Seulgi yang sedang iseng-iseng membuka emailnya, mendapatkan pesan masuk dari ketua osis angkatannya semasa SMA.
REUNI ANGKATAN 37 DAESUNG HIGH SCHOOL
Mata Seulgi berbinar mendapati undangan reuni SMA-nya, sudah hampir sepuluh tahun ia tak bertemu dengan teman-teman SMA-nya, telebih cinta pertamanya yang kadang masih mengisi relung hatinya.
Seulgi terseyum mengingat bagaimana indahnya masa SMA, bertemu cinta pertamanya dan menjalani hidup pada masa-masa itu. Seulgi merindukannya. Bahkan sangat ingat jelas di memorinya bagiamana ia dekat dengan cinta pertamanya itu dan menjalin hubungan tanpa status. Saling suka tapi tak lebih dari sekedar teman. Itulah yang Seulgi sesali, tak pernah mengungkapkan perasaanya pada sang cinta pertama.
"Hust! Di panggil si bos." panggil Wendy pada Seulgi yang asik tersyeum dan melamun.
"Laporan keuangan katanya. Hati-hati si bos lagi ngamuk kayanya."
Seulgi mendesah kesal, tak bisa apa pria Park itu tak mengganggunya sehari saja?! Bahkan karena panggilan yang di tujukan padanya, ingatan indah masa SMA pun buyar dan menajdi suram karena si bos yang menyebalkan itu.
"Permisi." ucap Seulgi ramah kemudian menyerahkan laporan keuangan.
Jimin memeriksa laporan yang Seulgi berikan padanya. "Bukan kah ini laporan minggu kemarin? Yang saya butuhkan laporan perencanaan keuangan untuk bulan depan bukan laporan minggu kemarin!" sungut Jimin membuat Seulgi bingung.
"Maaf itu bukan bagian saya, itu bagian Wendy." jawab Seulgi was-was.
"Ya kalau itu bagian Wendy, kenapa kamu yang datang ke ruangan saya?"
Mati saja kau Kang Seulgi.
"Aku sedang tidak mood, jadi kalau kau merindukan ku, besok-besok saja." ucap Jimin frontal.
Sungguh Seulgi tak habis pikir, siapa juga yang merindukan hal itu? Bahkan untuk memikirkan seorang Park Jimin saja malas. Begitulah kurang lebih pikiran Seulgi.
"Ck! Dasar aneh!" lirih Seulgi tanpa pamit, membalikan badannya berniat untuk segera keluar dari ruangan itu.
"Aish!" dengan segera Jimin berdiri dari duduknya, memutari mejanya dan menahan Seulgi untuk keluar dari ruangannya.
Memeluk Seulgi erat dan membenamkan wajahnya di potongan leher Seulgi, menghirup aroma tubuh Seulgi yang selalu manis dan terkesan lembut saat masuk ke indra penciumnya.
"Biarkan begini lima menit saja." pinta Jimin sangat lirih.
Jimin terus memeluk Seulgi erat, erat dan semakin erat. Yang dilakukan Seulgi hanya diam dan pasrah mendapat perlakukan Jimin yang menurutnya sungguh berbeda. Tak ada Jimin yang menyebalkan yang membuat mood-nya selalu turun. Yang ada sekarang hanyalah Jimin yang terlihat lelah dan butuh sandaran untuk menghilangkan rasa lelahnya.
"Maaf." ucap Jimin kemudian.
"Maaf aku tak bisa menemanimu datang ke acara temanmu itu!" lirih Jimin yang masih terus memeluk Seulgi di depan pintu ruangannya.
Seulgi yang merasa bingung hanya diam dan bertanya-tanya, "Wendy memberi tauku kemarin." ucap Jimin sebagai jawaban dari pertanyaan Seulgi yang tak terlontarkan.
Seulgi sekarang sudah paham maksud Jimin. Dan mendengar kata maaf dari Jimin membuat hatinya tenang, walaupun sebenarnya bukan kata maaf itu yang ia tunggu. Bukan maaf tak bisa menemaninya, tapi maaf karena telah seenaknya padanya.
Seulgi menghembuskan nafasnya pelan, "ku rasa sudah lima menit." ucap Seulgi membuat pelukan Jimin terlepas.
"Terima kasih." balas Jimin mengusap lembut rambut Seulgi, "sekarang tolong panggilkan Wendy. Oke?" lanjutnya dengan nada lembut yang membuat Seulgi heran, tapi ya sudah lah ya.
***
Seulgi tengah duduk disalah satu kursi yang ada di ruangan dimana Suji dan Myungsoo melangsungkan pertunangan. Raut bahagia terpancar dari keduanya, walaupun hamil duluan tapi sungguh mereka terlihat bahagia dan tanpa beban. Namun Seulgi masih tak habis pikir tentang pikiran teman-temannya yang melakukan hubungan di luar pernikahan.
Oke, sekarang Seulgi bisa lebih terbuka. Jika hanya batas berpelukan dan mencium dirasa itu wajar, tapi jika harus tidur bersama dan melakukan aktivitas, sudahlah lupakan! Seulgi saja tak bisa membayangkan hal itu! Entahlah akhir-akhir ini pikirannya lebih terbuka karena sering mendengar kata-kata vulgar dan frontal dari Park Jimin. Bahkan tanpa ada hubungan saja ia sudah beberapa kali mendapat ciuman di bibir dari pria itu. Dan tanpa Seulgi sadari, ia memikirkan si bos menyebalkan itu. Siapa lagi kalau bukan Park Jimin.
"Aish! Bisa-bisanya dia mampir dalam pikiranku! Hust, pergi!"
Ponselnya begertar, sehingga segala pikirannya yang di penuhi oleh Jimin teralihakan dengan pesan masuk dari nomor yang tak di kenal. Pesan berisikan sapaan dari teman lamanya. Memang setelah konfirmasi kehadiran reuni minggu depan, beberapa teman lamanya banyak yang mengiriminya pesan. Tentu saja juga menyertakan namanya, namun kali ini hanya bertuliskan 'teman lamamu', seketika detak jantung Seulgi berdebar tak karuhan saat nomor itu melakukan panggilan.
Setelah lima kali getaran barulah Seulgi menerima panggilan itu.
"Ha..halo?" sapa Seulgi ragu dengan jantung yang berdebar.
Suara yang masih teringat jelas di memorinya perlahan menyapa lembut telinganya.
"Masih mengingatku?"
Suara itu, sungguh sangat ia kenal. Seyumnya merekah, saat hanya mendengar suara dari cinta pertamanya.
"T...tentu saja!" jawab Seulgi menjadi gugup, dan entah mengapa lagi-lagi rasa yang hampir sepuluh tahun berlalu kembali muncul.
Seulgi jadi penasaran bagaimana rupa dari masa lalunya sekarang. Apakah masih sama atau sudah banyak berubah. Bahkan Seulgi jadi penasaran akan kehidupan cinta pertamannya itu. Masih kah sendiri atau memiliki pujaan hati? Seulgi sungguh bertanya-tanya akan hal itu. Ia penasaran dan berharap bisa memperbaiki masa lalunya yang ia sesali.
"Bisa kita bertemu sebelum acara reuni?"
Seulgi terdiam, ia masih menata hatinya. Apakah ini kesempatan untuk menggapai cinta pertamannya?
"Seulgi kau masih disanakan?" suara itu kembali menyapa Seulgi membuat Seulgi kembali sadar akan lamunannya.
"Bagaimana?" lanjutnya bertanya.
"Eumm.. Baiklah."
"Bagaimana kalau hari senin?"
"Senin?!" tanya Seulgi ragu.
"Ah, kau bekerja ya? Kirim alamat kerjamu. Akan ku jemput. Bagaimana?"
"Bagaimana apanya?" tanya Seulgi bingung. Sedangkan dari sebrang telepon terdengar sedang terkekeh.
"Bagaimana kalau kita bertemu setelah kau pulang kerja dan aku menjemputmu."
Lagi kekehan terdengar lembut di gendang telinga Seulgi.
"Kau sungguh tak berubah sepertinya"
Tanpa disadari Seulgi terseyum mendengar hal itu. Senyum mengembang seperti gadis remaja yang baru saja jatuh cinta.
"Baiklah, aku tunggu. Ku pengang janjimu!"
SOME
KAMU SEDANG MEMBACA
[S10] SOME [COMPLETE]
FanfictionSOME, hubungan yang tidak terikat namun saling mengikat. Kang Seulgi, wanita berusia 28 tahun yang belum pernah menikmati manisnya hubungan percintaan yang sesungguhnya harus berurusan dengan Park Jimin, kepala divisi pemasaran di perusahaanya beker...