Awalnya Martin ragu untuk mengetuk pintu Thya. Meski dia tahu kalau orang yang ia sayang itu merupakan anak indigo. Martin tetap saja ketakutan, yang jelas saja Thya selalu berbicara dan tertawa sendiri, padahal tak ada siapapun selain dirinya.
Thya memang gadis yang aneh. Bahkan, terkadang dia takut karena hantu yang dia temui selalu mengejarnya atau lebih anehnya lagi dia sering bermain bersama hantu yang tak kasat mata. Maka, bisa dibilang aneh atau tidak juga.
Ya entahlah, lagipula dia yang merasakan semuanya.
Tok..tokk
Martin memberanikan diri untuk mengetuk pintunya. Martin menelan saliva, berharap Thya lah yang membukakan pintu, bukan terbuka dengan sendirinya.
Harapannya terkabul. Gadis pemilik iris biru tersebut berada dihadapannya. "Ada apa?" Thya bertanya.
Martin menghela napas. "Hhh...untung aja," batin Martin.
"Gu-gue cuma mau nanya sesuatu sama lo." ucap Martin."Tanya apa?"
"Boleh gue masuk ke kamar lo 'gak?"
Thya mengernyitkan dahi. "Kamu mau ngapain?" Thya memasang wajah curiga.
Martin menggeleng, "Mau nanya etdah. Budeg amat,"
Thya mengangguk kecil. "Oh, ya udah masuk. Tapi awas aja kalo buat yang aneh-aneh." ancam Thya.
Martin mendengus kasar. "Iya sayang,"
Thya yang mendengar perkataan Martin barusan, dibalas dengan gelengan aneh.
Gila. Tak tahu diri memang. Anak orang baper mending mau tanggung jawab, eh tak tahunya pas udah sayang-sayangnya ditinggal. JLEB.
Lupakan. Balik ke topik.
Martin duduk di kasur Thya. "Lo sendirian dari tadi?" Martin bertanya.
Thya duduk di samping kirinya dengan jarak sekitar tiga langkah. "Nggak. Tuh ada mereka yang nemenin aku," Thya menjawab seraya menunjuk ke arah sosok teman kecil hantunya.
"Serem njirr...." batin Martin.
"Kenapa? Kamu takut? Mereka baik kok. Mau aku kasih tau? Mereka ada di depan kamu, di tengah-tengah kita, di samping dan di belakang kamu." tutur Thya.
Martin merinding. Bulu kuduknya sudah berdiri, dia tidak mau menatap wajah Thya yang tersenyum sendiri.
"Beneran?!" tanya Martin seolah-olah tak percaya dengan penuturan Thya.
"Bener kok. Tenang mereka gak bakal ganggu kamu,"
"Lo mah enak tenang-tenang aja. Gue yang ketakutan," sahut Martin.
Thya tertawa kecil, "Hahaha.... kamu lucu deh, mukanya tegang banget...."
Martin menyipitkan matanya ke Thya. "Enggak. Gue gak lucu, gue mah ganteng. Ye kan,"
"Terserah kamu deh."
"Mereka mau main lagi sama aku. Kamu mau ikutan gak?" tanya Thya membuat suasana menyeramkan bagi Martin menjadi-jadi.
"Gak. Ya udah sono main. Gue mau pulang," kata Martin.
"Sono pulang." ucap Thya seraya mengibaskan tangan alias bermaksud mengusir lelaki itu.
"Iya gue pulang. Bye! Awas kangen." ujar Martin dan langsung keluar dari kamar Thya.
***
"Rafa, gue ngantuk nih. Mau pulang, besok sekolah." ucap Bella.
"Ngapain lo pulang bilang ke gue segala? Emang gue doi atau supir lo?" tanya Rafa menyindir.

KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Approach Me
HorreurAku berbeda, karakter yang ku miliki memang berbeda dengan yang lain. Bicara dengan mereka, tertawa dengan mereka dan bermain dengan mereka. Mungkin orang lain menganggap ku gila karena hal itu. Mereka terus mengikuti ku, kenapa? Tiap kali mereka...