasa sebal dan memilih meninggalkan Seulgi.

Seulgi tak masalah jika harus terlambat dan di marahi daripada paginya hancur karena Min Suga.

Namun di luar dugaan pria itu juga ikut duduk di ruang makan dan menyantap masakan ibu Seulgi. Menikmati sarapan yang sudah lama tak ia rasakan.

"Wah masakan tante Kang masih sama seperti dulu." puji Suga dan yang terjadi selanjutnya adalah obrolan antara Suga dan ayahnya Seulgi. Mengenang masa lalu yang sedikit membuatnya sedih karena sedikit menyangkut Kang Seunggi saudara kembarnya.

Setelahnya ponsel Seulgi bergetar, pesan masuk ia dapat dari Jimin. Ucapan permintaan maaf karena tak bisa menjemput Seulgi karena ada meeting dadakan di pagi hari. Dan setelah mendapatkan pesan itu Seulgi menjadi tidak mood, karena mau tak mau harus berangkat dengan Suga.

"Aku sudah selesai. Ayah ibu aku berangkat!"

Aneh, itulah tatapan yang di berikan oleh ayah dan ibunya. Tak biasanya Seulgi duduk untuk sarapan, kemudian berlalu begitu cepat sebelum menghabiskan sarapannya. Dan Suga yang baru saja duduk dan memulai sarapan kini ikut beranjak dan berpamitan pada ayah dan ibu Seulgi, menyusul Seulgi yang sudah lebih dulu keluar dari rumahnya.

"Ya! Kau menghindariku?" tanya Suga penasaran saat Seulgi hanya diam saat Suga memaksanya untuk berangkat bersama.

"Atau jangan-jangan kau takut kekasihmu tau?" ledek Suga membuat Seulgi menatapnya tajam.

"Diamlah! Fokus saja menyetir!" ucap Seulgi ketus.

Suga terkekeh kemudian mencubit gemas pipi Seulgi.

"Ya! Jangan main cubit! Kau pikir pipiku apa?!" marah Seulgi.

Benar-benar mood nya sedang buruk, dan hal itu membuat Suga tertawa karena melihat Seulgi yang sedang marah namun terlihat mengemaskan.

"Kau tak pernah berubah ternyata!" ucap Suga demi memecah keheningan karena Seulgi memilih hanya diam tanpa mempedulikan Suga yang duduk di sampingnya.

"Bagaimana kabarmu dan kekasihmu?" tanya Suga kemudian untuk berbasa-basi.

"Apa urusanmu!" ketus Seulgi membuat Suga lama-lama menjadi kesal.

"Kau ini, sungguh menyebalkan ya!" geram Suga menahan amarahnya.

"Kau itu seharusnya berbaik hati dan berterima kasih karena aku sudah mengantarmu ke kantor!" protes Suga.

"Bukan aku yang mau! Kalau tak ikhlas turunkan saja akau di halte depan sana. Aku bisa naik bus!"

[S10] SOME [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang