SOME sixteen

3.9K 631 107
                                    

Seulgi hanya mendengus kesal saat Jimin terus-terusan mengodanya dengan kata-kata frontal dan vulgar. Bukan hal wajar mengingat mereka bukanlah sepasang suami istri bahkan sepasang kekasih pun juga bukan. Namun hal tersebut terdengar sangat wajar saat kata-kata tersebut keluar dari mulut Jimin untuk mengoda Seulgi. Karena bagi Seulgi, itu semua sudah terbiasa dan Jimin yang melakukannya. Malas memprotes, Seulgi memilih hanya diam.

"Kenapa kau hanya diam?" tanya Jimin saat semua kata-kata rayuan, godaan dan segala hal yang berbau ke vulgaran ia lontarkan dan hanya di tanggapi dengan wajah datar Seulgi.

"Pikir saja sendiri!" ketus Seulgi.

"Kau sedang pms? Perasaan seharusnya belum waktunya?!" tanya Jimin kemudian menebak-nebak. Dan jujur saja Seulgi sedikit kaget. "Bukankah seharusnya minggu depan?" lanjutnya membuat Seulgi jauh lebih kaget dan menatap ke arah Jimin.

"Jangan sok tau!" lagi-lagi ketus Seulgi.

"Aku tau semua tentangmu sayang!" goda Jimin sukses membuat mata tajam Seulgi semakin menajam.

Jimin terkekeh kemudian.

Sungguh, sedari tadi Seulgi menahan emosinya saat Jimin terus mengeluarkan kata-kata yang membuatnya risih, bukan pacar bukan pula suami tapi ucapannya terlalu vulgar dan intim. Walaupun Seulgi tau itu hanya akal-akalan Jimin untuk mengodanya, namun tetap saja Seulgi merasa risih mendengar hal-hal semacam itu.

"Sudahlah, hentikan! Jika kau terus mengatakan hal yang tidak-tidak, lebih baik turunkan aku di depan!" ucap Seulgi yang membuat Jimin menuruti kemauannya, menepikan mobilnya kemudian bertanya pada Seulgi, "kau bisa memasak?" tanyanya.

"Kenapa?" balas Seulgi ketus balik bertanya.

"Aku lapar!"

"Lapar itu makan, bukan bertanya bisa masak atau tidak!" lagi-lagi ketus Seulgi.

"Aish! Kau ini sungguh tak peka!" gumam Jimin sedikit gemas.

"Baiklah, aku lapar dan ingin memakanmu!" ucap Jimin selanjutnya mendekatkan tubuhnya ke arah Seulgi.

"A..apa yang kau lakukan?" was-was Seulgi mencoba mundur hingga tubuhnya menatap pintu mobil.

"Memakanmu, karena aku lapar!" ucap Jimin tepat di depan bibir manis Seulgi dengan senyum nakalnya.

Dengan susah payah Seulgi menelan ludahnya, ini masih siang dan ini di mobil. Bukan berarti ia mau meladeni Jimin, tapi jika melihat waktu dan tempat sangat-sangatlah tidak tepat.

"Ta..tapi ini di mobil!" jawab Seulgi spontan karena sungguh tak tau apa yang harus ia ucapkan.

Jimin terseyum nakal sebelum kembali berucap, "kalau begitu jawab pertanyaanku!" ucapnya lagi lebih mendekat.

"Yang mana?"

Sungguh Jimin tak tahan untuk tidak tertawa melihat wajah dan tingkah Seulgi yang ketakutan dan sudah semakin pucat karena godaannya. "Kau bisa memasak atau tidak?" bisik Jimin sangat dekat dengan telinga Seulgi.

Dengan kaku Seulgi mengangguk, "bisa!" lirih Seulgi, "dan ku mohon menjauhlah!" lanjutnya masih lirih dan terdengar sangat tak nyaman.

Satu kecupan kilat mendarat di pipi Seulgi, "gitu dong!" ucap Jimin kembali memasang seatbelt dan menjalankan mobilnya beberapa meter sebelum memasuki parkiran super market yang ada di depannya sejak tadi.

Merasa kesal karena Jimin terlalu kertelaluan, reflek Seulgi memukul lengan Jimin dengan keras, membuat sang pemilik lengan mengeluh kesakitan dan mengusap-usap lengannya. "Kau malu? Atau kau sebenarnya ingin?" goda Jimin saat akan menuruni mobil.

[S10] SOME [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang