Di tempat diskotik, Martin mabuk. Tempat itu adalah tempat dimana ia merasa kesal atau lelah dengan hidupnya. Dua perempuan menghampiri Martin, pikirannya buyar, matanya sudah lelah sehingga perempuan itu duduk di samping Martin.
Sementara itu Rafa mencoba menghubungi Martin tetapi ponselnya tidak aktif. Alhasil Rafa pun mengirim pesan kepada Thya.
Thya
Lo lagi jalan sama martin y?
Nggak, emangnya kenapa?
Martin gk ada di rumahnya, padahal tadi mami ke-2 nya bilang, dia belom pulang. Ini kan udah sore.
Aku kurang tau raf, nanti aku telepon dan ngirim pesan ke dia. Mungkin dibalas.
Ok
Dengan kekhawatiran, Thya langsung membuka isi room chatnya dengan Martin. Dan ternyata sudah lebih dari lima pesan belum satupun dijawab oleh Martin.
Tanpa berpikir panjang, Rafa tahu kemana Martin pergi. Yaitu ke tempat yang sering Martin kunjungi.
***
Sesampainya di tempat diskotik. Rafa mengepalkan kedua tangannya, dia tidak sanggup melihat Martin dikerubungi oleh perempuan yang pakainannya tak sopan. "Martin, apa yang lu lakuin!?" teriak Rafa, yang melihat kancing baju sekolah martin terbuka tiga.
Perempuan dua itu yang berada di dekat Martin, matanya terarah pada Rafa.
"Heh cewek jablay pergi gak lo!!" gertak Rafa dan membuat mereka pergi.
D
engan penuh amarah, Rafa berjalan menuntun Martin yang setengah sadar. Berjalan sempoyongan dan menuju ke parkiran.
***
Pukul delapan malam, Martin baru sadar dari tiduenya. Dia tidak tahu sekarang berada dimana dia? Kepalanya masih terasa pusing akibat terlalu minum banyak bir. "Gue ada dimana nih?" tanya Martin keheranan sambil mengubah posisinya menjadi duduk di ranjang dan memegang keningnya yang terasa pusing.
"Lo di rumah gue." jawab Rafa datar.
Martin mengerutkan dahi. "Kok gue bisa di rumah lo?"
"Lo tadi abis ngapain hah? Lo maen ke tempat kayak gitu dan lo minum alkohol disertai dua cewek gak jelas." Rafa bertanya balik dengan ketus.
Martin membuang napas. "Gu- gue pusing Raf. Gue gak tau sampai kapan bokap gue cerai nikah terus, gue udah muak dengan emak-emak yang caper nge-deketin bokap gue." tutur Martin.
Rafa mengangguk mengerti. "Oh jadi itu, terus tadi lu gak jadi jalan sama Thya dong?"
"Bukannya gak jadi, tapi dianya ngilang, makanya gue ke tempat itu."
Rafa mendekati Martin, dan menepuk pundak kirinya. "Mar, itu bukan cara yang bagus untuk lo. Lo harus ngehindarin semua hal buruk lo. Lo masih punya temen."
Martin tersenyum kecil pada Rafa. "Iya, maap deh."
"Ya udah lo makan tuh pancake dari nyokap gue."
"Ah yang bener lu? Makasih ya. Lo emang sahabat terbaik gue."
***
"Woy, bangun woy. Sekolah," Rafa terus mengguncangkan kaki Martin.
Martin menguap lebar, "Hoam ... Apaan Raf? ntar aja. Gue lagi males. Oh iya kalau Lauren nanyain gue, bilangin 'Martin Geovanna mau ketemu sama lo sore ini' sekalian gue jemput dia."
![](https://img.wattpad.com/cover/140664599-288-k488593.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Approach Me
HororAku berbeda, karakter yang ku miliki memang berbeda dengan yang lain. Bicara dengan mereka, tertawa dengan mereka dan bermain dengan mereka. Mungkin orang lain menganggap ku gila karena hal itu. Mereka terus mengikuti ku, kenapa? Tiap kali mereka...