SOME five

4.2K 726 102
                                    

Jimin menyandarkan tubuhnya pada kursi empuk di ruangannya, memeriksa desain produk baru yang baru saja di serahkan padanya. Membolak-balik dan membaca rincian dari desain kemasan yang tergambar pada beberapa lembar kertas tersebut.

Hembusan nafas lelah sungguh terdengar saat pintu di ketuk dan menampilkan sosok Seulgi dengan senyum cerah yang tak biasa wanita itu tunjukkan saat si bosnya itu memanggil dan menyuruhnya untuk membeli makan siang.

Melihat Seulgi masuk dengan semyum cerah saja rasanya tenaga Jimin kembali terisi. "Ini pesanan anda." ucap Seulgi seperti biasa sambil meletakkan kotak makan siang di meja Jimin.

"Duduklah, temani aku makan." perintah Jimin dan di turuti oleh Seulgi.

Seulgi malas berdebat dan memilih untuk menuruti semua perintah Jimin. Ia tak mau kehilangan mood-nya saat akan bertemu dengan cinta pertamannya. Sedangkan Jimin yang melihat Seulgi terus terseyum sedari pagi membuat hatinya menghangat. Entah sejak kapan Jimin selalu merindukan wanita yang masih terus terseyum cerah walaupun tak mengarah padanya itu.

"Kau sudah makan?" tanya Jimin basa-basi dan kemudian di beri anggukan kecil oleh Seulgi.

"Lain kali jangan makan dulu. Temani aku untuk makan siang." lanjutnya membuat Seulgi memutar bola matanya malas.

Apa bedanya dengan keadaan sekarang? Seulgi duduk manis hanya melihat bosnya itu makan siang. Itu sama saja menemani makan siang bukan?

"Seulgi-ya, tunggu!" tahan Jimin saat Seulgi akan keluar dari ruangannya.

Seulgi menoleh dan menautkan alisnya, "Seulgi-ya?" tanyanya penuh tanda tanya.

Jimin terseyum menggoda, "kenapa? Atau mau ku panggil sayang?"

Mata sipit Seulgi melotot, mangisyaratkan bahwa candaan Jimin tidak lucu, dan Jimin pun terkekeh di buatnya.

"Ada apa?" ketus Seulgi pada akhirnya.

"Aku belum mendapatkan ciumanku!" ucap Jimin yang sudah berdiri dari duduknya dan menghampiri Seulgi.

"Mau apa kau?" tanya Seulgi was-was sambil menyilangkan tangannya di depan tubuh.

Jimin terseyum, "memberimu ciuman!" jawab Jimin enteng.

"Ta..tapi aku tak melakukan kesalahan!" tolak Seulgi yang awalnya ragu kini beralih menantang Jimin.

Ya Seulgi tak bersalah, kenapa harus mendapat ciuman dari Jimin? Ah, hukuman macam apa itu? Sungguh membuat Seulgi muak!

Lagi Jimin terseyum, "maka dari itu buatlah kesalahan, agar aku bisa menciummu!" bisik Jimin sambil menyentuhkan telunjuknya di bibir Seulgi, "disini!" lanjutnya seduktif.

"Aish! Minggir aku akan kembali kerja!" sungut Seulgi mendorong ringan tubuh Jimin dan keluar dari ruangan.

Rasanya wajah Seulgi memanas, entah mengapa saat dekat dengan Jimin dan mendapat perlakuan kurang ajar dari si bos membuat debaran aneh menjalar di tubuhnya. Bahkan Seulgi tak bisa menolak dan mengatakan bahwa hal itu merupakan pelecehan padanya. Seulgi bingung dengan dirinya sendiri, mengapa ia bisa bertahan dengan bos yang menurutnya gila itu?

Tak mau pikir pusing, dari pada terus memikirkan bos gilanya yang akan merubah mood-nya menjadi buruk, lebih baik ia segera menyelesaikan laporan keuangan agar bisa cepat selesai dan itu artinya ia bisa segera bertemu dengan cinta pertamanya.

Waktu terus bergulir, tak terasa hampir pukul lima sore. Itu tandanya tinggal mengihtung menit lagi Seulgi akan bertemu cinta pertamanya yang sempat bertepuk sebelah tangan. Ponselnya bergetar, panggilan masuk dari sang cinta pertama.

Song Mino is calling....

Senyum Seulgi kembali terkembang, mendapat panggilan dari orang yang ia tunggu-tunggu. Dengan segera Seulgi merapikan mejanya dan bergegas turun ke lantai satu saat mengetahui Song Mino sudah ada di lobi gedung lima belas lantai dengan dua perusahaan di dalamnya.

Pukul lima lewat tujuh menit, Jimin keluar dari ruangannya. Berniat mencegah Seulgi untuk pulang, namun nyata wanita itu sudah tidak ada lagi di tempatnya. "Nyariin Seulgi pak?" tanya Wendy to the poin.

"Eh?!" balas Jimin sambil mengaruk tengkuknya.

"Sepuluh menitan yang lalu udah balik dianya pak."

Jimin menganggukan kepalanya kemudian kembali memasuki ruangnya. Niat awal mencegah wanitanya itu pulang dan menemaninya lembur nyatanya sia-sia. Mood yang sudah buruk beberapa hari terakhir semakin memburuk dan membuat Jimin mengakhiri pekerjaan yang belum selesai. Dengan kasar ia berjalan keluar ruangannya. Tak sedikit pun membalas atau melirik beberapa karyawan yang menyapanya.

Jimin memilih pulang dan mengistirahatkan otaknya yang hampir pecah beberapa hari belakangan ini. Tanpa ia sadari saat berhenti karena traffic light, ia melihat sosok wanita yang teramat ia kenali sedang bercengkerama dan memamerkan seyum yang tadi siang terpancar jelas di wajahnya.

Jimin melihat Kang Seulgi dengan seorang pria di dalam cafe pinggir jalan yang kebetulan berdinding kaca. Rasanya Jimin kecewa dan ingin marah, tapi ia sadar ia tak berhak atas Seulgi.

***

"Wah, ternyata kau tak banyak berubah Seulgi-ah" ucap Song Mino mengobrol santai setelah menikmati hidangan makan malam dengan Seulgi.

"Tak berubah bagaimana? Mungkin kau yang sudah banyak berubah!" kekeh Seulgi kemudian.

Mereka masih terus mengobrol hingga larut. Bahkan esok paginya Seulgi diantar ke kantor oleh Mino. Teman lama yang menjadi cinta pertamannya itu tak berubah, tetap perhatian namun masih sama seperti dulu tak ada kejelasan akan perhatiannya itu. Entah Seulgi yang terlalu terbawa perasaan atau memang Song Mino yang memperlakukan Seulgi spesial.

"Terima kasih sudah mengantarku tuan Song!" ucap Seulgi kemudian terkekeh.

Mino pun lebih dulu keluar dari mobilnya dan membuka pintu untuk Seulgi. "Silahkan tuan putri." ucapnya mempersilahkan Seulgi.

"Ck! Jangan berlebihan." balas Seulgi yang tersipu karena ucapan dan sikap Mino.

"Bekerjalah yang benar!" ucap Mino sambil mengelus puncak kepala Seulgi.

Dan tanpa sepengetahuan mereka berdua, lagi-lagi Park Jimin melihat kejadian itu. Hawa pagi yang seharusnya masih sejuk dan segar berubah menjadi panas. Dapat terlihat jelas di mata Jimin sedang ada kabut-kabut cemburu yang menutupinya. Pagi-pagi mood-nya sudah hancur, bahkan pekerjaan yang seharusnya bisa selesai sebelum istirahat tak dapat ia kerjakan dengan benar dan masih terbengkalai begitu saja.

Banyak tekanan yang sedang dialami Jimin. Tekanan dari keluarga dan tekanan pekerjaan yang harus segera ia selesaikan. Di tambah lagi kejadian pagi yang membuatnya tambah tertekan, seyum cerah Seulgi yang seharusnya hanya untuknya bukan untuk orang lain. Sejak malam itu Jimin merasa bahwa Seulgi adalah wanitanya, jadi bagi siapapun yang mendekati Seulgi harus berurusan dengannya.

"Temui aku di tangga darurat!" perintah Jimin kemudian langsung mengakhiri panggilannya.

Matanya sudah terlihat berapi-api, bahkan pintu di ruangannya ia banting begitu saja saat ia keluar dan menuju tangga darurat di lantai delapan gedung lima belas lantai itu.

Seulgi yang mendapat panggilan itu sedikit was-was, dan makin takut saat melihat Jimin keluar dengan aura yang sungguh mengerikan. Dengan segera Seulgi beranjak meninggalkan pekerjaannya dan menuruti perintah Jimin. Menyusul Jimin ke tangga darurat.

Tak ada aba-aba, saat mendengar langkah kaki membuka pintu darurat, dengan segera Jimin menarik lengan itu dan membuat pintu terbanting, berbunyi nyaring dan kembali tertetup rapat. Ciuman menuntut Jimin membuat Seulgi memberotak tak karuhan, ia kaget atas perlakuan yang dilakukan Jimin padanya.

Setelahnya,

Satu tamparan dari tangan Seulgi mendarat mulus di pipi Jimin!

SOME

[S10] SOME [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang