SOME seventeen

3.7K 635 65
                                    

Seulgi megerjap-erjapkan matanya, mengucek matanya mencari kesadaran. Di lihatnya Jimin dengan samar masih berkutat dengan pekerjaannya. Dan kemudian Seulgi terseyum mengingat kejadian aneh dalam tidurnya.

"Syukurlah hanya mimpi!" batin Seulgi.

Namun ia juga bertanya-tanya senyata itukah mimpinya? Jika terus di ingat-ingat pipinya bisa memanas dan merona dengan sendirinya. Pasalnya dalam mimpi itu Jimin menyatakan perasaannya dan menciumnya dengan lembut penuh perasaan. Aduh! Jika di ingat-ingat lama-lama wajah Seulgi bisa seperti kepiting rebus.

"Sudah bangun?"

Sontak Seulgi menoleh ke sumber suara yang tengah merapikan berkas-berkas yang ada di atas meja dan televisi yang masih menyala tanpa volume.

"Sepertinya kau sangat suka sekali tidur ya?" ucap Jimin kemudian mendudukan diri di sisi kuris yang kosong, menatap Seulgi dengan senyum lembutnya. "Tidak di kantor, di mobil, bahkan di apartemenku." lanjutnya berucap.

Hampir sama persis seperti adegan di mimpi Seulgi. Dan hal itu membuat Seulgi dengan sendirinya menjadi malu.

Perlahan Jimin mengusap lembut pipi Seulgi, sambil terus terseyum menatap Seulgi yang pipinya semakin memerah dengan sendirinya. "Sudah ku bilang kalau tidur di kamar, maaf membuatmu menunggu lama. Dan itulah hukumanmu." ucap Jimin menatap lekat pada Seulgi.

"Kau kanapa eum?" tanya Jimin saat mendapati pipi Seulgi memerah.

Dan segera Seulgi mengeleng, menandakan ia baik-baik saja.

"Ku pikir kau demam, wajahmu merah sekali." ungkap Jimin sambil mengecek suhu tubuh Seulgi.

Lagi-lagi Seulgi menggeleng ringan masih betah dengan posisi tidurnya.

"Apa kau memimpikanku dalam tidurmu?" tanya Jimin dengan senyum nakalnya, berniat mengoda Seulgi.

Sontak mata monolid itu terbuka lebih lebar dan nampak kaget, membuat Jimin terseyum lebar dan tambah menjadi.

"Ku rasa kau memang memimpikanku, iya kan?!" ucapnya mulai mencondongkan badan dan mendekat ke arah Seulgi.

"Mimpi apa um?" lanjutnya mengoda.

Dengan segera Seulgi mengeleng saat Jimin terus mendesak dan penasaran tentang mimpinya barusan. Bagaimana bisa Seulgi menceritakan mimpinya yang tengah membalas ciuman hangat dari pria Park yang tengah mengodanya itu?

Sungguh mimpi gila dan tidak masuk akal bagi Seulgi.

"Kau bermimpi apa eoh?" tanya Jimin lagi, yang kemudian dengan kilat mengecup bibir Seulgi. "Seperti itu kah? Atau lebih?" bisiknya mengoda.

Reflek Seulgi menyetuh bibirnya dan masih terus menatap Jimin yang tak sedikit pun mengalihkan tatapan lembutnya pada Seulgi.

"Apakah jangan-jangan kau masih memikirkan cinta pertama mu?" tanya Jimin kemudian.

Dengan cepat Seulgi mengeleng.

Jimin terseyum.

"Bagus! Kau memang tak perlu memikirkannya lagi, sekarang cukup pikirkan aku saja. Karena kau pasti akan sangat merindukanku nantinya."

"Heol! Omong kosong macam apa itu!" elak Seulgi segera setelah Jimin memberikan pernyataan.

Dan mereka terus mengobrol dengan posisi yang sama, Jimin yang duduk di tepi sofa dan Seulgi yang masih betah berbaring nyaman di atas sofa empuk milik Jimin sambil saling memandang dan Jimin yang terus mengusap surai hingga pipi Seulgi dengan lembut.

"Ini, ini, ini. Semua ini milikku!" ucap Jimin menunjuk setiap inci wajah Seulgi.

"Seenaknya saja kau mengatakan hal itu!" balas Seulgi tak terima.

[S10] SOME [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang