Rumah adalah segalanya, aku tidur dimana ada seseorang yang menemaniku. Tidak perlu dia kasat mata atau nyata. Intinya mereka selalu ada bersamaku.
Kringgg!!!kringg
(bunyi alarm menunjukkan pukul 05.35)."Hoaamm" Thya bangun dari tempat tidurnya, mengambil posisi duduk. Menoleh ke kanan sisinya yang terdapat alarm dan menekan tombol off.
Thya menuju ke kamar mandi, untuk bergegas pergi ke sekolah. Matanya masih merah, nyawa nya belum terkumpul.
"Thya, cepat ke bawah nak. Mamah sudah siapakan sarapan untukmu." kata mamah sambil menyiapkan piring di atas meja.
Terdengar suara Mamah dari bawah. Thya sudah mandi dan sedang memakai seragam sekolahnya di hadapan pantulan cermin yang besar.
"Iya Mah, Thya lagi mau pake seragam sekolah," sahut Thya sambil mengacingkan bajunya.
Saat Thya ke bawah tangga , cowok misterius itu menatap Thya. Bagi Thya ini adalah hal biasa, dan untuk sekian kalinya ia melihat ini. Thya langsung duduk di ruang makan bersama Mamah, Ayah dan Kakak perempuannya.
"Sarapannya enak banget Ma, kalo mama libur terus mah aku bakal doyan makan." Shiren Kakak Thya memulai pembicaraan dipagi hari saat sarapan.
"Yap, betul sekali perkataan kakak Ma. Thya sangat senang kalau suasana nya kayak begini." Thya menyahut seraya memegang roti sandwich dengan kedua tangan.
"Ah kalian ini ya, nanti kalau pekerjaan mama sudah beres mama akan buatkan makanan yang lebih spesial lagi." ujar Mamah yang hendak tertawa, karena pujian dari kedua anaknya.
Mereka mengunyah sarapannya secara perlahan-lahan ke mulut. Suasana yang indah bagi Thya, tidak sesering kali Mamah ataupun Ayahnya bersikap seperti ini.
"Ya udah, aku mau berangkat dulu ya. Inget ya Shiren jaga Thya dengan baik, dan Shiren jangan suka keluyuran malam-malam. Mama sama Ayah berangkat dulu." peritah Ayah, Ayahdan Mamah yang sudah menyelesaikan sarapan, ingin berangkat kerja sambil membawa tas dan koper milik mereka masing-masing.
"Iya ayah," jawab Shiren santai yang bangun dari tempat duduk.
Shiren dan Thya melambaikan tangan kanannya di pintu kepada Mama dan Ayah yang hendak keluar dari pintu gerbang bersama mobilnya.
Brem..bremm
Mobil yang dikemudikan oleh Ayah dan Mama segera berangkat ke luar negeri untuk bekerja.Dengan rumah yang cukup luas dan mewah, Thya dan Shiren menuju ke sekolah dengan mobilnya bersama supirnya.
***
"Nona Shiren silahkan turun, sudah sampai." kata Pak Supir, Dodi namanya. Sembari menoleh ke belakang menghadap Shiren.
Di Universitas Jaya Bangsa. Perkuliahan Shiren yang elit dan terkenal, ia turun dari mobil dan melambaikan tangan kepada Thya yang hanya melihatnya dari jendela mobil.
Dodi melanjutkan perjalanannya . Thya melihat sesuatu disekitarnya dengan jendela mobilnya dari dalam. "Pak Dodi, Thya turun disini aja ya," Thya berucap tersenyum tipis.
"Loh jangan Non, nanti kalau saya dimarahin oleh Ibu Non gimana?" kejut Dodi yang tiba-tiba meng-rem.
"Tenang aja pak, sekolah Thya kan dekat dari sini, jadi Bapak gak usah khawatir ya." balas Thya yang menenangkan Pak Supir agar tidak mengkhawatirkan dirinya.
Thya langsung turun dari mobil dan dibukakan oleh Dodi. Ia berjalan ke jalan yang sepi dan hanya beberapa orang atau kendaraan yang melewati jalan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Approach Me
HorrorAku berbeda, karakter yang ku miliki memang berbeda dengan yang lain. Bicara dengan mereka, tertawa dengan mereka dan bermain dengan mereka. Mungkin orang lain menganggap ku gila karena hal itu. Mereka terus mengikuti ku, kenapa? Tiap kali mereka...