SOME fourteen

3.7K 653 125
                                    

Setelah satu minggu bekerja di kantor dan perusahaan yang sama dengan Seulgi, kini akhirnya pesta pergantian direktur tengah berlangsung. Song Mino selaku direktur baru memberi sambutan dan beberapa kata sebagai rasa syukur dan terima kasihnya. Disana tengah berdiri banyak pasang mata yang menatap Mino menyampaikan pidato pertamanya. Begitu pula dengan Seulgi yang berusaha terseyum melihat hal itu.

Kembali pada tiga puluh menit sebelum acara inti, dengan sangat antusias Seulgi menanti kahadiran Mino di pesta yang memang di khususkan untuknya. Bersama dengan Wendy dan beberapa rekan kerjanya, Seulgi mengobrol dan menanti pemeran utama datang dalam pesta.

"Oh itu dia!" heboh Wendy saat mendapati pria bertubuh tinggi tegap dengan balutan jas rapi yang baru saja masuk dan memberi salam pada beberapa orang. Pria dengan senyum cerah terpancar di wajahnya.

Song Mino berjalan menuju ke arah dimana Seulgi dan rekan kerjanya yang lain berada, menyapa mereka terutama Seulgi. "Oh Seulgi-ah, rupanya kau disini!" ucap Mino membuat beberapa orang disana sedikit kaget. Dan seperti sebelum-belumnya Mino selalu mengatakan bahwa Seulgi adalah teman SMAnya.

"Dimana dia?" gumam Mino melihat ke kanan dan ke kiri, mencari sosok yang tentu saja ia cari.

"Ah itu dia, ayo ikut!" ucap Mino pada Seulgi kemudian berpamitan dengan yang lainnya.

Seulgi terseyum saat Mino mengajaknya menghampiri wanita yang tengah mengobrol dengan direktur lama di perusahaannya. "Kau disini rupannya." ucap Mino terseyum kemudian memeluk pingang wanita yang tadi berbincang dengan direktur lama mereka.

"Seulgi-ah, kenalkan ini calon istriku!" ucap Mino memperkenalkan wanita manis di sampingnya.

Rasanya dunia Seulgi runtuh seketika, ditambah lagi ucapan Mino yang membuat Seulgi selama ini menanti dalam ketidak pastian yang jelas-jelas sungguh tak pasti. "Kau selalu sibuk sih setiap makan siang, padahal sudah sejak kapan hari, aku ingin memperkenalkan kalian." ucap Mino yang membuat Seulgi tersenyum cangung karena kebodohannya.

Berjabatan tangan dan saling mengenalkan diri pada calon istri cinta pertamannya.

"Chaeyoung-ssi, aku ke toilet dulu ya." pamit Seulgi di saat Mino masih memberikan sambutannya.

Melihat Seulgi yang berjalan keluar dari pesta membuat Jimin yang sedari tadi memusatkan padangannya pada Seulgi, segera bergegas mengikuti kemana langkah Seulgi membawanya. Dengan setia Jimin menanti Seulgi keluar dari toilet dan kemudian berjalan menuju tangga darurat.

"Ck, apakah dia tak melihatku sama sekali? Dasar!"

Bahkan saat Jimin mulai mendekat dan memberikan jasnya untuk Seulgi, wanita itu masih diam dan termenung, baru sadar saat Jimin sudah duduk di sampingnya.

"Kenapa kau disini?" tanya Seulgi sekilas menoleh pada Jimin saat merasakan ada orang duduk di sampingnya.

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu." balas Jimin kemudian kembali bertanya, "kenapa eum?"

Seulgi mengeleng dan tiba-tiba saja air matanya jatuh.

"Ya..ya.. Kenapa?" panik Jimin mencoba untuk menghapus air mata Seulgi, dan lagi-lagi wanita itu menggeleng.

"Kenapa eum?" tanya Jimin sekali lagi sambil menatap tepat di manik cantik Seulgi dengan kedua tangannya berada di pipi Seulgi menghapus sisa air mata yang menempel di pipinya.

Seulgi mengeleng ringan dan balas menatap Jimin dengan lekat, mata mereka saling beradu cukup lama hingga perlahan wajah mereka mulai mendekat dan menghampus jarak diantara mereka. Jimin mulai memejamkan matanya, menemplekan bibir tebalnya di bibir manis Seulgi, dengan mata yang terpejam menyalurkan semua kehangatan untuk Seulgi.

Perlahan saat Jimin membuka mata dan berniat untuk melepaskan kecupan itu ia melihat Seulgi mulai memejamkan matanya, tak ingin menyia-nyiakan kesenpatan, Jimin mulai aksinya dengan lembut. Melumat dan menyesap bibir Seulgi dengan sangat lembut dan hati-hati. Lembut, pelan dan penuh perasaan. Hingga tanpa sadar Seulgi mulai terbuai dengan permainan lembut Jimin, membalas lumatan Jimin dan mengikuti alur yang Jimin buat.

Merasa terbalas, dengan segera Jimin memasukan lidahnya dan bermain bersama lidah Seulgi. Mengajaknya menari dan berdansa mengikuti irama yang samar-samar terdengar dari hall di atas mereka. Lama semakin lama Jimin mulai menekan ciumannya, satu tangan di pipi dan satunya lagi mulai menjalar ke tengkuk untuk memeperdalam ciuman mereka. Mengeleng ke kanan dan ke kiri mencari posisi yang nyaman untuk keduanya. Hingga tanpa sadar satu tangan Seulgi mulai meremas ujung dresnya dan satunya lagi memegang erat lengan Jimin yang kokoh.

Tiga menit berlalu, membuat Jimin menyudahi pangutan diantara mereka. Menempelkan kening mereka, dan memandang Seulgi yang masih memejamkan matanya dengan nafas kembang kempis akibat permainan Jimin di bibir manisnya. Satu kecupan dalam dan cukup lama mengakhir pertarungan bibir dan lidah mereka. Membawa Seulgi dalam pelukannya dan perlahan menengkan wanitanya dengan menepuk-nepuk lembut punggungnya.

Cukup lama mereka saling berdiam tanpa suara di tangga darurat, Seulgi yang menyandarkan kepala di bahu Jimin dan Jimin yang memeluknya dari samping. "Sudah lebih baik?" tanya Jimin pada akhirnya.

Seulgi mengangguk mengiyakan ucapan Jimin yang setia menemaninya, mendegarkannya dan memberinya kehangatan di malam yang dingin ini.

"Mau pulang saja tau kembali ke pesta?" tanya Jimin sekali lagi dan kemudian membawa Seulgi kembali ke pesta sebelum berpamitan untuk pulang lebih awal.

Seulgi tak peduli saat Jimin terus memberikan rangkulan dari samping dan membawanya kembali ke pesta untuk berpamitan. Ia tak peduli rumor yang menyangkut hubungannya dengan Jimin akan kembali mencuat di kalangan rekan kerjanya. Yang ia pedulikan hanya satu, segera pergi dari pesta yang diadakan perusahaannya itu.

"Kau sudah makan?" tanya Jimin saat mereka kini sudah berada di dalam mobil yang akan membawa Seulgi pulang ke rumah keluarganya.

Seulgi mengangguk memberikan jawaban iya pada Jimin.

"Kalau kau lelah tidurlah!" ucap Jimin lagi sambil mengusap puncak kepala Seulgi yang bersadar pada kursi di sampingnya.

Seulgi hanya diam menatap jalanan dari balik jedela, ia cukup lelah menangis saat menceritakan semuanya pada Jimin. Dan entah mengapa ia dengan santainya menceritakan segala sesuatunya pada Jimin. Baru kali ini Seulgi merasa sangat aman dan nyaman kala di dekat Jimin, bahkan ia tak menolak saat Jimin menciumnya di tangga darurat dan bahkan, kini tangan mereka saling bertautan. Sesekali Jimin mengecup lembut punggung tangan Seulgi untuk menenangkan wanita itu.

"Tidurlah, perjalanan masih panjang." ucap Jimin setelah memberi kecupan singkat di punggung tangan Seulgi.

"Terima kasih!" gumam Seulgi yang mengalihkan pandangannya ke arah Jimin.

Mendengarkan hal itu Jimin terseyum dan mengangguk ringan tanpa ada niatan melepas tangannya dari tangan Seulgi. Bahkan saat Seulgi mulai terlelap karena terlalu lelah menangis, tak sedikit pun tangan yang di genggam terlepas hingga sampai pada akhirnya mereka tiba di depan rumah Seulgi. Dengan inisiatif Jimin keluar dan memencet tombol yang ada di samping gerbang rumah sederhana dua lantai itu.

Wanita paruh baya yang tak lain adalah ibu Seulgi menyambut Jimin dengan senyum hangatnya. "Kalian sudah berbaikan rupanya." satu kata yang ibu Seulgi lontarkan saat Jimin perlahan mulai mengendong Seulgi untuk di bawa masuk ke rumah.

Membawa Seulgi ke kamar yang selama ini hanya dapat ia lihat dari luar. Kini Jimin bisa melihat bagaimana bentuk kamar yang hanya ia pandangi dari bawah sana. Dengan perlahan Jimin meletakan Seulgi di kasurnya dan melepas sepatu yang Seulgi kenakan, membiarkan jasnya tetap di pakai dan menyelimuti tubuh Seulgi yang hanya berbalut dress bebahan tipis.

Usapan lembut Jimin berikan di puncak kepala Seulgi, perlahan tapi pasti sambil memejamkan matanya Jimin memberikan kecupan hangat di kening Seulgi. Cukup lama dan dalam, lalu ia mematikan lampu dan keluar dari kamar itu.

Tanpa Jimin ketahui, dalam tidurnya Seulgi mengeratkan jas dengan aroma kuat Jimin yang menempel disana, pipinya terasa memanas dan hatinya menghangat seketika atas perlakuan manis Jimin. Seulgi pun tidur dengan senyum di bibirnya dan detak jantung yang tak karuhan.

SOME

[S10] SOME [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang