SOME fourty

4.4K 552 67
                                    

Sadari pagi Seulgi terus menggerutu, ia tak habis pikir dengan jalan pikiran Jimin yang seenaknya dan semaunya. Ia mulai menghela nafasnya panjang saat mendudukan diri di kursinya.

"Kenapa?" suara Wendy mengintrupsi.

"Ah entahlah, aku sedang kesal jangan di ganggu!" ketus Seulgi hanya diam tak melakukan apapun.

Wendy yang tak tau mengapa sahabatnya itu aneh memilih diam dan menutup mulutnya yang kadang tak terkontrol itu.

Disisi lain, Jimin tengah sangat sibuk dengan pekerjaannya yang menumpuk, meeting dimana-mana dan harus membagi waktu. Sungguh melelahkan, dintambah asistennya Kim Taehyung yang akhirnya menyerah dan memilih untuk mengelola usaha ayahnya membuat Jimin bekerja hanya di bantu sang sepupu Park Sooyoung.

"Oppa, nanti jam empat ada pertemuan lagi." ucap Sooyoung menginggatkan.

"Di kantor kan?" tanya Jimin memastikan dan di beri anggukan oleh Sooyoung.

"Nanti kalau Seulgi ke sini suruh menunggu saja di ruangan, perlakukan dia dengan baik."

"Ck, selalu!" gerutu Sooyoung melihat tingkah kakak sepupunya itu yang sungguh over dalam hubungan asmara.

"Oiya kalau jam makan malam aku belum selesai belikan dia makan seperti"

"Iya aku tau, aku sudah hafal tak perlu kau ingatkan aku juga tau!"

Jimin sekilas terseyum dan mengucapkan terima kasih pada Sooyoung sebelum sepupunya itu pergi dari ruangannya.

Sesuai dengan permintaan Jimin, setelah pulang bekerja Seulgi mampir ke kantor Jimin yang hanya bersebarangan dan masih dalam satu gedung. Dan saat memasuki ruangan Jimin, kosong itulah yang di dapati Seulgi.

"Menyebalkan!" desis Seulgi berniat untuk pulang namun tertahan oleh Sooyoung.

"Oppa sedang meeting, unnie mau menunggu?" tanya Sooyoung ramah.

"Tidak, aku pulang saja." balas Seulgi kemudian langsung keluar ruangan Jimin tanpa ramah tamah dengan Sooyoung, ia hanya kesal saja dengan Jimin.

Sudah dua minggu lebih setelah hubungannya dan Jimin menemui titik terang, namun rasanya makin aneh saja. Jika dulu saat hubungan yang tak jelas itu tengah berlangsung, Jimin selalu perhatian dan selalu bersikap seolah Seulgi adalah kekasihnya sungguhan.

Namun sekarang?

Seolah sudah mendapatkan segalanya ia lupa. Seulgi menjadi kesal, satu minggu belakangan Jimin selalu mengabaikannya, bahkan Seulgi jadi lebih sering berangkat dan pulang ke kantor seorang dari karena alasan Jimin yang selalu sibuk.

"Menyebalkan!" gerutu Seulgi.

"Kenapa tidak menungguku?" suara itu terdengar samar dengan langkah kaki yang cepat.

Park Jimin tengah berlari kecil menghampiri Seulgi yang masih beridi di depan pintu lobi menimbang-nimbang pulang menggunakan taxi atau bus. Dan tanpa ia sadar sudah hampir satu jam ia berdiri dan berkelana dengan pikirannya sendiri.

"Kenapa tak menunggu ku di dalam?" suara Jimin terdegar jelas di telinga Seulgi, pasalnya pria itu langsung memeluk pingang Seulgi dari samping.

Sedikit terlonjak kaget namun kemudian Seulgi menjadi ketus dan dingin. Ia malas untuk di sentuh Park Jimin, ia sedang marah dan kesal. Merasa di abaikan, Jimin segera menarik tangan Seulgi untuk menuju basement mengambil mobilnya.

"Kau kenapa aum?" tanya Jimin untuk kesekian kali saat ucapannya itu sama sekali tak di tanggapi oleh Seulgi.

Ratusan cara ia gunakan namun berakhir sia-sia, Seulgi hanya diam dan tak mau membalas setiap kata yang keluar dari mulutnya. Bahkan Seulgi juga menjadi pasrah saat Jimin mulai memainkn jari-jarinya di sela jaemari Seulgi. Dan, akhirnya hanya suara radio yang memenuhi isi mobil Jimin yang memgantar sang kekasih hati pulang ke rumah.

[S10] SOME [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang