SOME nineteen

3.6K 639 140
                                    

Senin di awal bulan, seperti biasa Seulgi berjalan dari halte menuju gedung kantornya. Cuaca semakin dingin dan sepertinya akan turun hujan. Dengan langkah cepat Seulgi berjalan agar rintik hujan yang mulai jatuh di pagi hari tak membuat tubuhnya basah. Dan sialnya ia tak membawa payung.

"Aish! Basah!" gerutu Seulgi membenarkan letak rambutnya dan merapikan pakaiannya, dingin itu yang di rasakan Seulgi. Pasalnya wanita itu sedikit terguyur hujan padahal kurang sepuluh langkah ia dapat masuk dalam gedung.

"Ah, menyebalkan!" gerutunya lagi saat atasannya cukup basah.

Dan tiba-tiba matel tebal membungkus tubuh Seulgi, siapa lagi kalau bukan Park Jimin pelakunya.

Setelah kejadian pesta yang diadakan oleh kantor sabtu malam lalu membuat Jimin tak ragu-ragu untuk memberi perhatian lebih pada Seulgi. Walaupun hubungan mereka belum jelas apa, Jimin tak lagi harus membawa Seulgi ke ruangannya atau ke tangga darurat untuk menunjukan perhatiannya pada Seulgi. Toh hampir semua orang di kantornya tau kejadian hari sabtu lalu, jadi Jimin merasa lebih leluasa untuk mengklaim bahwa Seulgi adalah miliknya.

"Sudah tau akan musim hujan, kenapa tidak bawa payung?" ucap Jimin membuat Seulgi kaget. Pasalnya pria itu semakin mengeratkan rangkulannya di tubuh Seulgi.

Hangat sih, tapi kenapa tak tau tempat?

"Jim, kantor!" protes Seulgi berusaha melepaskan tangan Jimin di bahunya.

"Kenapa memang?" balas Jimin santai. "Toh sabtu malam lalu semua orang tau kalau kita juga melakukan hal demikian." lanjut Jimin masih terus memeluk Seulgi dari samping dan mengajak wanitanya untuk terus berjalan sesuai dengan langkah kakinya.

"Sudahlah nikmati saja, kapan lagi seperti ini di kantor?" bisik Jimin membuat Seulgi sedikit geli.

Bahkan Mino yang melihat kejadian itu hanya terseyum dan ingin menginterogasi teman masa SMA nya itu.

"Ku mohon hentikan! Aku tak suka jadi pusat perhatian!" protes Seulgi saat beberapa pasang mata memandang ke arahnya.

Bukannya melepas, Jimin malah melihat sekelilingnya, menatapi satu-satu orang yang tengah terang-terangan menatap tajam ke arah mereka.

"Jimin-ah!" kesal Seulgi.

"Iya sayang." balas Jimin lembut dengan niatan untuk menggoda Seulgi.

"Lepaskan! Aku harus ke toilet!" gerutu Seulgi sambil menyiku Jimin agar melepaskan diri dari Seulgi.

"Baiklah, pakai ini. Hangatkan tubuhmu, kalau masih kurang hangat datang saja ke ruanganku. Sekarang ruangan itu hanya ada aku." bisik Jimin seduktif sambil melepas rangkulannya.

Sedangkan Seulgi menatap Jimin dengan jengah dan meninggalkan pria itu begitu saja. Berjalan cepat menuju toilet dan masih dengan matel tebal yang mengantung di pundaknya.

***

"Hei, kau terlihat murung dari kemarin? Ada masalah?" tanya Seulgi saat ia melihat Wendy yang biasanya heboh kini hanya diam tak banyak bicara.

Wendy masih diam.

"Kau sakit?" tanyannya sekali lagi namun pada akhirnya hanya gelengan kepala yang Seulgi dapati.

Seulgi tak paham dengan sahabatnya itu, bila ada masalah biasanya Wendy langsung bercerita namun kali ini Wendy hanya diam yang membuatnya menjadi khawatir. Belum selesai obrolannya dengan Wendy, ponselnya bergetar pertanda pesan masuk. Bos Gila.

Pesan dari Jimin yang berisi bahwa Jimin tak bisa makan siang bersama karena banyak urusan, dan mengingatkan Seulgi untuk makan yang banyak dan jangan sampai jatuh sakit.

[S10] SOME [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang