SOME twenty-seven

3.1K 577 23
                                    

Jimin yang masih di selimuti api cemburu namun kini perlahan ia mulai menyesal, ia menyesal hampir berbuat nekat. Ia takut jika Seulgi menjadi marah dan menghindarinya lagi seperti kejadian yang sudah-sudah. Dan tak henti-hentinya Jimin terus meminta maaf, sambil berusaha memeluk Seulgi erat yang perlahan mulai memejamkan matanya dan tertidur dalam pelukannya.

Tak Jimin sadari sudah pukul sembilan lewat, dan tak seharusnya pula Jimin membawa Seulgi ke salah satu vila milik keluarganya tanpa ijin dari orang tua Seulgi.

Tak tega untuk membangunkan Seulgi perlahan Jimin mengangkat tubuh Seulgi dan ia bawa menuju mobil. Mengantarkan Seulgi pulang dan menempuh perjalanan yang cukup panjang. Untung saja malam hari jalanan tak begitu ramai.

Sudah lebih dari pukul dua belas malam barulah Jimin tiba di rumah Seulgi, mencoba membangunkan wanitanya tapi tak kunjung membuka mata. Jimin terseyum, ia tak menyangka jika Seulgi memang sangat hobi untuk tidur. Bahkan wanita itu tak sedikit pun terusik saat Jimin membawanya masuk ke dalam rumah setelah ayah dan ibu Seulgi membukakan pintu pagar dengan tatapan sang ayah yang garang namun tatapan sang ibu yang lembut.

"Maaf terlambat mengantar Seulgi pulang." ucap Jimin pada orang tua Seulgi.

Sedikit was-was karena tatapan ayah Seulgi yang sedikit tajam. "Tidak apa-apa. Tapi lain kali jangan di ulangi lagi, jangan mebuat khawatir dan aku perlu berbicara padamu!" tegas Ayah Seulgi.

Jimin berusaha setenang mungkin dan mengangguk mengiyakan ucapan ayah Seulgi.

"Ayah, ini sudah malam. Besok saja, kasihan juga nak Jimin." ucap ibu seulgi yang ada di samping suaminya.

"Lebih baik, kau tidur di sini saja. Kamar di lantai satu kosong. Tidur saja disini. Ini sudah malam. Bukannya besok kau harus bekerja juga?"

Jimin mengangguk menjawab pertanyaan ibu Seulgi.

"Baiklah, istirahat saja dulu. Besok jam enam pagi ku tunggu di ruangan itu! Jangan sampai terlambat!" perintah ayah Seulgi sambil menunjuk ruangan yang ada di sebelah kamar kosong yang ibu Seulgi maksud.

"Kalau begitu ayo, ibu antar ke kamar." ajak ibu Seulgi pada Jimin, sedangkan ayahnya memilih untuk kembali ke lantai dua.

"Jangan takut, ayahnya Seulgi memang begitu. Maklum saja, itu karna dia memang sangat menyanyangi Seulgi." jelas sang ibu di beri seyum cangung oleh Jimin.

"Sebentar ya ibu carikan ganti dulu!" lanjutnya kemudian keluar kamar setelah merapikan kasur untuk Jimin.

Tak bisa diam, di dalam kamar Jimin sibuk melihat beberapa foto yang ada di kamar itu. Ada juga foto masa kecil Seulgi di dalam kamar itu, sungguh mengemaskan. Dengan senyum merekah sambil di rangkul seorang anak laki-laki yang juga terlihat seumuran. Tanpa sadar Jimin tersenyum melihat foto-foto itu.

"Pakai saja ini, jangan lupa besok sebelum jam enam kau sudah harus bangun. Ingat ayah Seulgi sangat disiplin!" ungkap sang ibu sedikit mengagetkan Jimin.

"Ah, kau sedang melihat foto-foto." lanjutnya menghampiri Jimin.

Jimin terseyum sambil mengangguk.

"Lucu kan mereka?" seyum ibu Seulgi.

Jimin memgangguk menyetujuinya.

"Ya sudah, cepatlah tidur. Besok jangan sampai terlambat." ingat ibu Seulgi sambil menepuk pundak Jimin meudian meninggalkan ruangan kamar itu.

Dalam perjalan menuju kantor tak ada pembicaraan sama sekali, Jimin hanya fokus menyetir sedangkan Seulgi di buat heran dengan Jimin. Setelah mendapati Jimin keluar dari ruangan sang ayah, pria itu terlihat lebih diam dan tak banyak bicara dari tadi pagi. Bahkan sikap serta sifat frontal dan vulgarnya sama sekali tak muncul sampai detik ini.

"Sebenarnya apa yang kau bicarakan dengan ayah tadi?" tanya Seulgi penasaran.

"Rahasia antara lelaki dewasa." jawaban Jimin tersebut membuat Seulgi malas dan memilih fokus pada jalanan yang cukup macet.

"Menyebalkan!" lirih Seulgi membuat Jimin sekilas menoleh dan menampakan senyum samarnya.

Setelah keluar dari ruangan ayah Seulgi pagi tadi serta mendengarkan cerita dari ibu Seulgi semalaman, Jimin lebih banyak diam sambil memikirkan beberapa hal dari perkataan baik ayah maupun ibu Seulgi sampai tak disadari hampir saja ia berjalan terus padahal gedung kantor Seulgi sudah ada beberapa meter di depan mereka.

"Hei, kau mau membawaku kemana? Aku harus bekerja!" protes Seulgi menginggatkan.

Karena suara itu Jimin mulai sadar dan memelankan laju mobil dan mengambil jalur kanan untuk menepi.

"Sebenarnya kau kerja dimana sih sekarang?" tanya Seulgi pada akhirnya karena penasaran.

Jimin sedikit menoleh kemudian terseyum. "Kau penasaran ya?" goda Jimin.

Bukannya menjawab Seulgi malah melengos, ia malas jika Jimin sudah mulai menggodanya. "Kenapa eum?" tanya Jimin masih terseyum berniat menggoda Jimin.

"Kalau kau penasaran, aku akan memberi tau mu hari ini juga!" ungkap Jimin.

"Iya dimana?" ketus Seulgi.

Bukannya menjawab Jimin lagi-lagi terseyum. "Tidak jauh, bahkan kalau kau memintaku untuk datang menjemputmu tak butuh waktu lama kan?"

Seulgi sudah mulai malas, karena sedari tadi ia lebih sering di diamkan dan hanya di buat penasaran, mood nya memburuk. Kebiasaan buruk yang Seulgi punya, dan jika sudah demikian maka akan membuatnya seharian kacau.

"Sudah sampai!" ucap Jimin kemudian mengelus pipi Seulgi.

Dengan segera Seulgi membuka sabuk pengamannya dan hendak beranjak keluar dari mobil Jimin sampai gerakannya terhenti karena gumaman Jimin.

"Ah, itu dia!"

"A? Apa?" tanya Seulgi penasaran.

Lagi lagi, bukannya menjawab Jimin malah keluar dari mobilnya membuat mau tak mau Seulgi juga ikut keluar.

"Dasar aneh!" batin Seulgi melihat Jimin yang memutari mobilnya.

Seulgi pun keluar dan mendapati Jimin menyerahkan kunci mobilnya pada seorang pria yang terlihat seumuran dengan mereka. Dan wajah pria itu terlihat cukup kesal karena apa yang di lakukan Jimin, kemudian pria itu berjalan ke arah mobil Jimin.

Sedangkan Jimin berjalan menuju Seulgi yang masih menatap heran ke arah Jimin. "Kenapa diam, ayo!" ajak Jimin kemudian merangkul Seulgi.

"Kau mau kemana? Tidak bekerja?" tanya Seulgi penasaran.

"Lalu mobilmu?" lanjutnya sungguh penasaran.

Dan untuk sekian kalinya Jimin hanya terseyum tanpa menjawab, bahkan kali ini di tambah dengan kekehan kecil sebelum pria itu berucap.

"Katanya kau ingin tau aku kerja dimana?!" ucap Jimin kemudian yang terus membawa Seulgi masuk ke gedung  pencakar langit itu.

"Dan sudah ku katakan kan, aku tidak pergi jauh. Walaupun kita tak satu kantor aku tidak akan jauh. Jadi kalau kau merindukanku, ku usahakan tidak lebih dari sepuluh menit aku akan menemuimu!" jelas Jimin panjang.

Seulgi masih terus berjalan mengikuti langkah Jimin, namun ia hanya diam tak menjawab. Ia bingung dan tak paham.

Tiba-tiba langkah Jimin berhenti membuat langkah Seulgi juga ijut terhenti. "Sudah sampai disini saja. Kalau kau masih merindukanku, telepon aku saja, tidak ada sepuluh menit aku pasti datang."


Keadaan kantor masih cukup sepi tak terlalu ramai, bahkan di lobi hanya ada dua security dan penjaga tiga orang di lobi. Bahkan karyawan-karyawan belum banyak yang datang. Tanpa rasa malu Jimin mengecup kening Seulgi kemudian memencet tombol lift, setelah terbuka Jimin menyuruh Seulgi masuk dan mengamati Seulgi dari luar sambil melambaikan tangannya.

"Selamat bekerja ya, semangat!" ucapnya masih melambaikan tangan.

Tanpa sadar Seulgi juga melambaikan tangannya, walaupun masih bingung tetap saja ia melakukannya. Sedangkan Jimin, setelah pintu lift tertutup kata-kata dari ayah dan ibu Seulgi kembali mengusik pikirannya.

SOME

[S10] SOME [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang