Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Hubungan Seulgi dan Jimin sudah seperti layaknya pasangan kekasih pada umumnya. Setiap hari mereka berangkat dan pulang dari kantor bersama, bahkan akhir pekan tak sekali pun Seulgi menolak ajakan Jimin untuk sekedar keluar layakanya pasangan kekasih yang tengah berkencan.
Tak hanya itu saja, tiap detik dan menitnya mereka masih selalu saling memberi pesan dan menghubungi satu sama lain. Rasanya akan ada yang berbeda saat salah satu kegiatan rutin mereka tak di lakukan. Jimin telah berhasil masuk sepenuhnya di hati dan pikiran Seulgi. Bahkan Seulgi juga tak sungkan untuk bercerita pada Jimin ketika ia tengah bersedih dan teringat pada mendiang sudara kembarnya.
Benar seperti apa yang di katakan Jimin, ia selalu ada untuk Seulgi. Selalu di samping Seulgi bagaimana pun keadaan Seulgi. Jimin sungguh menepatinya.
"Seul?!" panggil Jimin lembut saat mereka tengah berada di dalam mobil menuju gedung kantor mereka.
"Eum?" Seulgi menoleh.
"Nanti aku harus lembur, kau temani ya?" pinta Jimin.
Seulgi sedikit berpikir, antara ingin menamani tapi juga tak mau mengganggu.
"Bagaimana? Aku sih tidak mau mendengar penolakan!" ucap Jimin selanjutnya saat tak segera mendapat jawaban.
"Aish, dasar pemerintah!" gumam Seulgi pelan yang cukup di dengar Jimin, dan membuat pria itu terseyum mendengarnya.
"Tapi kau suka kan ku perintah?" goda Jimin menjawil dagu Seulgi.
"Ih, apaan sih?!" protes Seulgi yang sebenarnya menahan rasa malu. Dan dengan segera Seulgi mengubah nama Jimin di ponselnya menjadi 'pemerintah' karena mang pria itu sangat suka sekali memerintahnya.
"Jadi nanti setelah selesai kerja tunggu saja Taehyung di lobi." ucap Jimin yang fokus menyetir.
"Kau masih ingat Taehyung kan?"
Seulgi mengangguk. Bagaimana ia bisa melupakan pria setampan Kim Taehyung coba!
"Nanti kau akan ditemaninya ke ruanganku!"
***
"Ya, aku ingin cerita!" bisik Wendy saat Seulgi baru saja duduk di kursinya.
"Nanti ya saat makan siang, aku yang traktir deh!" lanjut Wendy antusias.
Seulgi menganggu, "pasti Suga kan?" desis Seulgi membuat Wendy memegangi pipinya karena malu. Wendy Son memang mudah sekali untuk di tebak.
Waktu terus bergulir, tiap detiknya berganti menit dan menitnya berganti jam dan tanpa terasa jam istirahat mulai tiba. Seulgi mulai merengangkan otot-ototnya yang tegang karena terlalu lama menunduk. Tak lama setelah itu ponselnya berdering, panggilan dari pemerintah siapa lagi kalau bukan Park Jimin.
"Iya? Apa?" jawab Seulgi sambil merengangkan otot lehernya karena pegal.
"Tidak, hanya memastikan kau baik-baik saja." ucapnya kemudian terkekeh.
Seulgi hanya diam.
"Kau sudah makan? Jangan lupa makan yang banyak."
Seulgi terkekeh mendengar Jimin mengucapkan hal itu. Bisa-bisanya Jimin berkata demikian padahal yang sering melewatkan makan siang adalah Park Jimin.
"Kenapa kau tertawa?!"
"Seharusnya aku yang mengatakan hal itu padamu!" ucap Seulgi kemudian.
"Mengatakan apa?" pancing Jimin.
Seulgi terseyum dengan sendirinya sambil menyandarkan diri di kursi kerjanya.
"Kau yang seharusnya makan banyak, jangan lupa makan siang. Aku tutup ya, aku sudah di tunggu Wendy!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[S10] SOME [COMPLETE]
FanfictionSOME, hubungan yang tidak terikat namun saling mengikat. Kang Seulgi, wanita berusia 28 tahun yang belum pernah menikmati manisnya hubungan percintaan yang sesungguhnya harus berurusan dengan Park Jimin, kepala divisi pemasaran di perusahaanya beker...