Seulgi tengah duduk di kursi belakang mobil mewah bersama dengan mama Jimin. Ia tak tau akan di bawa kemana oleh wanita paruh baya di sampingnya dan supir yang berpakaian rapi yang tengah memacu kendaraan cukup cepat menerobos macet di jam makan siang.
"Kau Kang Seulgi kan?" tanya sang mama kemudian di jawab anggukan kecil dan ucapan yang lembut oleh Seulgi.
"Hari ini masuk setengah hari saja, sudah ku ijinkan pada bos besarmu, jadi tak usah khawatir." terang mama Jimin membuat Seulgi hanya diam.
Seulgi tak tau ia akan di bawa kemana, yang jelas itu bukan jalan menuju rumahnya atau tempat yang biasa ia lewati. Waktu terus berjalan, Seulgi hanya diam, ia bingung harus berbuat apa. Sedangkan wanita paruh baya di sampingnya tengah mengobrol melalui ponselnya, dan entah apa yang ia obrolkan. Samar-samar Seulgi mendengarnya.
"Sudah makan? Iya sepuluh menit lagi sampai. Bujuk terus dia!" itulah sekilas yang Seulgi dengarkan dan tanpa sadar Seulgi menatap heran mama Jimin tersebut.
"Maaf ya," ucap sang mama saat di tatap aneh oleh Seulgi. "Maaf membuatmu kerja setengah hari, biasa anak mama susah buat makan. Dia manggil-manggil namamu terus!" jelas sang mama.
"Sudah berapa lama hubungan kalian?" tanya sang mama kemudian.
"Eh?!"
"Iya hubunganmu dan Jimin sudah berapa lama? Mama tau kok kalian berhubungan. Jadi jangan sungkan-sungkan juga panggil mama ya. Oke sayang!"
Entah seperti hipnotis Seulgi pun reflek mengangguk saat punggung tanggannya di genggam dan di tepuk lembut oleh sang mama. Dan perjalan masih terus berlangsung hingga mobil mewah yang membawa mereka tiba di bangunan mewah dan kokoh dengan dua lantai.
"Kamar Jimin di lantai dua paling ujung. Jangan lupa bujuk dia buat makan dan minum obatnya. Dari kemarin susah banget buat makan sama minum obat." gerutu sang mama sambil menyodorkan nampan pada Seulgi.
Dengan ragu-ragu Seulgi menaiki tangga dan berjalan menuju kamar paling ujung sesuai intruksi sang mama. Di ketuk sekali dua kali pintu kamar itu, namun tak kunjung ada yang merespon. Dengan sedikit keberanian Seulgi membuka pintu yang tak terkunci dan mendapati sosok di balik selimut yang sedang tidur membelakanginnya.
Perlahan Seulgi mendekat dan meletakan nampan di meja sebelah kasur. "Udahlah ma, Jimin belum lapar." tolak Jimin saat merasakan ada seseorang yang akan mengusik tidurnya.
"Ekhm!"
Perlahan Jimin membalik badannya kemudian terseyum kecut. "Hust, pergilah. Kau membuatku benar-benar gila kalau terus datang seperti itu!" gumam Jimin mengusir Seulgi, kemudian kembali ke posisinya.
"Setidaknya makan dan minum obat anda. Jadi saya juga bisa segera kembali ke kantor." ucap Seulgi membuat Jimin kembali membalik badan menghadapnya.
"Kau nyata?" gumam Jimin sambil terseyum, membuat Seulgi menghembuskan nafas kasarnya.
Jimin pun mulai menepuk bagian sisi kasur yang kosong dan memposisikan dirinya setengah duduk. "Suapi!" ucapnya manja dan memerintah.
Mau tak mau agar segera selesai dan tak lagi berurusan dengan Jimin, Seulgi memelih menurut. Setidaknya setelah Jimin minum obat ia bisa segera pergi dari rumah mewah itu dan terbebas kemudian.
Dengan telaten Seulgi mulai menyupai Jimin sendok demi sendok. Jimin yang sudah merasakan nyata kehadiran Seulgi hanya terus senyum dan memandang lekat wajah Seulgi yang tangannya terus menyodorkan sendok kehadapannya.
"Mau kemana?" cegah Jimin pada Seulgi sesaat setelah ia menelan obatnya.
"Mengembalikan ini ke dapur." jawab Seulgi dengan enteng sambil mengangkat nampan yang berisi piring dan gelas kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
[S10] SOME [COMPLETE]
FanfictionSOME, hubungan yang tidak terikat namun saling mengikat. Kang Seulgi, wanita berusia 28 tahun yang belum pernah menikmati manisnya hubungan percintaan yang sesungguhnya harus berurusan dengan Park Jimin, kepala divisi pemasaran di perusahaanya beker...