Jimin yang sedang melihat beberapa foto yang terpajang di kamar tersebut sedikit terkaget karena sapaan dari ibu Seulgi yang membawakannya baju dan menegurnya.
"Mereka lucu ya?" tanya Ibu Seulgi pada Jimin yang menoleh ke arahnya.
Jimin mengangguk kemudian mendapati ibu Seulgi yang duduk di tepian ranjang kamar itu, menepuk sebelahnya menyuruh Jimin untuk duduk di sampingnya.
"Kemarilah, ada yang ingin ibu bicarakan." ungkap sang calon ibu mertua.
Jimin dengan pasti mendudukan diri di samping ibu Seulgi kemudian dengan seksama mendengarkan cerita dari wanita paruhbaya itu. Cerita mengenai kelurga Seulgi dan masa lalu dari wanitanya.
"Kau pasti berpikirkan siapa anak laki-laki yang merangkul Seulgi dalam foto itu kan?" ucap ibu Seulgi.
Jimin mengangguk mengiyakan.
"Senang rasanya melihat mereka tumbuh besar bersama." kenang ibu Seulgi menahan air mata.
"Dia saudara kembar Seulgi, delapan tahun yang lalu dia harus pergi." ungkap sang ibu manahan tangisnya sambil meremas kaos dan celana yang di bawanya. Celana dan kaos milik saudara kembar Seulgi.
Jimin yang menyadari ibu Seulgi mulai bergetar, menggenggam tangan yang meremas kaos itu dengan lembut. Mencoba menenangkan dan merasakan apa yang di rasakan ibu Seulgi.
"Delapan tahun lalu, saat ia akan berangkat militer. Tepat saat di hari ulang tahun mereka, kecelakaan mobil membuatnya pergi. Bahkan hampir saja Seulgi juga ikut pergi." cerita ibu Seulgi sambil terus menahan air matanya.
"Ibu rasa kau memang perlu tau, ibu harap kau bisa menjaga Seulgi dengan baik. Hanya Seulgi satu-satunya yang kami punya. Hampir kehilangan keduanya membuat ayah dan ibu jadi lebih over protektif. Maklumi saja jika tadi ayah Seulgi sedikit kaku dan memasang wajah dingin, ia benar-benar takut kehilangan anak satu-satunya."
Jimin mengangguk mengerti.
"Ibu harap kau bisa membuat Seulgi selalu bahagia dan menghilangkan rasa bersalahnya karena kematian saudara kembarnya bukan karena salah Seulgi."
"Setiap kali upacara peringatan, ia selalu merasa sangat bersalah karena tak bisa melindungi Seunggi saat kecelakaan itu. Dia selalu menyalahkan dirinya, dia merasa gagal menjadi adik yang baik bagi Seunggi."
"Jadi ibu mohon padamu, jaga Seulgi baik-baik. Lindungi dia, dan jangan sakiti dia. Anak itu memang terlihat kuat tapi sebenarnya ia adalah anak yang rapuh dan tertutup."
Jimin masih setia mendengarkan cerita dan nasihat ibu Seulgi.
"Yang ibu tau, akhir-akhir ini ia selalu terseyum. Ibu harap kau bisa selalu membuatnya terseyum dan jangan biarkan dia bersedih dan selalu menyalahkan dirinya lagi. Ibu percayakan Seulgi padamu!"
Jimin yang masih mengengam tangan sang ibu kemudian mengangguk mengiyakan. Rasanya Jimin ingin semakin melindungi Seulgi dan menjadikan Seulgi miliknya seutuhnya.
Seulgi dan Jimin kini tengah berdiri di salah satu tempat dimana abu milik saudara kembar Seulgi, Kang Seunggi di letakan. Dan tanpa ada yang menyuruh Seulgi langsung menangis membuat Jimin yang menemani wanita itu merengkuh dan memegangi pundak Seulgi agar tidak jatuh karena menangis.
Seulgi selalu bergumam bahwa dirinya yang bersalah atas kematian saudara kembarnya.
"Maafakan aku, maafkan aku tak bisa melindungimu!" ucap Seulgi di tengah isakannya.
"Seunggi-ah, seharusnya aku bukan kau." tangis Seulgi pecah.
Sudah tahun ke delapan, namun Seulgi masih tak bisa menghilangkan rasa menyesalnya. Seulgi menangis hingga tak kuat lagi untuk berdiri, pelahan ia berjongkok di depan tempat itu, terus meminta maaf pada Seunggi yang sudah tenang di alamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[S10] SOME [COMPLETE]
FanfictionSOME, hubungan yang tidak terikat namun saling mengikat. Kang Seulgi, wanita berusia 28 tahun yang belum pernah menikmati manisnya hubungan percintaan yang sesungguhnya harus berurusan dengan Park Jimin, kepala divisi pemasaran di perusahaanya beker...